Ajax Amsterdam. Kredit: instagram.com/afcajax
Libero.id - Sepakbola baru saja diguncang oleh keputusan 12 klub kaya untuk membuat Liga Super Eropa yang terpisah dari UEFA dan mengesampingkan tim-tim kecil. Selain uang, apakah motivasi mereka terkait dengan kejutan yang sering terjadi di Liga Champions atau Liga Eropa?
Ada banyak spekulasi tentang latar belakang utama pembangkangan tim-tim besar Benua Biru. Uang dari hak siar televisi dan sponsor yang melimpah menjadi alasan utama. Dengan hanya klub-klub besar yang bertanding, nilai jual mereka akan sangat tinggi dibandingkan jika tim-tim kecil ambil bagian.
Tapi, ada juga spekulasi yang menyebut alasan mereka adalah takut kalah atau takut dipermalukan klub-klub kejutan yang sering terjadi di kompetisi Benua Biru.
Benarkah pendapat itu? Fakta menunjukkan klub-klub anggota Liga Super Eropa yang dikalahkan tim kecil di level Benua Biru sudah sering terjadi. Bahkan, sejak 2016, ada 13 klub non unggulan yang mengalahkan tim Liga Super Eropa di Liga Champions atau Liga Eropa.
Berikut ini 13 tim kecil yang mengalahkan klub besar tersebut sejak 2016:
1. Ajax Amsterdam (Liga Champions 2018/2019)
Perjalanan mendebarkan Ajax Amsterdam ke semifinal Liga Champions 2018/2019 adalah bukti nyata kehebatan klub-klub di luar 5 liga teratas Eropa. Dengan tim yang berisi talenta jempolan seperti Matthijs de Ligt, Frenkie de Jong, Hakim Ziyech, hingga Dusan Tadic, Ajax benar-benar gila!
Juara Belanda itu mengalahkan Real Madrid di Estadio Santiago Bernabeu sebelum menyingkirkan Juventus dengan Cristiano Ronaldo di perempat final. Hanya kepahlawanan Lucas Moura bersama Tottenham Hotspur yang mencegah Ajax tampil di final melawan Liverpool.
2. Dinamo Zagreb (Liga Eropa 2020/2021)
Dinamo Zagreb menyambut leg kedua babak 16 besar Liga Eropa versus Tottenham Hotspur dengan kondisi pincang. Pertama, klub Kroasia itu dikalahkan 0-2 pada leg pertama. Kedua, mereka baru saja ditinggalkan pelatihnya, Zoran Mamic, yang mengundurkan diri akibat dijatuhi hukuman penjara 4 tahun atas kasus korupsi.
Tapi, di lapangan kondisinya justru menguntungkan Dinamo. Mereka menang 3-0 untuk melangkah ke perempat final. Kegagalan Spurs di Benua Biru ditambah sejumlah hasil buruk di Liga Premier menjadi pemicu pemecatan Jose Mourinho, beberapa hari lalu.
3. KAA Gent (Liga Eropa 2016/2017)
Apakah layak tim yang sering kalah dari klub kecil Eropa bergabung dengan Liga Super Eropa? Tottenham Hotspur punya cerita. Bahkan, menghadapi klub papan tengah dari Belgia seperti KAA Gent, Spurs tidak bisa berbuat banyak.
Momen memalukan itu terjadi pada babak 32 besar Liga Eropa 2016/2017. Gent menyingkirkan Tottenham setelah menang 1-0 di Ghelamco Arena, 16 Februari 2017, dan bermain imbang 2-2 di Wembley Stadium, 23 Februari 2017. Itu hasil yang mengecewakan karena Spurs tersingkir lewat gol di menit 82. Selain itu, Harry Kane juga sempat menciptakan gol bunuh diri.
4. Olympique Lyon (Liga Champions 2019/2020)
Pandemi Covid-19 yang menghentikan Ligue 1 memaksa Olympique Lyon habis-habisan di Liga Champions. Sebab, hanya gelar juara kompetisi elite Eropa itu sajalah yang akan membuat Les Gones tampil lagi musim depan. Jika gagal, mereka tidak akan bermain di Benua Biru.
Karena itu, Lyon tampil kesetanan saat mencapai fase knock-out. Setelah menahan Juventus di leg kedua yang tertunda (babak 16 besar), tim Prancis itu mengalahkan Manchester City di perempat final di Portugal. Mereka menang 3-1 untuk mengakhiri ambisi Sheikh Mansour menjuarai Liga Champions.
Lyon baru berhenti di semifinal oleh tim asal Jerman yang menolak bergabung ke Liga Super Eropa, Bayern Muenchen. FC Hollywood pada akhirnya juara setelah menyingkirkan PSG di final.
5. AS Monaco (Liga Champions 2016/2017)
Dua tahun sebelum Ajax menangkap imajinasi penggemar netral di seluruh benua, AS Monaco terlebih dulu menggemparkan kompetisi utama Eropa. Setelah kalah di leg pertama babak 16 besar di kandang Manchester City, Monaco membalikkan defisit 3-5 menjadi kemenangan 3-1. Dengan agregat 6-6, mereka lolos dengan keuntungan gol tandang.
Monaco melangkah sangat mulus ke perempat final. Di sana, mereka kembali berhasil menyingkirkan Borussia Dortmund untuk mencapai semifinal. Tapi, di babak 4 besar, Juventus yang sedang berada dalam puncak performa menyingkirkan Monaco dengan agregat 1-4 (0-2, 1-2).
Di era itu, Monaco diperkuat pemain-pemain berbakat yang di kemudian hari dijual mahal ke klub kaya Eropa. Sebut saja Kylian Mbappe, Bernardo Silva, Fabinho, dan Thomas Lemar.
6. Olympiakos Piraeus (Liga Eropa 2019/2020)
Arsenal belum pernah bermain di Liga Champions sejak 2017. Ketika berita tentang Liga Super Eropa pecah, mereka kesulitan untuk bermain imbang di kandang melawan Fulham pada Liga Premier. Jadi, apakah pantas The Gunners mengklaim sebagai klub besar?
Bukti lain ditunjukkan di Liga Eropa musim lalu. Mereka disingkirkan Olympiakos Piraeus dari babak 16 besar. Setelah Pape Cisse mengirim pertandingan ke perpanjangan waktu, Pierre-Emerick Aubameyang mengira akan menyelamatkan Arsenal dengan gol penyeimbang. Tapi, dengan beberapa detik tersisa, Youssef El Arabi mencetak gol kemenangan tim asal Yunani itu.
Memang benar musim ini Arsenal akan bermain di semifinal Liga Eropa. Tapi, jika nantinya disingkirkan Villarreal, apakah manajemen The Gunners tidak malu?
7. FC Porto (Liga Champions 2020/2021)
Dipimpin bek veteran, Pepe, FC Porto menjadi tim "non-elite" terbaru yang menyingkirkan Juventus dari Liga Champions. Unggul 2-1 dari leg pertama, Porto mengira mereka akan memastikan tempat perempat final setelah penalti Sergio Oliveira. Tapi, Juventus melawan untuk memaksa perpanjangan waktu. Kemudian, Porto meraih kemenangan yang mustahil setelah tendangan bebas cerdas Oliveira.
Sayangnya langkah Porto harus dihentikan Chelsea di perempat final. Mereka menyerah 0-2 dan sempat membalas 1-0 melalui gol salto spektakuler Mehdi Taremi di menit 90+4! Porto tersingkir dalam agregat 1-2.
8. RB Leipzig (Liga Champions 2019/2020 dan 2020/2021)
Bagaimana mungkin tim sekelas Manchester United harus terlempar dari Liga Champions ke Liga Eropa? Itu benar terjadi musim ini ketika The Red Devils hanya menempati posisi 3 klasemen akhir Grup H. Penyebabnya, kekalahan 3-2 dari RB Leipzig pada pertandingan terakhir. Sebelumnya, MU juga dikalahkan Istanbul Basaksehir.
Tapi, apakah itu satu-satunya kejutan Leipzig atas tim Liga Super Eropa? Tentu saja tidak!
Musim lalu, dipimpin oleh Julian Nagelsmann yang berpakaian rapi, Leipzig menyingkirkan Tottenham Hotspur dan Atletico Madrid dalam perjalanan ke semifinal Liga Champions. Leipzig baru dihentikan klub kaya asal Prancis yang memutuskan menolak ikut Liga Super Eropa, PSG.
9. Real Betis (Liga Eropa 2018/2019)
Menyebut AC Milan sebagai "tim elite" akan memperluas definisinya. Mereka memang memiliki masa lalu yang sangat hebat. Tapi, raksasa Italia tersebut belum pernah berkompetisi di Liga Champions sejak musim 2013/2014 atau sejak Wolf of Wall Street dirilis.
Sejak saat itu, Milan berpartisipasi di Eropa dalam keterbatasan. Sebut saja Liga Eropa 2018/2019. Itu musim yang memalukan karena I Rossoneri hanya menempati posisi 3 setelah dikalahkan Real Betis dan Olympiakos Piraeus.
Kalah dari Olympiakos wajar karena statusnya sebagai raksasa di Yunani. Tapi, Betis bukanlah klub besar di Spanyol. Prestasi Los Verdiblancos masih kalah dari tetangganya Sevilla. Mereka juga tidak lebih baik dari klub menengah La Liga seperti Athletic Bilbao, Villarreal, atau Valencia.
10. AS Roma (Liga Champions 2017/2018)
Barcelona telah membuat keruntuhan yang tidak bermartabat di Liga Champions dalam beberapa musim terakhir. Mereka tersingkir dari kompetisi setelah dikalahkan Liverpool, Bayern Muenchen, dan PSG. Itu wajar! Tapi, bagaimana jika AS Roma yang mengalahkan mereka?
Memori itu masih terpatri di kepala para penggemar sepakbola di seluruh dunia yang menyaksikan perempat final Liga Champions 2017/2018. Memimpin 4-1 dari leg pertama, El Barca pasti merasa aman saat datang ke Italia. Apalagi, mereka pernah menjuarai Liga Champions di Stadio Olimpico Roma.
Tapi, kebangkitan luar biasa Roma, yang dipelopori Edin Dzeko, membuat Lionel Messi dan rekannya lengah. Itu kemenangan yang berkelas karena Roma menyarangkan 3 gol tanpa balas!
11. Slavia Praha (Liga Eropa 2016/2017)
Menjadi juru kunci fase grup di Liga Eropa bagi klub kecil Italia seperti Chievo Verona, Crotone, SPAL, Udinese, Bologna, atau Sassuolo adalah hal yang sangat wajar. Tapi, jika menimpa Inter Milan, itu akan menjadi aib yang tidak termaafkan hingga trofi didapatkan.
Ternyata, itu memang benar-benar terjadi pada musim 2016/2017. Salah satunya karena kemenangan 3-1 Sparta Praha atas Inter.
12. Hapoel Be’er Sheva (Liga Eropa 2016/2017)
Ini masih satu rangkaian dengan kegagalan Inter Milan di Liga Eropa 2016/2017. Klub kecil dari Israel, Hapoel Be’er Sheva, mengalahkan I Nerazzurri 2-0 di Stadio Giuseppe Meazza dan 3-2 di Turner Stadium, Beersheba. Tentu saja itu seperti memenangkan final Liga Champions bagi klub Israel.
13. Southampton (Liga Eropa 2016/2017)
Dengan hanya mengumpulkan 6 poin dari 2 kemenangan, Inter Milan benar-benar terpuruk pada Liga Eropa 2016/2017. Itu termasuk kemenangan 2-1 Southampton di St Mary's Stadium. Salah satu golnya lahir dari Virgil van Dijk.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini