Libero.id - Cruyff, Maldini, Redknapp, Schmeichel, Zidane, adalah beberapa nama keluarga pesepakbola. Ayah mewariskan bakat sepakbola kepada sang anak. Sementara sang anak berusaha mengikuti jejak ayahnya. Tapi, beberapa ayah dan anak ternyata ada yang sempat bermain bersama. Super langka!
Dalam teorinya, kemampuan bermain sepakbola seorang pemain bisa didapatkan melalui dua jalur. Pertama, belajar dengan pelatih dan akademi yang benar. Kedua, berasal dari bakat alami yang menurun dari ayah atau kakek.
Kedua metode bisa saja berjalan bersama-sama dan saling melengkapi. Pasalnya, sejarah juga mencatat bahwa tidak selamanya ayah yang pesepakbola hebat memiliki anak yang sama hebatnya. Tapi, banyak juga yang bakat turun-temurun terus terjaga dan sukses.
Dari sedikit keluarga sukses di sepakbola, lebih sedikit lagi ayah dan anak yang mendapatkan kesempatan berbagi ruang ganti dalam pertandingan kompetitif. Ini super langka karena berarti sang ayah harus masih menjadi pemain aktif ketika sang anak bermain. Bisa jadi usia mereka berjarak 20 tahun.
Berikut ini 8 ayah dan anak yang bermain bersama dalam sebuah pertandingan kompetitif, seperti dilansir dari situs resmi FIFA:
1. Rivaldo dan Rivaldinho (Mogi Mirim)
Dengan medali pemenang Ballon d'Or dan Piala Dunia, Rivaldo Vitor Borba Ferreira adalah pemain besar. Memiliki 74 caps untuk Brasil, legenda Deportivo La Coruna dan Barcelona itu adalah pemain dengan kemampuan luar biasa di era kejayaan. Dia seperti Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo pada era sekarang.
Tak lama sebelum gantung sepatu, Rivaldo sempat menjalani aktivitas langka bermain bersama sang anak, Rivaldo Vitor Mosca Ferreira Junior alias Rivaldinho. Momen itu tercipta di Februari 2014. Dia bermain bersama Rivaldinho di kompetisi negara bagian Sao Paulo.
Namun, 15 bulan setelah pensiun, Rivaldo mengumumkan kembali ke sepakbola, yaitu pada Juni 2015. Sebulan kemudian, dia sekali lagi mengukir namanya dalam kisah unik sepakbola dengan mencetak gol di pertandingan yang sama dengan anak laki-lakinya yang berusia 20 tahun. Saat itu Mogi Mirim menang 3-1 melawan Macae.
"Saya hanya berterima kasih kepada Tuhan, karena setelah berhenti selama 15 bulan saya masih kembali, memiliki keberuntungan untuk memulai permainan bersama putra saya dan mencetak gol, dan dia melakukannya juga. Saya pikir kami membuat sejarah. Saya pernah mendengar tentang ayah dan anak bermain bersama. Tapi, tidak pernah tentang ayah dan anak yang sama-sama mencetak gol dalam pertandingan kompetitif," ujar Rivaldo.
2. George Eastham Sr dan George Eastham Jr (Ards FC)
Ayah dan anak yang mencatatkan diri mereka di daftar pencetak gol pada pertandingan yang sama adalah prestasi yang luar biasa. Tapi akan jauh lebih hebat jika keduanya sama-sama mengklaim trofi juara.
Menjadi bagian dari skuad Inggris yang dikalungi medali juara Piala Dunia 1966 adalah hal yang membanggakan bagi George Eastham Jr. Tapi, beberapa tahun sebelumnya, dia punya pencapaian yang jarang dimiliki pemain sepakbola hebat lainnya.
Pada 1954 saat berusia 18 tahun, dia bermain bersama ayahnya, George Eastham Sr, untuk Ards FC di Piala Emas Irlandia Utara. Dia mengangkat trofi pertamanya bersama pemain berusia 39 tahun itu. Hebatnya, Eastham Sr mengantongi gol kemenangan di final.
"Kenangan saya masih sangat kuat tentang final Piala Emas. Tentu saja kami adalah satu-satunya ayah dan anak yang memiliki medali pemenang dari pertandingan yang sama," kata Eastham Jr beberapa tahun kemudian.
3. Alexei Eremenko Sr dan Alexei Eremenko Jr (HJK Helsinki)
Meski kejadiannya sangat langka, ternyata ada ayah-anak lain yang bisa membuktikan diri dalam kompetisi. Gelandang asal Rusia, Alexei Eremenko Sr, menikmati empat musim menuju tahap akhir kariernya di klub Finlandia, HJK Helsinki. Di sana, dia berbagi ruang ganti dengan putranya, Alexei Eremenko Jr.
Kebersamaan mereka bukan 1,2, atau 3 pertandingan, melainkan 2 musim penuh. Bahkan, mereka menyumbangkan gelar juara kompetisi kasta tertinggi Finlandia, Veikkausliiga, dua musim beruntun, yaitu 2002 dan 2003. Ada lagi Piala Finlandia 2003.
4. Alexei Eremenko Sr dan Roman Eremenko (FF Jaro)
Setelah meninggalkan HJK, Eremenko Sr tidak langsung gantung sepatu. Dia justru bergabung dengan putra keduanya yang juga pemain sepakbola, Roman Eremenko, di FF Jaro. "Sepertinya saya tidak bisa mengajari putra saya sendiri peran lain apa pun!" canda Eremenko Sr.
Untungnya Eremenko Sr tidak melanjutkan kegilaan itu dengan bermain bersama anak ketiganya, Sergei Eremenko. Pasalnya, saat Sergei menjadi pemain di Jaro, Eremenko Sr sudah pensiun dan menjadi pelatih. Dia melatih Jaro dan memiliki jasa memainkan Sergei di tim utama.
5. Henrik dan Jordan Larsson (Hogaborgs BK)
Yang terjadi dengan Henrik dan Jordan Larsson sama persis dengan Rivaldo dan Rivaldinho. Larsson senior memiliki 106 pertandingan internasional bersama Swedia. Dia juga memenangkan Liga Champions 2005/2006 bersama Barcelona.
Larsson membuat penampilan terakhirnya di sepakbola bersama klub kasta keempat Swedia, Hogaborgs BK. Uniknya, di tim yang berbasis di Helsingborg itulah dia bermain bersama putranya, yang ketika itu berusia 15 tahun, Jordan. Momen unik itu tercipta pada 2013.
"Kami tidak menggabungkan banyak hal. Tapi, jelas saya bangga. Ini tentu saja merupakan kemewahan yang langka untuk bisa bermain dengan putra anda," ucap Larsson saat itu.
Dari Hogaborgs, Larsson senior resmi gantung sepatu. Tapi, Jordan melanjutkan karier ke Helsingborgs, NEC Nijmegen (Belanda), IFK Norrkoping, dan sekarang berseragam Spartak Moscow (Rusia). Dia juga sudah memiliki 5 pertandingan dan 1 gol untuk Swedia di level senior.
6. Alex dan David Herd (Stockport County)
Kompetisi di Inggris menyaksikan bukan hanya satu, melainkan dua pasangan ayah dan anak yang menghiasi lapangan sebagai sesama pemain di lapangan. Sebut saja Alex dan David Herd bersama Stockport County pada hari terakhir musim 1950/1951 di Divisi Tiga Utara.
Sebelum membela Stockport, Alex juara liga dan piala bersama Manchester City. David juga mengklaim gelar Divisi I (Liga Premier) dan Piala FA di kemudian hari. Tapi, dengan rival lokalnya, Manchester United.
7. Ian dan Gary Bowyer (Hereford United)
Sekitar 38 tahun setelah Alex dan David Herd bersama Stockport, Ian dan Gary Bowyer melakukan hal yang sama bersama Hereford United di Divisi IV 1989/1990. Tidak ada kecanggungan di lapangan dan ruang ganti.
"Pertama kali kami bermain bersama ayah saya adalah sebagai pengganti dan kami kalah di Scunthorpe. Dia membawa dirinya dan kami kembali bermain imbang 3-3. Saya mencetak gol penyeimbang dan, melihat ke belakang, saya pikir dia adalah satu-satunya yang tidak datang dan memberi selamat kepada saya. Karena itu adalah kesalahan saya untuk gol pertama," kenang Gary.
8. Arnor dan Eidur Gudjohnsen (Islandia)
The Gudjohnsens adalah penyebutan yang terhormat untuk keluarga pesepakbola terkenal di Islandia. Arnor dan Eidur Gudjohnsen sama-sama dipanggil bermain untuk tim nasional, meski tidak pernah bermain bersama sebagai rekan satu tim di lapangan.
Itu terjadi karena Eidur menggantikan Arnor sebagai pemain pengganti di babak kedua dalam pertandingan persahabatan internasional melawan Estonia pada 1996. Rencana untuk memainkan keduanya bersamaan di lapangan sebenarnya disusun untuk laga kandang, beberapa bulan setelah versus Estonia.
Tapi, skenario tersebut batal terwujud setelah salah satu dari mereka mengalami cedera. "Itu tetap merupakan penyesalan terbesar saya bahwa kami tidak bisa bermain bersama. Saya juga Eidur sangat kecewa dengan hal itu," kata Arnor beberapa tahun kemudian.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini