Libero.id - Salah satu momen mendebarkan dalam sepakbola adalah saat pemain lapangan harus mengenakan sarung tangan dan menyelesaikan pertandingan sebagai kiper. Ini adalah jenis momen yang hanya muncul kadang-kadang dan jika dia berhasil menjaga gawangnya, maka pujian akan diberikan selama sebulan penuh.
Tapi, bagaimana jika hal sebaliknya terjadi? Bagaimana ketika penjaga gawang dipaksa bermain di lapangan? Itu momen yang belum tentu tercipta 10 tahun sekali!
Ada beberapa contoh kasus tentang hal ini. Fabien Barthez dan Shamal George menghabiskan waktu di lapangan selama pertandingan persahabatan. David James dan Ray Wood bermain pada menit-menit akhir pertandingan kompetitif sebagai penyerang. Begitu pula Jorge Campos yang mengganti jersey nomor 1 dengan nomor 9.
Namun, dari semua momen langka itu, tidak ada yang sebanding dengan kisah Oscar Wirth. Penjaga gawang asal Chile itu menyelesaikan 90 menit sebagai bek tengah dalam pertandingan La Liga 1986/1987 untuk Real Valladolid.
Dijuluki El Chino karena wajahnya yang mirip orang Asia Timur, Wirth bergabung dengan Valladolid pada musim panas 1986. Dia datang ke Spanyol setelah membela beberapa klub lokal seperti Universidad Catolica, Colo-Colo, Cobreloa, Everton Vina del Mar, hingga Universidad de Chile. Dia juga sempat ke Jerman merumput untuk Rot-Weiss Oberhausen.
Valladolid berhasil membawa Wirth ke La Liga setelah menjadi kiper cadangan La Roja selama Piala Dunia 1982 di Spanyol. Tapi, ketika tiba di di Estadio Jose Zorrilla, masalah dengan izin kerja sempat menghambat Wirth.
Akibat masalah itu, Wirth gagal menjadi kiper utama Valladolid pada beberapa pertandingan awal La Liga. Sial, ketika gangguan administrasi bisa diatasi dan Wirth siap mengambil posisi nomor 1, kiper lama, Carlos Fenoy, telah mengokohkan tempatnya di starting line-up. Jadi, sepanjang musim itu, Wirth hanya duduk manis di bench.
Tiba-tiba hal tak terduga menghampiri Wirth. Pada pekan 35 La Liga, tepatnya 12 April 1987, Valladolid mengunjungi Sevilla di Estadio Ramon Sanchez Pizjuan. Klub berseragam ungu-putih itu optimistis.
Tapi, masalah mendadak muncul. Pelatih Valladolid, Xabier Azkargorta, baru sadar ternyata dua bek tengah utama, Manolo Hierro dan Enrique Moreno, sama-sama tidak akan bisa bermain. Begitu pula full back kiri, Juan Carlos.
Yang tersedia untuk lawatan ke Andalucia adalah Juan Antonio Torrecilla (full back kanan), Javier Sanchez Valles (full back kiri cadangan), dan Pablo Martin Saez (bek tengah cadangan). Entah dengan skema apapun, Azkargorta hanya memiliki 1 bek tengah yang siap bermain karena tidak ada gelandang bertahan yang siap menjadi duet palang pintu.
Saat itu, Azkargorta bertanya kepada para asistennya. Dia tersadar karena melihat tiga penjaga gawang dalam kondisi siap bertanding, yaitu Fenoy, Wirth, dan Jose Luis Rodriguez.
Azkargorta ingat karena Wirth sering bermain sebagai bek tengah selama latihan ketika menjalani internal game 11 vs 11 dan bermain bagus. Azkargorta semakin terkejut ketika mengetahui kisah karier Wirth saat junior. Pemilik 12 caps untuk La Roja itu bermain sebagai full back kanan atau bek tengah di tim akademi hingga berusia 15 tahun.
Jadi, menjadi pemain bertahan bukanlah konsep yang sepenuhnya asing bagi Wirth. Masalahnya, bermain di kompetisi resmi seperti La Liga dengan kualitas lawan sekelas Sevilla berbeda dengan latihan atau pertandingan di tim U-15.
Secara teknis, itu juga bukan pertandingan yang mudah. Sevilla memasuki pertandingan itu dengan koleksi 3 poin lebih banyak dan 3 posisi lebih tinggi. Los Rojiblancos juga bermain di stadion yang terkenal angker bagi lwan-lawan domestik maupun internasional.
Dengan memainkan kiper sebagai bek tengah dalam pertandingan debut La Liga, Valladolid ternyata menang. Memainkan dua penjaga gawang di lapangan, mereka mengalahkan Sevilla 2-1. Uniknya, itu merupakan kemenangan tandang pertama mereka dalam 7 bulan.
Manolo Pena mencetak gol 2 untuk Valladolid, yaitu di awal setiap babak. Sebaliknya, Sevilla hanya bisa mencetak 1 gol ke gawang tim tamu melalui Jose Luis Benitez. Ini adalah kemenangan yang luar biasa dan penjaga gawang cadangan berada di depan kiper utama.
"Wirth bersinar sebagai bek tengah. Dia mengatur garis pertahanan dengan kepemimpinan dan dengan bakat. Dia selalu di posisinya, meski benar bahwa dia sering bertindak lebih sebagai sweeper daripada sebagai menjaga pemain depan Sevilla," tulis Wartawan El Pais di korannya ketika itu, Juan Mendez, dilansir These Football Times.
Óscar Wirth debe ser el 1er portero ?? que jugó en Europa
— Heriberto Llanos (@HeribertoLlanos) June 28, 2019
1986 ?? Rot Weiss
86-88?? Valladolid.
12/4/87 Azkargorta DT del Valladolid, ante la falta de centrales, lo hace debutar en esa posición, jugando un muy buen partido.
Sevilla 1-2 Valladolid.
Luego debutaría al ? ? https://t.co/jIJyLryeVx pic.twitter.com/jE99Es7hQn
"Dia mendominasi dalam permainan udara dan tidak mengizinkan penyerang Sevilla, Ramon atau Cholo, yang telah tampil bagus di depan gawang akhir-akhir ini, untuk mengungguli dirinya," tambah Mendez. El Pais juga menyebut fans Valladolid menyerukan Wirth tetap di posisi itu selama sisa musim.
Wirth ternyata mengakui bahwa dirinya memang didorong untuk beralih menjadi bek tengah. "Setiap pemain profesional harus bisa bermain di berbagai posisi. Saya menyadari situasi yang sulit dan menyadari betapa sulitnya hal ini bagi pelatih, yang mengambil risiko. Saya telah mempersiapkan diri dengan baik, dan saya pikir saya menanggapi panggilan itu dengan baik," ungkap Wirth.
Meski bermain bagus sebagai bek tengah, Valladolid justru mengembalikan Wirth sebagai kiper. Dia tidak pernah lagi bermain di jantung pertahanan pada duel selanjutnya. Dia menjadi kiper pada 4 laga musim 1987/1988. Hasilnya, imbang 1-1 dan menang 2-1 dengan Atletico Madrid, imbang 1-1 dengan Real Betis, dan kekalahan 1-4 dari Real Murcia.
Wirth kemudian kembali ke Amerika Selatan setelah musim 1987/1988 berakhir. Dia menandatangani kontrak dengan Independiente Medellin dari Kolombia dan kemudian kembali ke Chile bersama Universidad Catolica.
Saat di Catolica, Wirth mencapai final Copa Libertadores 1993. Sayang, mereka dikalahkan Sao Paulo. Laga pertama di Estadio do Morumbi berakhir dengan kemenangan Sao paulo 5-1. Lalu, duel kedua di Estadio Nacional de Santiago, Catolica menang 2-0.
Pada dua pertandingan bersejarah tersebut, Wirth bermain sebagai penjaga gawang utama, meski menggunakan nomor punggung 12.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini