Momen Ajaib Denmark Juara Euro 1992, Punya Waktu Persiapan 10 Hari

"Padahal mereka hanyalah tim cadangan. Dijuluki Dinamit karena ledakan kejutan."

Feature | 27 May 2021, 03:41
Momen Ajaib Denmark Juara Euro 1992, Punya Waktu Persiapan 10 Hari

Libero.id - Sejarah sepakbola mencatat ada banyak kejaiban terjadi di lapangan. Salah satu yang legendaris dan dikenang hingga hari ini adalah keberhasilan tim nasional Denmark menjuarai Euro 1992. Faktanya, mereka hanya butuh waktu 10 hari untuk mempersiapkan skuad! 

Keajaiban Denmark dimulai ketika Perang Balkan pecah di Yugoslavia. Akibat kekejaman militer Serbia terhadap etnis Kroasia maupun Bosnia-Herzegovina, FIFA menjatuhkan hukuman kepada Asosiasi Sepakbola Yugoslavia.

Masalahnya, ketika sanksi jatuh, Euro 1992 di Swedia akan segera berlangsung. Yugoslavia menjadi salah satu peserta setelah tampil bagus di kualifikasi sebagai juara Grup 4. Saat itu, mereka unggul 1 poin dari Denmark di klasemen akhir. Akibatnya, UEFA dengan terpaksa mencoret Yugoslavia dari kompetisi.

UEFA segera menunjuk Denmark sebagai pengganti. Beruntung, Asosiasi Sepakbola Denmark (DFU) sudah mengantisipasinya dengan memanggil para pemain terlebih dulu sebelum pengumuman resmi UEFA. Mereka meminta semua pemain berkumpul di Copenhagen dan membatalkan liburan musim dingin mereka.

"Kami mendengar rumor itu saat menjalani latihan pertama. Kemudian, saat menjalani latihan kedua, kami resmi mendapat kabar tampil di Swedia," kenang Peter Schmeichel, dalam sebuah kesaksian, di situs resmi UEFA

Para pemain Denmark senang mendapat kabar tersebut karena akhirnya tampil di turnamen sebesar Piala Eropa. Tapi, mereka juga cemas karena dengan waktu yang sangat minim, mustahil untuk meningkatkan performa terbaik di kompetisi.

Selain itu, kegembiraan Denmark harus dihadapkan fakta bahwa mereka tergabung di grup neraka bersama Prancis, Inggris, dan tuan rumah. Mereka adalah tim yang memiliki materi pemain bagus pada era tersebut.

Tiba di Swedia, Denmark menghadapi laga pertama versus Inggris. Hasilnya, imbang 0-0. Lalu, di pertemuan kedua mereka dikalahkan Swedia 0-1. Ketika peluang tampak sudah terturup, Denmark justru bangkit di laga ketiga untuk mengalahkan Prancis 2-1. Kemenangan ternyata membawa Denmark lolos ke semifinal.  

Berkat kegigihan para pemain Denmark di tiga pertandingan awal itulah julukan tim "Dinamit" muncul. Apalagi, pada semifinal mereka benar-benar meledak saat mengalahkan juara bertahan Belanda melalui drama adu penalti 5-4 setelah bermain imbang 2-2. Schmeichel menjadi ikon setelah berhasil menggagalkan sepakan Marco van Basten.

"Itu seperti David melawan Goliath. Itu benar-benar keajaiban. Bagaimana mungkin kami bisa mengalahkan tim yang memainkan sepakbola terbaik di era tersebut? Belanda adalah tim hebat. Mereka punya banyak pemain top," ucap Schmeichel.  

Langkah Denmark belum berhenti setelah lolos ke final. Mereka sudah ditunggu Jerman. Saat itu, Der Panzer merupakan tim yang memiliki reputasi lebih mentereng ketimbang Denmark. Apalagi, Jerman berusaha mengawinkan Euro 1992 dengan Piala Dunia 1990.

Namun, sepakbola memang bukan matematika. Di final, Jerman sebenarnya tampil garang. Mereka mendapatkan peluang besar pertama setelah Matthias Sammer membuat Stefan Reuter berhadapan satu lawan satu dengan Schmeichel. Reuter mencoba mengecoh, tapi tangan ayah Kasper Schmeichel terlihat cukup panjang.

Denmark memimpin pada menit 19 setelah Flemming Povlsen mengambil bola lepas, dan menarik bola kembali ke John Jensen tepat di dalam kotak penalti. Jensen mengirim bola ke sudut atas gawang, dengan kecepatan tembakan yang membawanya melewati Bodo Illgner. 

Untuk sebagian besar babak pertama, dan di awal babak kedua, Jerman memiliki mayoritas penguasaan bola dan tembakan. Tapi, tidak mampu menghasilkan banyak peluang yang jelas, dengan Denmark memblokir beberapa upaya Jerman. Juergen Klinsmann memiliki peluang bagus untuk menyamakan skor di akhir pertandingan, tapi Schmeichel bereaksi dengan brilian menepisnya.

Denmark memastikan kemenangan di menit 78, ketika Claus Christiansen mendapatkan sundulan di garis tengah, Vilfort bereaksi lebih dulu, menerima operan sambil berlari. Dengan sentuhan keduanya, Vilfort mengambil bola dari Brehme dan Thomas Helmer, dan dengan yang ketiga, dia mengirimkan upaya rendah ke arah gawang yang memantul dari tiang Illgner, dan masuk ke gawang.

"Ada orang-orang yang tidak percaya kami akan diikutkan (ke Euro 1992). Tapi, kami menyadari situasinya. Lalu kami mendapat kabar. Tidak ada diskusi. Denmark harus berpartisipasi. Tidak mungkin mengatakan 'tidak' karena itu tidak akan merusak hubungan UEFA-DFU," kata Vilfort beberapa tahun kemudian, dilansir BBC Sport.

"Tapi, kami memiliki tim yang bagus. Kami akan mengalahkan Yugoslavia di babak grup dan telah dijadwalkan untuk melawan CIS (tim bekas Uni Soviet) seminggu sebelum dimulainya kompetisi," tambah Vilfort.

Dengan persiapan yang minim, apa kunci kekompakan Denmark? Selain sang pelatih, Richard Moller Nielsen, ikatan emosional yang kuat dalam skuad menjadi faktor utama. 

"Sepuluh pemain kami sedang bermain atau pernah bermain untuk Brondby. Setahun sebelum Euro 1992, Brondby mencapai semifinal Piala UEFA. Itu adalah hal besar bagi klub Denmark," ungkap Vilfort.

Beberapa anggota skuad juga pernah bermain untuk Denmark U-21 dan tim Olimpiade 1988. "Kami memiliki semangat yang luar biasa. Tim ingin menang dan itu hal yang sangat bagus ketika anda berada di level tertinggi. Ketika kami berada di bawah tekanan melawan Jerman, itu adalah semangat yang membantu kami," lanjut Vilfort.

Denmark tidak pernah lagi menjuarai kompetisi besar setelah Euro 1992. Di Benua Biru, prestasi terbaik mereka hanya perempat final Euro 2004. Sementara di level internasional, Denmark menembus perempat final Piala Dunia 1998.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network