Libero.id - Theodoros Zagorakis pernah membuat Cristiano Ronaldo remaja menangis. Saat itu, dia adalah kapten dan maskot Yunani yang mengalahkan Portugal pada final Euro 2004 di Estadio da Luz, Lisbon. Apa kabarnya sekarang?
Lahir di Lydia, 27 Oktober 1971, Zagorakis memulai karier dengan Kavala. Klub itu juga menghasilkan Zisis Vryzas, yang menjadi teman dekat Zagorakis. Dia adalah bagian penting tim masuk ke Divisi II. Di sana, dia memiliki 6 gol dan 114 penampilan sebelum ditransfer ke PAOK pada 1992.
Dia bermain untuk PAOK hingga Desember 1997. Dia menjadi kapten dalam dua musim terakhirnya. Dia jarang melewatkan derby liga dan mencetak gol-gol penting, terutama pada 1994/1995.
Puas dengan PAOK, Zagorakis pergi ke klub Inggris, Leicester City, pada musim dingin 1998 saat ditangani Martin O'Neill. Di Inggris, dia ambil bagian dalam dua final Piala Liga berturut-turut di Wembley. Yang pertama kalah melawan Tottenham Hotspur pada 1998/1999 dan yang kedua mengalahkan Tranmere Rovers pada 1999/2000. Zagorakis dikenal fans Leicester karena tekadnya yang kuat di lini tengah.
Namun, hubungan baik Zagorakis dengan Leicester berakhir. Setelah berseteru O'Neill karena jarang dimainkan, dia memutuskan untuk kembali ke Yunani pada 2000. Dia pindah ke AEK Athens dan bermain bersama rekan senegaranya seperti Michalis Kapsis, Vassilis Lakis, Demis Nikolaidis, hingga Vassilios Tsiartas.
Dengan AEK, Zagorakis memenangkan Piala Yunani 2001/2002 melawan rival Olympiakos Piraeus. Selanjutnya, pada 14 Juli 2004, dia menuju Bologna. Dia dikontrak 2 tahun senilai 1,5 juta euro per tahun. "Zagorakis adalah (Roberto) Baggio Yunani kami," ujar Presiden Bologna, Giuseppe Gazzoni Frascara, saat itu.
Pada 2004/2005, Zagorakis adalah pemain reguler di skuad. Tapi, tim tersebut terdegradasi ke Serie B setelah gagal di play-off melawan Parma. Pada musim panas berikutnya, dia dibebaskan dari tim karena mereka tidak mampu membayar gajinya dalam kondisi di kompetisi kasta kedua.
Zagorakis kemudian bergabung kembali dengan salah satu klub lamanya, PAOK. Dia menandatangani kontrak 2 tahun dengan bayaran 700.000 setahun. Ketika Zagorakis mendarat di Bandara Macedonia di Thessaloniki, 7.000 pendukung ada di sana untuk menyambutnya kepulangannya.
Sambutan suporter sangat masuk akal. Sebab, Zagorakis bukan hanya pemain idola fans PAOK, melainkan juga pahlawan Yunani. Dia menerima panggilan pertama timnas pada 7 September 1994 melawan Kepulauan Faroe.
Dia mencetak gol pertamanya melawan Denmark pada Kualifikasi Piala Dunia 2006, di Athena, sambil mencatatkan penampilan ke-101. Dengan 120 caps, Zagorakis adalah pemimpin sepanjang masa Yunani dalam pertandingan internasional yang dimainkan hingga 12 Oktober 2012, ketika Giorgos Karagounis membuat penampilan ke-121.
Zagorakis memainkan peran penting dalam kemenangan Yunani di Euro 2004. Dia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik oleh UEFA. FIFA menunjuk Zagorakis sebagai pesaing untuk penghargaan Pemain Terbaik Dunia 2004. Dia akhirnya finish di posisi 17 bersama Raul Gonzalez.
#AlphaSLGR Legends
Theodoros Zagorakis, 301 games, 16 goals
Spent most of his #SLGR career at #PAOK, plus had a stint at #AEK, sadly he never claimed a League title
Consoled himself with 120 #Ethniki Caps & lifting the Henri Delaunay Trophy as captain of the #EURO 2004 triumph pic.twitter.com/k4aGyoYKZd
— Hellas Football (@HellasFooty) June 17, 2020
Setelah 14 tahun bermain penuh sebagai kapten Yunani, Zagorakis mengumumkan pengunduran dirinya dari sepakbola internasional pada 5 Oktober 2006. Lalu, pada 22 Agustus 2007, dia bermain untuk terakhir kalinya bersama timnas dalam uji coba melawan Spanyol di Salonica. Dia bermain 15 menit dan digantikan Giannis Goumas.
Dari pemain, Zagorakis kemudian beralih profesi menjadi pengurus klub. Pada 18 Juni 2007, dia dipilih menjadi Presiden PAOK yang baru. Dia memimpin klub dengan bagus hingga saatnya mundur tiba pada 20 Januari 2012.
Pengalaman mengelola klub ternyata membuat jalinan relasi Zagorakis semakin lebar. Ketika Antonis Samaras menjadi Perdana Menteri Yunani mewakili partai politik bertajuk Nea Dimokratia (New Democracy), Zagorakis bergabung. Bahkan, pada Pemilu 2014, dia langsung dicalonkan menjadi anggota Parlemen Eropa dan menang.
Berkat kebijakan konservatif kanan-tengah, Zagorakis kembali terpilih pada pemilihan yang sama pada 2019. Dia banyak merespons isu-isu terkini Eropa, termasuk wacana Liga Super Eropa yang gagal diwujudkan. "Itu memunculkan ketidakadilan yang justru melawan takdir olahraga," ucap Zagorakis.
"Ketika anda menghabiskan waktu lama di klub sepakbola, anda mengembangkan bakat untuk politik. Dan, sebagai pesepakbola, dia sudah tahu sedikit tentang berurusan dengan media," ujar Alan Birchenall, duta besar Leicester yang pernah bekerja sama dengan Zagorakis.
"Theo adalah anak yang hebat. Ketika dia di sini, dia sangat mudah bergaul. Itu tidak akan membuatnya menjadi politisi yang baik. Tapi, itu juga tidak akan merugikan dirinya," pungkas Birchenall.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini