Libero.id - Kehidupan selalu berputar. Fakta itu pula yang dialami Luis Campos dalam kariernya mulai pelatih, pemandu bakat, beralih menjadi direktur olahraga, hingga kini berstatus pengangguran.
Sosok pria berusia 56 tahun ini memang tak begitu dikenal publik sepakbola dunia, tak seperti kompatriotnya asal Portugal, Jose Mourinho, yang begitu melegenda.
Campos memulai kariernya di dunia kepelatihan bersama tim asal Portugal, Leiria, di mana dia memulai petualangan saat berusia 27 tahun. Campos mayoritas melatih tim amatir, meski sempat menukangi tim yang berlaga di divisi teratas Liga Portugal. Salah satunya Gil Vicente (2001-2002).
Kualitas Campos sebagai pelatih cukup disegani di kampung halaman. Terbukti, pria kelahiran Esposende, 6 September 1964, tersebut berhasil menghentikan rekor 27 laga tak terkalahkan Mourinho saat menukangi FC Porto.
Sayang, nama besar Campo sebagai pelatih tak sebanding dengan Mourinho. Fakta itu pula yang membuatnya alih profesi menjadi pemandu bakat hingga analisis taktik Real Madrid pada 2012. Dia bekerja sama dengan Mourinho saat itu.
Tapi, pekerjaan itu sepertinya kurang tepat hingga AS Monaco memberinya pekerjaan menjadi direktur olahraga pada 2013 hingga 2016. Dari sinilah bakat sebenarnya Campo tercium dunia.
Dia diklaim sebagai direktur olahraga paling banyak menghasilkan pemasukan kepada Monaco. Contohnya saat dirinya mendatangkan pemain seperti Radamel Falcao, Joao Moutinho, James Rodriguez, Fabinho, Anthony Martial, Ricardo Carvalho, Dimitar Berbatov, Bernardo Silva, Tiemoue Bakayoko, Geoffrey Kondogbia, hingga Thomas Lemar.
Luis Campos at the club would be crazy, would be a game changer. Let a footballing man make footballing decisions. pic.twitter.com/S11KhD0SUw
— Cenk (@CenkCOYS) May 24, 2021
Ambil kasus Martial yang diboyong Campo dari Olympique Lyon pada 2013. Campo saat itu hanya mengeluarkan 5 juta euro (Rp 87,1 miliar). Setelah dua tahun berjalan, Monaco mendapat keuntungan bersih 75 juta euro (Rp 1,30 triliun) setelah melepasnya ke Manchester United senilai 80 juta euro (1,39 triliun).
Sama halnya dengan Thomas Lemar. Campo hanya membelinya dari Caen senilai 4 juta euro (Rp 69,7 miliar) pada 2015. Setelah tiga tahun, Monaco mendapat keuntungan 66 juta euro (Rp 1,15 triliun) usai dibeli Atletico Madrid 70 juta euro (Rp 1,22 triliun) tiga tahun kemudian.
Dua pemain itu merupakan contoh betapa briliannya sosok Campo dalam menghasilkan uang, tak terkecuali ketika dirinya menjadi direktur olahraga Lille OSC pada 2017 hingga 2020. Dia memutuskan mengakhiri masa baktinya di Stade Pierre-Mauroy setelah pergantian kepemilikan klub berjuluk Les Dogues.
Namun, Campo dipercaya bakal mengakhiri status pengangguran yang disandangnya saat ini. Manajemen Real Madrid berencana merekrutnya kembali, bukan sebagai pemandu bakat melainkan direktur olahraga Los Blancos.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini