Kredit: instagram.com/jesperblomqvistofficial
Libero.id - Di sepak bola internasional, Jesper Blomqvist dikenal atas dua hal hebat. Pertama, gol ala Pele saat membela IFK Goteborg melawan Helsingborgs. Kedua, membantu Manchester United memenangkan treble bersejarah 1998/1999. Setelah pensiun, eks winger Swedia itu jualan pizza.
Dikenal dengan rambut pirangnya, Blomqvist memulai karier di Tavelsjo sebelum menandatangani kontrak dengan Umea pada 1992. Di sana, dia membantu klubnya meraih gelar Division 2 Norra Norrland untuk promosi ke Division 1 Norra. Pada saat ini, kompetisi tersebut adalah tingkat kedua dari sistem sepakbola Swedia.
Selanjutnya, Blomqvist menandatangani kontrak dengan Goteborg pada 11 September 1993. Dia berperan dalam kemenangan klub di Allsvenskan (kompetisi kasta tertinggi Swedia) 1993/1994. Dia mencetak 8 gol dalam 24 penampilan liga.
Selain itu, dia juga berperan dalam penampilan Swedia ke semifinal Piala Dunia 1994. Dia juga sempat mencetak gol dalam kemenangan 3-1 klubnya atas Manchester United di Liga Champions. Berkat penampilan itulah di kemudian hari Blomqvist dikontrak Sir Alex Ferguson.
Performa lain yang dibicarakan orang saat itu adalah keberhasilan Blomqvist melakukan variasi dari gol legendaris Pele ke gawang Uruguay di Piala Dunia 1970. Aksi yang disebut "Pele runaround move" itu ditiru Blomqvist ketika Goteborg melawan Helsingborgs pada 1995.
Bahkan, banyak yang menyebut Blomqvist lebih baik dari Pele karena "lebih menipu kiper lawan". Dalam aksi yang sama, Pele harus bergerak dengan sangat cepat untuk menghindari kiper Uruguay. Sementara Blomqvist memiliki lebih banyak waktu dan menggunakan gerakan kaki yang menipu.
Menerima umpan terobosan dari tengah, Blomqvist membuat kiper yang mendekat bingung dengan membiarkan bola berjalan. Lalu, dia berpura-pura ke kiri, sambil berlari ke kanan, di sekitar lawannya. Dia mendapatkan bola di sisi lain dan menyelesaikannya dengan gol mudah.
Seperti yang ditunjukkan oleh Blomqvist dan Pele, gerakan "runaround" (lari memutar) itu dapat bekerja dalam situasi darurat dalam kecepatan dan waktu sepersekian detik. Itu juga terjadi karena ada lebih banyak waktu dan ruang untuk menipu lawan. Dalam kedua skenario tersebut, ini dapat memberikan hasil yang spektakuler.
Berkat performanya, Blomqvist ditawari pindah ke luar Swedia. Dia bergabung dengan AC Milan. Tapi, gagal meraih trofi dan Blomqvist kerap duduk di bangku cadangan.
Blomqvist kemudian dijual ke Parma pada musim panas 1997. Blomqvist menikmati sepakbola yang lebih reguler, meski klub finish di urutan keenam Serie A dan gagal lolos ke fase knock-out Liga Champions.
Setelah 2 musim yang sia-sia di Italia, Blomqvist bergabung ke Old Trafford. Ferguson membeli Blomqvist sebagai cadangan untuk Ryan Giggs pada tahap awal musim 1998/1999 dengan fee 4,4 juta pounds dan kontrak 3 tahun. Ferguson senang karena usaha pertamanya membujuk Blomqvist pada 1994 gagal.
Keputusan Blomqvist pindah ke MU ternyata tepat. Dia ikut mengangkat medali juara Liga Premier, Piala FA, dan Liga Champions 1998/1999. Bahkan, di pertandingan final melawan Bayern Muenchen Blomqvist nyaris mencetak gol sebelum digantikan Teddy Sheringham. Sejarah mencatat, Sheringham kemudian mencetak gol penyeimbang di akhir pertandingan. MU kemudian menang 2-1 lewat Ole Gunnar Solskjaer.
Tapi, akibat cedera lutut serius yang dideritanya segera setelah final Liga Champions, Blomqvist tidak bermain sepakbola dalam dua musim berikutnya. Akibatnya, MU memutuskan untuk tidak memperbarui kontraknya. Blomqvist sempat membela Everton dan Charlton Athletic sebelum kembali ke Swedia memperkuat Djurgarden, Enkoping, serta pensiun di Hammarby.
Sempat mencoba karier di sepakbola dengan menjadi pelatih, agen pemain, hingga pengurus klub, Blomqvist akhirnya menyerah. Sejak 2 tahun lalu, dia memutuskan membuka restoran pizza di Stockholm bersama dua mitra bisnisnya, Janne dan Blendi.
Di restoran itu, Blomqvist tidak hanya duduk di meja menerima uang atau memerintah karyawannya. Dia turun langsung memasak.
Darimana dia bisa membuat pizza? Harus diingat bahwa selama waktunya istirahat karena cedera saat berstatus pemain MU, Blomqvist melakukan pekerjaan media untuk MUTV. Di saluran televisi internal MU itu, dia punya acara khusus yang disebut "Cooking with Jesper". Tentu saja itu adalah acara masak-memasak!
"Sejujurnya saya bisa mengatakan bahwa saya tidak pernah bekerja begitu keras sepanjang hidup saya. Selama ini saya melakukan pelatihan (untuk pemain muda) dan kadang-kadang komentator di TV. Saya mencoba hal lain seperti travelling. Tapi, saya tidak pernah merasakan gairah yang sebenarnya seperti yang saya lakukan untuk makanan," kata Blomqvist kepada Sun Sport.
"Saya bermain dua tahun di Italia untuk Milan dan Parma. di situlah semuanya dimulai. Bagi saya, makanan Italia yang terbaik. Mereka memiliki hasrat untuk menghasilkan. Hanya satu produk yang memungkinkan mereka mengutarakan pikiran mereka sendiri. Tidak mencampur terlalu banyak dan membuatnya menjadi rumit," tambah Blomqvist.
Makanan seperti ini mengingatkan Blomqvist pada tahun pertamanya di Milanello, yang hampir menjadi restoran bintang lima. Ketika dia pindah ke MU pada 1998, pendekatan terhadap makanan sedikit berbeda. "Anda masih memiliki telur orak dan kacang di atas roti panggang sebelum pertandingan," ucap Blomqvist.
Sebagai mantan pemain, Blomqvist menyisipkan menu-menu pizza yang berbau sepakbola. Dia menamai produknya "Pizza XI". Ada lagi Hawai-Ian Walker, Steve Finnan crispy, Domnio's Matteo, Mark Dough ball, Papa (John’s) Boupa Diop, Jozef Varga rita, Crust Poyet, Steve Stone-bake, Cristiano Ronaldough, Wayne Pepper-Rooney, Hal-apeno Robson Kanu, Sam Allarslice, hingga minuman West Ham & Pineapple.
Blomqvist juga menjelaskan bahwa dirinya bisa menjadi pemain MU setelah dihubungi Ferguson secara langsung. "Ferguson menghubungi saya. Dia tertarik pada saya saat 1994. Tapi, saya memutuskan untuk tinggal. Itu terlalu dini untuk saya," ucap Blomqvist.
"Kemudian, pada 1996 saya merasa siap pindah ke luar negeri. Saya tidak memiliki agen dan saya hanya berkata kepada semua orang, 'Jika anda membawa saya ke Milan, anda akan menjadi agen saya'. Saya berbicara dengan Kevin Keegan di Newcastle, dengan Sir Alex, dengan Sven-Goran Eriksson di Sampdoria. Barcelona datang mengunjungi Johan Cruyff. Saya menulis esai di sekolah tentang keinginan bermain untuk Milan dan sangat bertekad sehingga saya menolak Sir Alex," ungkap Blomqvist.
"Akan selalu sulit untuk mengikuti tuntutan Fergie. Tapi, apa yang benar-benar diderita banyak fans sekarang adalah lebih pada cara bermain sepakbola daripada hasil," ujar Blomqvist.
"Anda bisa kalah dalam pertandingan sekarang dan nanti dan orang-orang mengerti. Tapi, ketika anda menjadi pemain MU, perasaan inilah yang telah tumbuh begitu kuat dalam 20 tahun yang aneh bersama Ferguson, bahwa anda bermain dengan cara MU. Kamu terus menyerang dan kamu bisa mengalahkan dan tidak takut pada siapa pun," pungkas Blomqvist.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini