13 Pemain Top Amerika Latin dan Afrika yang Memulai Karier Eropa di Udinese

"Udinese dikenal sering melahirkan bintang, termasuk Bruno Fernandes atau Oliver Bierhoff."

Feature | 10 April 2021, 18:05
13 Pemain Top Amerika Latin dan Afrika yang Memulai Karier Eropa di Udinese

Libero.id - Udinese selalu berkutat di papan tengah dan bawah Serie A selama bertahun-tahun. Tapi, The Little Zebras dikenal sebagai klub yang memberi panggung pemain-pemain muda menjalani debut profesional di Eropa.

Sejarah mencatat ada banyak pemain hijau yang dibeli Udinese, dididik sebentar, dimainkan di liga, menjadi bintang, dan kemudian dilepas ke klub lain dengan harga selangit. Dalam barisan ini terdapat nama-nama pemain Eropa seperti Oliver Bierhoff, Thomas Helveg, Martin Jorgensen, Gokhan Inler, Dusan Basta, hingga Samir Handanovic.

Sejumlah bintang lokal Italia juga memulai segalanya dari Udinese. Contohnya, kiper legendaris Italia, Dino Zoff. Lalu, Valerio Bertotto atau Giuliano Giannichedda.

Namun, bukan hanya pemain-pemain Eropa yang beruntung bergabung dengan Udinese. Sejarah mencatat ada banyak pesepakbola dari Amerika Latin dan Afrika yang terpantau talent scout Udinese. Mereka didatangkan ke Benua Biru dari klub di kampung halamannya untuk selanjutnya menjadi bakat mengagumkan.

Memang tidak semua pemain dari Amerika Selatan atau Afrika itu sukses. Tapi, beberapa sanggup mencuri perhatian untuk selanjutnya pergi ke klub lain yang lebih besar dengan transfer tinggi dan menjadi bintang di sana.

Berikut ini 13 pemain top Amerika Selatan dan Afrika yang memulai karier Eropa dari Udinese:

1. Abel Balbo

Abel Balbo dikenal pada 1990-an sebagai tandem sehati Gabriel Batistuta di lini serang Argentina pada banyak ajang internasional. Dia juga dianggap sebagai legenda AS Roma di era sebelum Francesco Totti menjalani debut profesional.

Semua kesuksesan itu dimulai Balbo dari Udinese. Dia pindah ke Stadio Friuli pada 1989 setelah bermain untuk Newell's Old Boys (1987-1988) dan River Plate (1988-1989) di Primera Division Argentina. Selama di Udinese, Balbo menghasilkan 134 laga Serie A dan 66 gol.

2. Alexis Sanchez

Pada 20 Juli 2011, Barcelona mengkonfirmasi menyerahkan 26 juta euro (termasuk 11,5 juta euro dalam bonus tertentu) kepada Udinese untuk transfer Alexis Sanchez. Dia menjadi orang Chile pertama yang bermain di Camp Nou. Transfer diselesaikan 5 hari kemudian ketika lulus tes medis dan menandatangani kontrak 5 tahun.

"Saya ingin belajar dari pemain hebat seperti Lionel Messi dan Xavi Hernandez. Saya ingin membantu klub memenangkan lebih banyak gelar," ujar Alexis di sesi konferensi pers resmi saat perkenalan, dikutip BBC Sport.

Kepindahan ke Barcelona terjadi setelah Alexis tampil memukau bersama Udinese di Serie A. Dia didatangkan The Little Zebras pada 2006 dengan 1,8 juta euro dari klub lokal Chile, Cobreloa. Transfer itu terjadi salah satunya karena performa bagus di Copa Libertadores.

3. Asamoah Gyan

Lahir di Accra, Asamoah Gyan memulai karier di klub lokal Ghana, Liberty Professionals, yang berlokasi di Accra. Lalu, pada 2003, dia dipindahkan ke Udinese dengan harga yang sangat murah. Setelah beberapa penampilan luar biasa selama Piala Dunia 2006, Udinese sempat akan menjual Gyan ke Lokomotiv Moscow dengan USD10,5 juta. Tapi, transfer batal karena sejumlah faktor nonteknis.

Akhirnya, Udinese baru benar-benar menjual Gyan pada 2008 ke Rennais dengan 8 juta euro. Dua tahun kemudian, Rennais menjual Gyan ke Sunderland dengan 13 juta pounds sebelum pergi ke Al Ain dan Shanghai SIPG. Sekarang, Gyan merumput di kampung halamannya bersama Legon Cities.

4. Cristian Zapata

Cristian Zapata didatangkan Udinese pada 31 Agustus 2005 dari Deportivo Cali bersama rekan setimnya, Abel Aguilar. Keduanya dipantau Udinese saat bermain di Piala Dunia U-20. Pada 18 September 2006, Zapata menandatangani kontrak baru berdurasi 5 tahun. Dari Udinese, Zapata pindah ke Villareal, AC Milan, dan sekarang di Genoa.

5. David Pizarro

David Pizarro memulai karier di Santiago Wanderers. Setelah 1 musim bermain di tim utama, Pizarro hijrah ke Udinese pada 1999. Berkat performa yang bagus di lini tengah, dia pindah ke Inter Milan pada 14 Juli 2005 dengan 10 juta euro plus setengah hak Goran Pandev, yang dibeli Lazio 1 tahun kemudian seharga 4 juta euro.

Di Inter, dia gagal mengulangi kesuksesan di Udinese. Kalah bersaing dengan Juan Sebastian Veron, Pizarro pergi ke AS Roma pada 19 Agustus 2006. Klub Ibu Kota Italia itu membeli 50% hak Pizarro senilai 6,5 juta euro. Sempat bermain di Manchester City dan Fiorentina, Pizarro pensiun pada 2018.

6. Hazem Emam

Sebelum Mohamed Salah dikenal ke seluruh dunia, Mesir punya banyak pemain hebat. Selain Ahmed Mido dan Mohamed Zidane, nama lain yang cukup populer adalah Hazem Emam. Dia bergabung ke Udinese dari Zamalek pada 1996. Meski tidak sukses di Italia, dia adalah pemain Mesir pertama di Serie A.

7. Juan Cuadrado

Kegemilangan bersama Lecce membuat Juan Cuadrado mendapatkan kesempatan membela Fiorentina sebelum ke Chelsea dan sekarang bermain untuk Juventus. Tapi, sebenarnya dia pertama kali tiba di Eropa setelah didatangkan Udinese dari Independiente Medellin dengan gratis pada 2009. Udinese menjual Cuadrado ke Fiorentina 1 juta euro pada 2012. 

8. Marcio Amoroso

Marcio Amoroso mencapai kejayaan bersama Parma dan Borussia Dortmund pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an. Saat itu, penyerang asal Brasil tersebut membantu Parma menjuarai Supercoppa Italiana 1999 dan runner-up Coppa Italia 2001. Dia juga memberi Dortmund gelar Bundesliga 2001/2002 dan runner-up Piala UEFA 2001/2002.

Tapi, Amoroso memulai karir Eropa dari Udinese pada 1996 setelah bermain di Brasil untuk Guarano dan Flamengo serta Verdy Kawasaki di Jepang. Di Udinese, Amoroso terkenal sebagai salah satu dari rekan sehati Oliver Bierhoff dalam skema 3-4-3 yang membantu klubnya finish di posisi 3 Serie A 1996/1997.

9. Mauricio Isla

Mauricio Isla ditransfer ke Udinese setelah tampil hebat bersama Chile U-20 pada Piala Dunia U-20 2007 di Kanada. Isla kemudian pindah ke Juventus pada 2012 sebelum bergabung dengan QPR, Marseille, Cagliari, Fenerbahce, dan sekarang di Flamengo.

10. Roberto Nestor Sensini

Era keemasan Roberto Nestor Sensini terjadi bersama Parma dan Lazio pada 1990-an hingga 2000-an. Gelandang Argentina itu menyumbangkan Piala Super Eropa (1993), Piala UEFA (1994/1995, 1998/1999), serta Coppa Italia (1998/1999, 2001/2002).

Dengan Lazio, Sensini mendapatkan gelar juara Serie A (1999/2000), Piala Super Eropa (1999), Coppa Italia (1999/2000), dan Supercoppa Italiana (2000). Dia juga tampil di sejumlah Copa America dan Piala Dunia bersama La Albiceleste.

Semua kejayaan itu didapatkan Sensini setelah pindah ke Udinese pada 1989 bersama rekan senegara, Abel Balbo. Dia pindah dari Newell's Old Boys. Di sana, Sensini mempersembahkan gelar juara Primera Division Argentina 1987/1988.

11. Sulley Muntari

Pada 2001, Udinese bergerak cepat mengamankan tanda tangan Sulley Muntari setelah gagal dalam trial di Manchester United. Selanjutnya, pemain asal Ghana itu dijual ke Portsmouth pada 30 Mei 2007 dengan 7,1 juta pounds. Dari The Pompey, barulah Muntari mendapatkan kesempatan membela Inter Milan dan AC Milan.

12. Stephen Appiah

Stephen Appiah sempat dikenal sebagai pemain yang membantu Parma memenangkan Coppa Italia 2001/2002, Juventus (Supercoppa Italiana 2003), dan Fenerbahce (Super Lig 2006/2007 dan Turkish Super Cup 2007). Tapi, semuanya itu dia dapatkan setelah bergabung ke Udinese dari Hearts of Oak pada 1997 atau 2 tahun setelah menjuarai Piala Dunia U-17 bersama Ghana U-17.

13. Zico

Arthur Antunes Coimbra alias Zico adalah pesepakbola terbaik Brasil setelah Pele dan sebelum kedatangan pemain-pemain seperti Romario, Ronaldo, Rivaldo, Ronaldinho, Kaka, hingga Neymar da Silva Santos Junior.

Selama ini, orang lebih mengenal Zico sebagai legenda Flamengo. Di klub elite Brasil tersebut, dia bermain dalam dua periode dengan hasil yang sangat membanggakan. Sebut saja Campeonato Carioca (1972, 1974, 1978, 1979, 1979, 1981, 1986), Campeonato Brasileiro Serie A (1980, 1982, 1983), Copa Uniao 1987, Copa Libertadores (1981), hingga Piala Intercontinental (1981).

Namun, seperti pemain Brasil pada umumnya, Zico juga menjadikan Eropa tujuan karier. Bedanya, banyak yang lupa bahwa "Pele Putih" hanya punya satu klub di Benua Biru. Itu bukan Real Madrid, Barcelona, AC Milan, Juventus, atau Bayern Muenchen, melainkan Udinese.

Zico bermain di Stadio Friuli pada 1983/1984 dan 1984/1985 dengan USD4 juta setelah menolak Milan dan AS Roma.

Baca Berita yang lain di Google News




Hasil Pertandingan Udinese


  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network