Alasan Penolakan Xavi Tangani Timnas Brasil

"Pep Guardiola juga nyaris melatih timnas Brasil."

Berita | 31 May 2021, 03:51
Alasan Penolakan Xavi Tangani Timnas Brasil

Libero.id - Berita mengejutkan datang dari Xavi Hernandez. Gelar legendanya ternyata bukan hanya omong kosong, karena Xavi tetap bersinar meski telah pensiun. Laporan terbaru mengklaim bahwa Asosiasi Sepakbola Brasil (CBF) mengajukan penawaran yang cukup mengejutkan kepada mantan maestro lini tengah dunia sepakbola, Xavi Hernandez, yang saat ini merupakan pelatih klub Liga Qatar, Al Sadd.

Xavi diberitakan akan bergabung dengan staf kepelatihan tim Samba, di mana pelatih berpaspor Spanyol itu dijadwalkan mengambil alih posisi sebagai pelatih kepala setelah Piala Dunia 2022. Namun, legenda Barcelona ini menolak tawaran tersebut dengan cara yang tidak biasa.

Dapat dimengerti jika dia berpikir terlalu cepat untuk mengambil pekerjaan bertekanan tinggi, seperti menangani Brasil yang merupakan negara langganan masuk kejuaraan di Piala Dunia, bahkan Brasil masih tercatat sebagai negara pengoleksi gelar terbanyak di kompetisi paling akbar sejagat tersebut.

Beban Xavi tentu semakin berat apabila menerima tawaran menangani skuad A Selecao, terutama memangku tugas besar merealisasikan harapan bangsa Brasil untuk dapat kembali menjadi juara dunia.

Namun, keputusan penolakan tersebut menggambarkan betapa mapan pandangan dan tingkat integritas yang sangat menarik dari pria berpaspor Spanyol tersebut. Dia dianggap sangat realistis menghadapi tantangan.

Sebenarnya bukan hanya Xavi yang ditawari kontrak menjadi pelatih kepala Brasil. Pelatih asal Spanyol lainnya, Pep Guardiola, juga pernah mendapatkan kesempatan tersebut. Peluang itu muncul ketika Mano Menezes dipecat sekitar 18 bulan sebelum Brasil menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014.

Guardiola saat itu sedang cuti setahun dan memutuskan tinggal di New York setelah melatih Bayern Muenchen. Dia mengumumkan kepada publik bahwa hanya satu pekerjaan yang bisa membuatnya menghentikan cuti panjangnya, yaitu kesempatan melatih Brasil.

Namun, CBF tak merealisasikan keinginan Guardiola. Mereka justru merekrut Luiz Felipe Scolari, pelatih yang membawa Brasil juara di Piala Dunia 2002. Penunjukan Scolari dianggap keliru karena performa Selecao tidak terlihat gemilang sampai pada musim 2014.

Sementara Guardiola memutuskan tetap di tempatnya, yakni melatih klub bersama Manchester City. Guardiola sudah berulang kali memberikan gelar juara kepada The Citizens, termasuk peluang meraih treble apabila mampu mengatasi Chelsea di final Liga Champions akhir pekan ini.

Salah satu gol terpenting dalam karier kepelatihan Guardiola terjadi saat menangani Barcelona melawan Chelsea lebih dari 12 tahun yang lalu. Itu adalah leg kedua semifinal Liga Champions 2008/2009. Guardiola berada di musim pertamanya sebagai pelatih Barcelona, yang tampaknya akan tersingkir dari kompetisi. Namun, Andres Iniesta melepaskan tembakan dari tepi kotak penalti.

Di pinggir lapangan, Guardiola pun berselebrasi merayakan hal tersebut. Di tengah perayaan, Sylvinho selaku bek kiri cadangan Barcelona menghampirinya. Menurut Sylvinho, Barcelona masih harus melakukan pergantian pemain, dan Sylvinho menegaskan mereka bisa menghabiskan beberapa detik tersisa dengan menggunakannya. Guardiola menilai mantan bek Arsenal itu sudah berpikir seperti pelatih.

Sylvinho memang tengah bergerak menuju posisi pelatih kepala Selecao. Mantan pilar timnas Brasil itu mengaku siap terlibat dalam dunia kepelatihan setelah hari-harinya bermain selesai. Dia mulai merealisasikannya dengan menjadi asisten pelatih Corinthians.

Sylvinho juga pernah menjabat posisi yang sama bersama skuad Samba hingga menjadi pelatih utama Olympique Lyon pada 2019. Capaian itu membuatnya menjadi orang Brasil pertama memimpin tim di fase grup Liga Champions, walau kesempatan itu tidak bertahan lama. Hasilnya mengecewakan dan dia segera memutuskan hengkang dari Lyon setalah itu.

Sylvinho memiliki pekerjaan pembinaan lain saat ini. Dia baru saja diumumkan sebagai pelatih Corinthians, tim yang mengalami kesulitan membayar stadion baru mereka saat dibangun sebagai salah satu venue Piala Dunia 2014. Corinthians sejauh ini tertinggal jauh di belakang rival lokal, Palmeiras dan Sao Paulo.

Akan tetapi, manajemen Corinthians percaya dengan dedikasi Sylvinho. Dia pernah bermain bersama Corinthians di tahun 90-an, dan menjadi asisten pelatih 15 tahun kemudian.

Kini, ketika timnas membutuhkannya, Sylvinho bukanlah pilihan pertama untuk pekerjaan itu, atau pilihan kedua. Pelatih lain juga merasa gentar dengan besarnya tantangan tersebut, meski Sylvinho hampir tidak bisa menolak.

Di usia 47 tahun, waktu masih berada di pihaknya. Dia perlu performa yang membuktikan seberapa besar kapasitas kemampuannya, terutama untuk menepis pembicaraan bahwa dia kurang karisma, atau topik tentang dirinya lebih baik nomor dua daripada nomor satu.

Dan, sepertinya tidak ada waktu untuk tidur, tidak ada periode bulan madu. Liga Brasil, salah satu kompetisi paling kompetitif di dunia, akan dimulai pada akhir pekan ini. Siapapun yang berminat mengisi posisi pelatih kepala timnas Brasil harus dapat menunjukkan CV yang mengesankan.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network