Libero.id - Penyelenggaraan pertandingan menggunakan sistem dua leg sudah biasa dilakukan dalam sepakbola, khususnya di Liga Champions. Tujuannya sederhana, yakni menciptakan permainan yang adil antara bermain di kandang dan tandang. Tim satu dengan lainnya bisa mendapatkan kesempatan sama untuk berlaga di kandangnya masing-masing.
Apakah hal tersebut memiliki pengaruh besar, antara laga kandang dan tandang? Jelas! Itu sangat berpengaruh karena laga di kandang akan disaksikan oleh ratusan ribu fans secara langsung. Fans memberi sorakan semangat dalam pertandingan dan fakta tersebut akan meningkatkan mentalitas tim secara signifikan.
Tidak jarang tim yang menang dengan skor besar di laga kandang akan merasa sangat optimistis ketika menjalani laga tandang. Mereka meyakini dapat kesempatan lebih besar. Berbeda dengan tim yang kalah lebih dulu di laga tandang, mereka cenderung berjuang keras agar di laga kandang bisa membalikkan keadaan.
Benarkah tim yang unggul dengan skor tinggi di laga kandang bisa memastikan kemenangan mereka? Jawabannya adalah ‘Tidak’. Ingatkah Anda sejarah dua tahun lalu ketika Liverpool melakukan comeback fenomenal mereka, bahkan momen tersebut terukir dengan tinta emas dalam sejarah sepakbola Eropa.
Liverpool saat itu kalah telak atas lawannya, Barcelona, pada leg pertama semifinal Liga Champions di Camp Nou. The Reds saat itu diyakini sulit memutar keadaan setelah kalah tiga gol tanpa balas.
Anda harus tau bahwa yang dihadapi The Reds adalah Barcelona, klub papan atas dunia sepakbola dengan kualitas pemain elite bertabur bintang. Rasanya sangat mustahil bagi tim asuhan Juergen Klopp bisa membalikkan keadaan.
Barcelona kemudian bertamu ke Anfield dengan penuh percaya diri. Mereka begitu jumawa bahwa keunggulan gol kandang mereka akan membuat The Reds membutuhkan setidaknya membutuhkan lima gol untuk lolos.
“Kami mencetak gol dan Liverpool membutuhkan lima (gol). Kami akan mendapatkan setidaknya satu, setuju?” tulis akun Twitter resmi Barcelona men-tweet dengan congkaknya.
Seperti yang kita ketahui sekarang, El Barca tidak mencetak gol sama sekali ke dalam gawang The Reds. Fakta itu membuat Liverpool hanya membutuhkan empat gol untuk menyingkirkan Lionel Messi dkk untuk bisa melaju ke final.
Dan, hebatnya, tim asuhan Klopp melakukan hal mustahil tersebut. Mereka melakukan comeback fenomenal, meski semua pihak sempat pesimistis dan meragukan peluang Jordan Henderson dkk untuk mencapai partai puncak.
Tendangan awal Divock Origi memberi The Reds secercah harapan, sebelum dua gol Georginio Wijnaldum dalam waktu dua menit babak kedua. Capaian itu membuat Liverpool dapat menyamakan skor secara agregat.
Kemudian, saat pertandingan menyisakan 10 menit, pemikiran cepat dari seorang anak gawang laki-laki bernama Oakley Cannonier menciptakan kesempatan emas kepada Trent Alexander-Arnold. Full back asal Inggris itu memberi umpan manis kepada Origi, sehingga dapat mengeksekusi tendangan sudut cepat untuk menjadikan skor berbalik unggul menjadi 4-0.
Rasanya itu adalah malam yang sangat menakjubkan untuk Liverpool. Kemustahilan berbalik menjadi takdir indah, bahkan sanggup menggulingkan klub raksasa sekelas Barcelona di semifinal Liga Champions.
Saat peluit akhir ditiup, Anfield seketika meledak penuh kegembiraan. Dunia menyaksikan pemandangan ribuan fans yang berteriak histeris menyambut kemenangan The Reds dalam menghadapi musuh yang disebut ‘kemustahilan’. Liverpool menjawab tuntas melalui momen comeback yang sangat luar biasa.
Sementara seorang anak gawang menjadi pahlawan atas tindakannya yang menghasilkan gol keempat Liverpool, seorang anak gawang lainnya menjadi berita utama atas tindakannya di akhir pertandingan.
Dia berlari ke lapangan dan pikiran pertamanya adalah berlari ke arah Messi. Tapi, bukan untuk menghiburnya atau meminta kemejanya. Anak gawang itu memberinya dua jari saat berlari melewati megabintang asal Argentina tersebut.
The real tragedy tonight is that @LFC didn’t send that ballboy all expenses paid to Paris to run on stage when Messi won the #BallonDor ? pic.twitter.com/TzFT06pvGe
— Lee Foley (@LeeTheRed) December 2, 2019
Pemadangan yang sangat hebat. Anak gawang tersebut rasanya sangat mewakili perasaan ribuan penggemar The Reds yang juga ingin pamer kemenangan di depan seorang maestro sepakbola, Messi. Sebuah kebanggaan dapat mengecundangi seorang superstar dunia sepakbola.
Bayangkan ketika anak itu menjadi tua dan dia memberi tahu cucunya bahwa dia pernah berlari ke lapangan setelah Liverpool mengalahkan Barcelona 4-0. Dia berkesempatan memamerkan kemenangan comeback tepat di hadapan wajah pemain terhebat dunia sepakbola.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini