Libero.id - Liga Super Eropa disebut "breakaway competition" oleh UEFA dan FIFA. Itu dianggap kompetisi sempalan yang akan mengganggu dan merusak sistem yang sudah ada. Uniknya, liga yang membangkang bukan pertama terjadi di olahraga.
Dua otoritas sepakbola paling berpengaruh, UEFA dan FIFA, sudah mengambil sikap terkait Liga Super Eropa. UEFA menyebut tindakan 12 klub tersebut sudah melanggar kaidah sportivitas dan meludahi muka para pecinta sepakbola di seluruh dunia.
"Kita tidak boleh membiarkan mereka merebut sepakbola. Ini sangat memalukan dan rakus. Tidak hanya sepakbola. Masyarakat dan pemerintah juga harus bersatu menghadapi ini. Sepakbola adalah bagian budaya kami. Kami semua bersatu menghadapi proyek omong kosong ini," ujar Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, dilansir ESPN.
Sebagai langkah nyata, UEFA akan menjatuhkan sanksi larangan bermain di Piala Eropa, Piala Dunia, serta kompetisi lain di bawah naungan mereka. "Mereka (para pemain) tidak bisa membela timnas mereka di pertandingan manapun," tambah Ceferin.
Seperti UEFA, FIFA juga tidak setuju dengan wacana Liga Super Eropa. Lembaga sepakbola tertinggi dunia itu meminta semua pihak untuk tenang dan berdialog lagi demi menyelesaikan masalah ini.
"Melihat beberapa permintaan media dan seperti yang telah dikemukakan beberapa kali, FIFA ingin mengklarifikasi bahwa kami berpihak pada solidaritas dalam sepakbola dan model redistribusi yang adil. Sepakbola global adalah misi utama FIFA," bunyi pernyataan resmi FIFA di situsnya.
"Dalam pandangan kami, dan sesuai dengan undang-undang yang ada, setiap kompetisi sepakbola, baik nasional, regional, maupun global, harus selalu mencerminkan prinsip-prinsip inti solidaritas, inklusivitas, integritas, dan redistribusi keuangan yang adil," tambah pernyataan itu.
"Atas latar belakang itu, FIFA hanya dapat menyatakan ketidaksetujuannya pada liga yang memisahkan diri dari Eropa di luar struktur sepakbola internasional dan tidak menghormati prinsip-prinsip yang disebutkan di atas," lanjut pernyataan tersebut.
Uniknya, kompetisi semacam ini bukan yang pertama terjadi di olahraga profesional. Di sejumlah tempat, "liga yang membangkang" sudah beberapa kali tercipta. Berikut ini 6 diantaranya:
1. Liga Premier (eksis)
Kompetisi sempalan yang paling terkenal dan cukup sukses di sepakbola ada di Inggris dengan Liga Premier, yang launching pada 1992/1993. Kunci kesuksesan Liga Premier adalah dukungan yang datang dari otoritas resmi, FA.
Langkah besar pertama pembentukan liga ini terjadi pada Oktober 1990, ketika Direktur pelaksana London Weekend Television (LWT), Greg Dyke, bertemu dengan perwakilan dari klub "lima besar" (David Dein dari Arsenal, Philip Carter dari Everton, Noel White dari Liverpool, Martin Edwards dari Manchester United, dan Irving Scholar dari Tottenham Hotspur).
Pertemuan itu membuka jalan untuk memisahkan diri dari Football League. Dyke percaya bahwa akan lebih menguntungkan bagi ITV jika hanya klub yang lebih besar di negara tersebut yang ditampilkan di televisi nasional dan ingin memastikan apakah klub tersebut akan tertarik pada bagian yang lebih besar dari uang hak siar televisi.
Pembicaraan tentang liga super klub elite Inggris sudah sering disebut oleh berbagai lembaga dan media sejak pertengahan 1980-an. Perbedaan mendasar antara Football League yang lama dan liga yang memisahkan diri (Premier League) adalah bahwa uang hanya akan dibagi antara klub-klub yang aktif di divisi tersebut. Itu berbeda dengan pengaturan sebelumnya ketika uang tersebut dibagi ke semua klub Football League dari lintas divisi.
Rencana dibuat untuk Liga Premier yang terdiri dari 18 klub yang akan dibentuk pada musim 1992/1993. Tapi, dari 14 dari 22 klub yang akan berkompetisi di Divisi I musim itu telah setuju untuk membentuk liga yang memisahkan diri jika tawaran FA untuk membuat liga yang memisahkan diri gagal.
Kelima klub memutuskan itu adalah ide yang bagus dan terus maju. Tapi, liga tidak akan memiliki kredibilitas tanpa dukungan FA. Lalu, Dein mewakili Arsenal mengadakan pembicaraan untuk melihat apakah FA menerima gagasan tersebut. FA tidak menikmati hubungan yang bersahabat dengan Football League pada saat itu dan menganggapnya sebagai cara untuk melemahkan posisi Football League.
ITV menawarkan 205 juta pounds untuk hak siar televisi dan kemudian meningkatkan penawaran mereka menjadi 262 juta pounds. Tapi, ditawar oleh Rupert Murdoch yang melihatnya sebagai kesempatan untuk memikat pelanggan baru ke layanan satelit mereka yang merugi, Sky Television plc.
Pada 27 Mei 1992, Liga Premier secara resmi dibentuk, dengan pertandingan pertama akan dimainkan pada 15 Agustus 1992. Liga baru melibatkan tim-tim dengan posisi tertinggi ke-19 di Divisi I musim itu serta juara, runner-up, dan pemenang playoff Divisi II.
Divisi II yang lama akan berganti nama menjadi Divisi I, Divisi III akan menjadi Divisi II, dan Divisi IV menjadi Divisi III. Sistem promosi dan degradasi tiga-atas, tiga-bawah, yang didirikan pada 1974 tetap dilanjutkan.
2. EuroLeague (eksis)
EuroLeague muncul pada 2000 sebagai perlawanan terhadap European Champions Cup yang digagas FIBA (Asosiasi Basket Amatir Internasional). Piala Champions Eropa awalnya didirikan oleh FIBA dan beroperasi di bawah payung lembaga itu dari 1958 hingga musim panas 2000.
FIBA sebelumnya menggunakan nama EuroLeague untuk kompetisi tersebut sejak 1996. Tapi, tidak pernah menggunakan nama merek dagang. Karena tidak memiliki jalur hukum untuk penggunaan nama tersebut, FIBA memulai liga baru bernama SuproLeague.
Akibatnya, pada musim 2000/2001 ada dua kompetisi bola basket profesional top di Eropa, yaitu SuproLeague yang dibawah naungan FIBA dan EuroLeague, yang statusnya breakaway league. Kompetisi sempalan itu berada dibawah naungan Euroleague Basketball.
Klub-klub top Eropa juga terbelah. Panathinaikos, Maccabi Elite Tel Aviv, CSKA Moscow, dan Efes Pilsen tetap bersama FIBA. Sementara Olympiakos, Kinder Bologna, Real Madrid Teka, FC Barcelona, Paf Wennington Bologna, Zalgiris Kaunas, Benetton Treviso, AEK Athens, dan Tau Ceramica bergabung dengan Euroleague Basketball. Pada akhir musim itu, Eropa memiliki dua juara kontinental, yaitu Maccabi dari SuproLeague dan Kinder dari EuroLeague.
Kedua organisasi menyadari kebutuhan untuk menghasilkan kompetisi terpadu dan Euroleague Basketball merundingkan persyaratan penyatuan kembali dengan FIBA. Mereka sukses mendikte proses yang disetujui FIBA dengan persyaratan EuroLeague.
Hasilnya, kompetisi klub Eropa terintegrasi penuh di bawah payung EuroLeague Basketball dan tim-tim yang berkompetisi di SuproLeague selama musim 2000/2001 juga bergabung.
Kesepakatan itu membagi basket Eropa atas garis klub dan negara. FIBA tetap bertanggung jawab atas kompetisi tim nasional (FIBA EuroBasket, Piala Dunia FIBA, dan Olimpiade). Sementara EuroLeague mengambil alih kompetisi klub profesional Eropa.
3. The South African Rebel Tours (bubar)
"Tur Pemberontakan Afrika Selatan" adalah rangkaian dari tujuh tur kriket yang diadakan pada 1982-1990. Mereka dikenal sebagai rebel tours karena organisasi kriket internasional melarang Afrika Selatan dari kompetisi internasional selama periode ini karena apartheid.
Tur tersebut diselenggarakan dan dilakukan tanpa adanya dukungan organisasi kriket nasional, pemerintah Afrika Selatan, Konferensi Kriket Internasional, dan organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tur tersebut menjadi subjek kontroversi besar di masa itu dan tetap menjadi topik sensitif di seluruh dunia permainan kriket. Muatan politik dan propaganda para pendukung apartheid jauh lebih besar daripada nilai-nilai olahraga dalam penyelenggaraan kompetisi ini selama sekitar 8 tahun.
4. The Super League War (bubar)
The Super League War adalah perselisihan tentang penguasaan kompetisi liga rugby profesional tingkat atas di Australia dan Selandia Baru pada pertengahan 1990-an. "Perang" itu melibatkan Liga Rugby Australia (ARL) dan Liga Super Australia.
Liga Super didukung oleh Rupert Murdoch dan News Corporation, bersaing melawan ARL, yang didukung oleh Kerry Packer dan Optus Vision, di dalam maupun luar pengadilan untuk hak siar dan supremasi dalam olahraga.
Liga Super telah menarik beberapa klub yang kecewa dengan administrasi yang ada, dan memperkenalkan dua klub baru, karena berusaha untuk memantapkan dirinya sebagai kompetisi yang dominan.
Setelah banyak tindakan hukum, ketika ARL mencoba untuk memblokir liga baru, Liga Super berjalan satu musim sejajar dengan ARL pada 1997. Tapi, pada akhir musim itu kesepakatan damai tercapai dan kedua liga bersatu untuk membentuk Liga Rugby Nasional, yang berlanjut hingga hari ini.
5. World Series Cricket (bubar)
World Series Cricket (WSC) adalah kompetisi kriket profesional yang diselenggarakan pada 1977-1979 oleh Kerry Packer untuk jaringan televisi Australia, Nine Network. Sebuah kompetisi yang memisahkan diri, pertandingan berjalan berlawanan dengan kriket internasional yang sudah mapan. WSC mengubah sifat kriket secara drastis, dan pengaruhnya terus terasa hingga saat ini.
Dua faktor utama yang menyebabkan terbentuknya WSC adalah pandangan luas bahwa para pemain tidak dibayar dalam jumlah yang cukup untuk mencari nafkah dari kriket. Kedua, Packer ingin mendapatkan hak siar eksklusif untuk kriket Australia, yang kemudian dipegang oleh Komisi Penyiaran Australia (ABC) .
Setelah Dewan Kriket Australia (ACB) menolak menerima tawaran Channel Nine untuk mendapatkan hak televisi eksklusif untuk pertandingan uji coba Australia pada 1976, Packer membuat serialnya sendiri dengan secara diam-diam menandatangani perjanjian dengan pemain terkemuka Australia, Inggris, Pakistan, Afrika Selatan dan Hindia Barat.
Dalam barisan ini ada kapten Inggris, Tony Greig; kapten Hindia Barat, Clive Lloyd; kapten Australia, Greg Chappell; calon kapten Pakistan, Imran Khan; dan mantan Kapten Australia, Ian Chappell. Packer dibantu oleh pengusaha John Cornell dan Austin Robertson. Keduanya terlibat dengan pengaturan awal dan administrasi seri tersebut.
Kompetisi ini hanya berjalan 2 tahun. Tapi, sejumlah idenya masih bertahan hingga hari ini seperti kontrak pemain yang disesuaikan dengan kemampuan dan cara pemasaran secara global.
5. Liga Primer Indonesia (bubar)
Liga Primer Indonesia (LPI) adalah liga sepak bola independen di Indonesia yang diadakan pada 2011. Liga yang memisahkan diri dari PSSI dan Indonesia Super League (ISL) ini dikelola oleh Konsorsium Liga Premier Indonesia dan PT Liga Primer Indonesia.
Sembilan belas klub mengambil bagian dalam musim perdana dan satu-satunya yang berlangsung pada Januari-Mei 2011. Kick-off pertama diadakan pada 8 Januari 2011 di Stadion Manahan, Solo.
Ide LPI muncul pada 17 September 2010 ketika 20 klub sepakbola Indonesia bersama Gerakan Reformasi Sepakbola Nasional Indonesia (GRSNI) mengeluarkan deklarasi di Jenggala Graha, Jakarta. Itu dipimpin oleh Arifin Panigoro, mereka prihatin dengan kondisi sepakbola Indonesia yang terpuruk di era Nurdin Halid.
Klub sepak bola profesional kemudian berinisiatif bersama untuk mendirikan dan mendeklarasikan LPI di Semarang pada 24 Oktober 2010. Ada 17 klub sepak bola profesional yang menyatakan keinginannya untuk ikut serta. Moto mereka “mandiri secara finansial dan profesional dalam manajemen".
Pembentukan LPI direspons keras oleh PSSI dan AFC. Sanksi dijatuhkan kepada semua yang terlibat. Akibatnya, konflik semakin panas dan membuat PSSI lumpuh. Kemudian, FIFA membentuk Komite Normalisasi yang diketuai Agum Gumelar.
Pada 11 April 2011, Komite Normalisasi yang bertugas menjalankan sepakbola Indonesia secara resmi mengakui LPI sehingga memungkinkan kompetisi dan semua pemain yang terlibat untuk diakui secara resmi oleh PSSI serta FIFA plus memenuhi syarat untuk bermain di tim nasional.
LPI secara resmi dibubarkan pada Agustus 2011, dengan pertandingan terakhir diadakan pada Mei. Semua klub di dalamnya bergabung dengan yang sudah ada di Indonesia Premier League (IPL).
Meski kepengurusan baru sudah terbentuk dan kompetisi sempalan diakui, bukan berarti masalah selesai. ISL yang dianaktirikan melakukan perlawanan dengan tetap menggelar kompetisi. Konflik terus berjalan, termasuk intervensi pemerintah yang berujung sanksi FIFA. Masalah baru sepenuhnya berakhir setelah Edi Rahmayadi terpilih menjadi pemimpin baru PSSI pada 2016.
6. Indian Super League (eksis)
Liga Super India (ISL) didirikan pada 21 Oktober 2013 dengan 8 tim baru dan bertujuan mengembangkan sepakbola di India. Tim-tim peserta awal adalah Atletico de Kolkata, Bangalore Titans, Delhi Dynamos, FC Goa, Kerala Blasters, Mumbai City, NorthEast United, dan Pune City.
Selama tiga musim pertamanya, kompetisi ini berlangsung tanpa pengakuan resmi dari Asosiasi Sepakbola India (AIFF) dan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) karena dianggap sebagai breakaway league dari kompetisi resmi, I-League. Setiap musim hanya berlangsung 3 bulan, dari Oktober hingga Desember, dan pertandingan diadakan setiap hari.
Namun, sebelum musim 2017/2018, liga diperluas menjadi 10 tim dan diperpanjang jadwalnya menjadi 6 bulan, serta mendapat pengakuan AFC. Pengakuan itu didapatkan setelah negosiasi dan pembicaraan yang intensif.
Pada 18 Mei 2016, IMG-Reliance selaku promotor bersama AIFF dan I-League bertemu di Mumbai. Di tempat itu, diusulkan bahwa mulai 2017/2018, ISL menjadi kasta tertinggi dan I-League kasta kedua. Lalu, pada Juni 2017, IMG-Reliance, AIFF, I-League, dan AFC bertemu di Kuala Lumpur untuk menemukan cara baru bagi sepakbola India.
Awalnya, AFC tidak mengizinkan ISL sebagai kasta tertinggi. Sementara dua klub besar I-League, East Bengal dan Mohun Bagan, menginginkan penggabungan lengkap ISL dan I-League.
Beberapa minggu kemudian, AIFF mengusulkan agar ISL dan I-League dijalankan secara bersamaan dalam jangka pendek dengan pemenang I-League yang lolos ke Liga Champions Asia dan Piala AFC jatuh ke tangan juara ISL. Proposal itu secara resmi disetujui AFC pada 25 Juli 2017.
ISL terus berkembang dan berjalan beriringan bersama I-League. Lalu, pada Juli 2020 klub ISL, Atletico Kolkata merger dengan tim I-League, Mohun Bagan, menjadi ATK Mohun Bagan. Pada saat bersamaan East Bengal meninggalkan I-League untuk bergabung dengan ISL. Dengan dua klub besar India yang bergabung, maka ISL resmi menjadi kompetisi elite dan berhak tampil di Liga Champions Asia.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini