Libero.id - Ketika Thomas Tuchel ditunjuk sebagai pelatih Chelsea pada Januari 2021, dia bersumpah membangun tim yang tidak ingin dilawan siapapun. Pelatih asal Jerman itu sukses mewujudkan itu, walau dirinya baru empat bulan di Stamford Bridge.
Tuchel telah membimbing Chelsea sebanyak dua kali ke final, salah satunya final Liga Champions. Bagi Tuchel, torehan itu merupakan prestasi keduanya mencapai final secara pribadi.
Pelatih berusia 47 tahun itu berhasil menciptakan Chelsea, tim London Barat yang memiliki pertahanan solid, dan permainan menyerang cepat yang menghancurkan.
**Update** In four months at Chelsea, Thomas Tuchel has now beaten Zinedine Zidane, Pep Guardiola, Jurgen Klopp, Diego Simeone (X2), José Mourinho and Carlo Ancelotti! And without conceding a single goal either in those seven matches!
— Julien Laurens (@LaurensJulien) May 5, 2021
Jika mundur ke belakang, Tuchel menggantikan posisi Frank Lampard pada Januari 2021. Mantan pelatih Mainz 05 dan Borussia Dortmund itu mendapat tugas berat setelah dipecat Paris Saint-Germain.
Chelsea bercokol di peringkat kesembilan dan banyak pihak menilai Tuchel bakal kesulitan mendongkrak posisi The Blues. Tapi, Tuchel berhasil melakukan perubahan besar.
Bagaimana dia melakukannya? Nah, beberapa wawasan tentang sesi latihan unik yang diterapkan Tuchel bersama Chelsea telah terungkap. Latihan itu dianggap menjadi salah satu faktor kunci kebangkitan Mason Mount dkk.
Menurut jurnalis sepakbola Jerman, Raphael Honigstein, dari The Athletic, Tuchel mengadopsi pendekatan dimana pelatihan lebih rumit daripada pertandingan.
Di masa lalu, Tuchel menyuruh para pemainnya bermain di lapangan tanpa lebar atau kedalaman. Dia bahkan sengaja memotong sudut di luar lapangan untuk membuat segitiga di sepertiga akhir lapangan.
Tuchel juga menginstruksikan pemain bertahan menghentikan lawan sambil membawa bola tenis, berlatih di permukaan licin, dan hanya mampu mengontrol bola dengan lutut mereka.
Metodenya dilakukan untuk membuat pelatihan begitu sulit dan melelahkan secara mental, sehingga permainan yang sebenarnya terasa mudah jika dibandingkan.
... pic.twitter.com/kxJhkq9K5D
— ًEllis. (@UtdEIIis) May 5, 2021
Tuchel sejatinya adalah pengikut teori ‘pembelajaran diferensial’ Profesor Wolfgang Schollhorn, di mana metode ini secara terus-menerus mencoba menemukan cara baru untuk menantang para pemainnya.
Pada awalnya dibutuhkan beberapa penyesuaian, tapi perlahan tapi pasti mereka percaya pada ide-idenya.
"Awalnya, kami bertanya-tanya apa hubungannya hal-hal ini dengan sepakbola, tapi kami segera menyadari bahwa mereka berhasil," kata Neven Subotic, pemain yang pernah bekerja dengan Tuchel di Dortmund.
Dalam salah satu sesi pertamanya di Chelsea, The Blues terlihat bermain dengan sepakbola ukuran 1 untuk meningkatkan konsentrasi.
Tuchel made players train with (what look to be like) a size 1 football earlier.
He’s reportedly known for making previous players train with tennis balls too.
The thought process behind it, is that players need to increase their concentration whilst using a smaller ball. pic.twitter.com/sP5FEwq5Yi
— allthingschels (@allthingschels1) January 29, 2021
Para pemain Chelsea telah beradaptasi dengan caranya bekerja dengan cepat dan mereka sekarang dapat mempersiapkan musim yang sangat sukses di bawah Tuchel.
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini