Libero.id - Masa pensiun umumnya terkait erat dengan penurunan performa, bahkan terjadi akibat penurunan produktifitas kerja secara besar-besaran. Namun, tidak dengan beberapa nama berikut ini.
Mereka justru semakin hebat dan semakin sukses, meski telah pensiun dari karier sepakbola yang membawa nama mereka melejit ke ruang popularitas dan kekayaan.
Nyatanya, mereka tetap bisa sukses dalam bidang lain sejak meninggalkan dunia sepakbola. Alex Ferguson, Michael Owen, dan Mick Channon hanya segelintir nama besar yang telah sukses menyandang gelar Sport of Kings (rajanya dunia olahraga atau salah satu yang terbaik dalam bidang olahraga).
Mulai dari kepiawaian mereka dalam melatih talenta top kelas elite dunia, sampai menang besar di Aintree, atau balapan kuda di Ascot. Para mantan figur elite dunia sepakbola tersebut telah menemukan keterampilan mereka berpindah dari lapangan ke arena pacuan kuda.
Tidak ada yang menunjukkan itu lebih baik atau lebih terkenal daripada Fergie.
Baru bulan lalu pelatih legendaris Manchester United itu sukses mencetak pundi-pundi uangnya sebesar 169.000 pounds (Rp 3,4 miliar) sebagai salah satu pemilik dari tiga kuda pemenang di Grand National Festival.
Pada bulan yang sama, bintang kudanya, Clan Des Obeaux, menjadi yang terbaik di Irlandia untuk memenangkan Piala Emas Punchestown. Kejuaraan itu merupakan salah satu kejuaraan kuda bergengsi di Britania Raya.
Kemenangan di sana menghasilkan sedikitnya keuntungan bersih dengan kisaran nilai 127.000 pounds (Rp 2,5 miliar). Jumlah itu belum ditambah dengan kemenangan Aintree sebelumnya. Fakta itu membuat kuda milik Fergie yang dilatih Paul Nicholls mendapatkan keuntungan bersih sebesar 211.728 pounds (Rp 4,3 miliar) hanya dari dua putaran.
Fergie, kakek yang kini berusia 79 tahun, merupakan pemain reguler di arena pacuan kuda dan tidak menyukai apa pun selain melihat pertandingan secara langsung. Dia melakukannya sambil menghitung uang hasil kemenangannya.
Sulit untuk mengetahui secara pasti berapa banyak yang dia menangkan, terutama dari berbagai saham di berbagai kuda dengan berbagai pemilik tersebut.
Yang penting nilai keuntungan Fergie sekarang sudah menyentuh nominal tujuh digit. Salah satu kuda terbaiknya, Rock of Gibraltar, ditaksir memberi keuntungan mencapai 1,3 juta pounds (Rp 26 miliar).
Tentu saja tidak semua pertandingan yang dijalani Fergie berjalan mulus. Sebagian seri pernah apes dilaluinya, meski mantan pelatih asal Skotlandia itu mengetahui risikonya.
Kegilaan Fergie terhadap pacuan kuda ternyata menjadi penyebab keluarga Glazers mengambil alih saham mayoritas Setan Merah. Tapi, terlepas dari semua kesuksesan Fergie, dia tidak pernah masuk lagi kedua kepelatihan setelah menyatakan pensiun.
Dari pengalaman Fergie ternyata menjadi inspirasi mantan striker Inggris, Mick Channon. Dia juga tidak kalah tua bangkanya dengan Fergie, dia kini berusia 72 tahun. Channon menikmati karier kedua yang luar biasa sebagai pelatih kuda sejak pensiun dari dunia sepakbola.
Pencetak rekor gol Southampton tersebut, termasuk mencetak 21 gol dalam 46 penampilannya bersama Inggris, terkenal karena selebrasi khas kincir anginnya.
Sebelum bergelut dengan pacuan kuda, fans begitu mengenalnya di lapangan. Maklum, selain bersama Soton, Channon pernah membela Manchester City, Newcastle United, hingga Norwich City selama 22 tahun.
Dia mencetak 236 gol secara keseluruhan dan merupakan bagian dari skuad Soton saat memberikan salah satu kejutan terbesar di Piala FA 1976. Di luar dugaan Soton mampu menumbangkan Manchester United dengan keunggulan tipis 1-0 saat itu.
Tapi, yang selalu tertinggal di latar belakang Channon adalah hasrat akan kuda. Itu tidak pernah lolos, termasuk saat dirinya diminta pernyataan tentang pacuan meski sedang mengomentari jalannya pertandingan sepakbola.
Channon terjun ke dunia pacuan kuda setelah membeli kuda pertamanya seharga 440 pounds (Rp 8,9 juta) pada 1973. Dia menyaksikan kudanya tersebut memenangkan tiga balapan.
Kuda Channon, Cathy Jane, selalu menunjukkan performa terbaik di setiap aksinya. Sementara kuda lain, Man on The Run, dimiliki Channon bersama putranya dan Kevin Keegan.
Meskipun Keegan tidak memiliki sentuhan emas seperti yang dilakukan Channon, pasangan itu menikmati hari-hari di trek bersama. "Saya membawanya ke perlombaan. Kuda kami finis terakhir, jadi kami mabuk sampanye," kenang Channon.
Pada awal 2000-an, Channon adalah salah satu pelatih kuda terbaik di Inggris. Pada satu titik, dia menikmati lebih banyak pemenang daripada mendiang Sir Henry Cecil dan John Gosden dengan kudanya, Mishriff, meski memenangkan perlombaan terkaya di dunia awal tahun ini.
Pada saat dia mendirikan kandang kuda, West Ilsley, dekat Newbury yang dulu dimiliki oleh Ratu Elizabeth II, Channon memiliki hampir 200 kuda di bawah pengawasannya.
Channon kemudian mendapat 123 pemenang dan hadiah uang yang terus bertambah. Lalu, datanglah Youmzain, salah satu kuda terbaik Channon.
Kuda terbaiknya itu dibeli seharga 33.000 pounds (Rp 670 juta), hebatnya dia memenangkan hampir setidaknya hadiah uang senikai 4 juta pounds (Rp 81 miliar), menjadi runner-up tiga kali di Prix de l'Arc de Triomphe dari 2007 hingga 2009, serta dua kali terbaik sebagai runner-up di King George Stakes di Ascot.
Kuda itu memberi bukti posisi Channon sebagai salah satu pelatih terbaik dalam bisnis ini, meski Channon pernah terlibat dalam insiden mengerikan pada 2008. Dia terlibat kecelakaan mobil yang secara tragis merenggut nyawa temannya, Tim Corby.
Pesepakbola yang kini menjadi pelatih kuda tersebut telah mencapai tujuan seumur hidupnya, yakni memenangkan perlombaan klasik Samitar 1000 Guinea di Irlandia pada 2012.
Tapi, itu bukan akhir dari semuanya. Channon tetap sibuk seperti sekarang. Dia memenangkan 2,6 juta pounds (Rp 52,8 miliar) dari kudanya dalam lima musim terakhir saja.
Sementara pahlawan The Three Lions lainnya yang sukses di lintasan balap kuda adalah mantan ikon Liverpool, Real Madrid, Newcastle, Michael Owen. Tidak seperti figur lain, Owen sangat mengetahui seperti apa pelana itu.
Owen, pemilik Manor House Stables, menempati posisi kedua pada debutnya di Ascot pada November 2017. "Saya pulang dalam keadaan utuh dan memiliki waktu dalam hidup saya," kata Owen usai mengikuti Kejuaraan Prince's Countryside Trust.
Owen juga merayakan kemenangan bersama kudanya yang diberi nama Ever Given. Nama itu diberikan setelah terinspirasi dari sebuah nama kapal kargo raksasa yang memblokir Terusan Suez awal tahun ini.
Owen mendirikan Manor House sebelum pensiun dari sepakbola sepenuhnya dan menunjuk Tom Dascombe sebagai pelatih Owen untuk meraih kesuksesan di pacuan kuda.
Berbicara tentang pelatih kuda, mantan pemain Coventry dan Newcastle United, Mick Quinn, juga turut terjun dalam dunia balapan kuda. Quinn, pemain yang terkenal karena hat-trick melawan Arsenal di Highbury, sekarang sukses sebagai miliarder dengan menjalankan dunia pacuan kuda.
Dia berada dalam performa yang patut diacungi jempol musim ini, mengalahkan tiga pemenang quickfire awal bulan ini. Salah satu kuda bintangnya adalah Inver Park, milik pendiri Purplebricks Kenny Bruce.
Quinn menuturkan pacuan kuda jauh dari perkataan kasar, termasuk perkelahian saat melibatkan Quinn dengan 22 pemain di lapangan. Polisi sampai turun tangan untuk menghentikan permainan Portsmouth di Wimbledon pada Maret 1986.
"Anda harus memiliki catatan kriminal untuk bermain di tim kami. Saya mendapat penjara tiga minggu ketika saya kedapatan mengemudi sudah didiskualifikasi - tetapi kami bisa bermain,” ujar Quinn. "Kami berjuang setiap hari dalam latihan, tetapi kami saling mendukung di lapangan."
Quinn memperoleh setidaknya 1.500 pounds (Rp 30,4 juta) seminggu di karier puncaknya, tetapi dia justru meninggalkan sepakbola tanpa uang karena masalah perjudian, minum, dan hubungan seks bebas.
Balapan dan pelatihan dari markasnya di Newmarket telah menjadi cara membangun kembali hidupnya. Hasilnya, dia meraih tiga kemenangan dalam 11 hari awal bulan ini. Dia pun mencetak keuntungan sebesar 11.772 pounds (Rp 239 juta).
Quinn senang mengalahkan para pemain besar di lapangan.
Dia memiliki pertarungan lain di tangannya melawan pemilik kuda lain sekaligus saingannya yang kaya raya.
Tapi, satu kesamaan yang dimiliki keempat mantan pesepakbola ini adalah karier mereka yang sukses di pacuan kuda. Kelompok yang tidak bisa dianggap remeh. Mereka gila saat di dunia sepakbola dan gila pula dalam karier keduanya di dunia pacuan kuda.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini