Copa America
Libero.id - Pertandingan sepakbola di seluruh dunia sempat carut-marut karena pandemi Covid-19. Namun, sepakbola semakin hari kian membaik selama 18 bulan terakhir kecuali sepakbola di Benua Amerika. Bahkan, beberapa minggu sebelum Copa America dimulai, banyak tindakan konyol yang terjadi di sana.
Tidaklah terlalu mengada-ada untuk mengatakan bahwa ini adalah turnamen besar kedua di dunia, sebab Copa America adalah kompetisi tertua di dunia sekaligus terselenggara di benua terbesar kedua sejagad raya, yang diperebutkan dalam empat dari enam tahun terakhir.
Alasan Copa America dipindahkan ke tahun ini adalah untuk menyaingi Euro 2020. Kejuaraan Eropa itu juga merapikan kalender olahraga secara global setelah terdampak karena virus Corona.
Tetapi, 12 hari sebelum kick-off, panitia penyelenggaraan kompetisi dinilai begitu buruk. Kompetisi terakbar di benua itu sempat tidak punya tuan rumah, walau kini Brasil ditunjuk CONMEBOL sebagai penyelenggara. Neymar da Silva Santos Junior dkk juga sempat menyuarakan protes agar negaranya tak menjadi tuan rumah.
Namun, Brasil akhirnya menjadi tuan rumah setelah Kolombia dan Argentina mundur karena kasus Covid-19 yang terus melonjak. Sehingga, hampir tidak ada selera untuk menyaksikan sepakbola di benua itu akibat kondisi yang selalu carut-marut.
Situasi makin kacau setelah terdapat puluhan korban baru positif Covid-19 akibat klaster bernama Copa America. Panitia kini dihadapkan dilema terus menggelar kompetisi, atau terancam batal karena terganjal virus.
Hal sangat kontras dengan Euro 2020 yang tetap terselenggara dengan baik, meski sempat dihentikan karena pandemi selama lebih dari setahun. Melihat pertunjukan mereka sendiri yang dimainkan di 11 negara terpisah, tetap saja hampir semua orang bersiap untuk menyaksikan kompetisi sepakbola terakbar di Benua Biru tersebut.
Sempat ada secercah bagi penggemar Euro ketika Budapest, Hungaria, ditunjuk sebagai salah satu tuan rumah. Namun, Amerika Selatan tidak seberuntung itu dalam hal pengurangan kasus pada skala yang sama atau penerimaan terhadap pesaing mereka.
Fakta bahwa itu hampir mendekati malam pembukaan, namun masih terjadi kekacauan dalam hal manajerial penyelenggaraan kompetisi. Tekanan dan kemarahan yang mencekam, khususnya bagi Brasil yang menjadi pusat penyebaran virus di bagian dunia itu. Mereka terpaksa mengambil kendali menangani penyebaran virus yang dianggap sebagai penyebab krisis.
Jair Bolsonaro, Presiden Reaksioner Brasil, telah skeptis terhadap dampak Covid-19 meskipun meningkatnya kematian dan tumpukan bukti ilmiah yang segera dia abaikan dan dianggap fitnah. Dia telah mengeksploitasi pemutusan politik dan sosial baik untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan.
Tidak ada yang ingin menjadi tuan rumah lagi setelah protes massal menyambut Piala Dunia 2014 dan Olimpiade dua tahun kemudian. Kali ini, para pemain yang memimpin perlawanan, awalnya menolak untuk bermain sebelum secara kolektif menggigit lidah mereka dan melanjutkan pekerjaan mereka.
Menonton dari jauh, kursi kosong (tribune stadion) telah menjadi norma bagi semua orang. Tetapi, tidak ada cara menghilangkan perasaan bahwa tidak ada orang harus berada di sana untuk alasan yang sangat sepele selama masa paling serius.
Tidak ada yang menyimpulkan lelucon seperti pertandingan pembukaan Brasil, kemenangan 3-0 atas Venezuela Minggu lalu. Gol Marquinhos, Neymar, dan Gabriel Barbosa nyaris tak layak untuk dilihat lagi berkat 13 kasus positif Covid-19 di kubu lawan, menyapu bersih hampir seluruh tim utama mereka.
Sebelum laga perdana bagi Argentina di Copa America, ada penghormatan yang indah dan memukau untuk mendiang Diego Maradona. Tetapi, dengan tidak ada seorang pun di sana yang melihatnya, tontonan itu terlihat seperti pelecehan.
Lionel Messi mencetak gol lagi saat melawan Chile, meski berakhir imbang 1-1. Messi mencetak tendangan bebas brilian yang sayangnya sulit meredam euforia Euro 2020.
Yang jelas, turnamen internasional itu spesial, unik, dan menarik. Olahraga yang telah ditonton di dalam negeri sepanjang tahun, bahkan tanpa henti karena keadaan. Mereka berbeda karena nuansa, kebisingan, dan euforia teriakan para penggemar, kegembiraan, dan kebanggaan negara-negara kecil dan referensi budaya yang berbeda.
Sementara tidak ada menarik di pertandingan Copa America musim ini. Mereka hanyalah contoh tontonan yang tidak lebih dari pesepakbola yang bermain baik, sebab mereka berkewajiban bermain. Membosankan hanya membuat siapapun yang menontonnya menguap. Dunia telah melihat itu di Copa America tahun ini.
Sementara di Wembley, para penggemar Inggris bersemangat menyemangati tim nasional. Perasaan bangga dan euforia menjelang pertandingan kandang pertama Inggris selama 25 tahun menjadi momen yang sangat dinanti. Sangat berbeda dengan Brasil yang justru sibuk berperang dengan virus, pemandangan yang miris sebab kesombongan sekelompok penguasa politik.
Inggris begitu memandang penting Euro 2020 sebagai sebuah alat pemersatu bangsa, bahkan lebih diperhatikan dari sebelumnya. Sepakbola telah mengalami keanjlokannya selama pandemi ini, tetapi sekarang mulai menemui kesehatannya kembali. Itulah sebabnya orang pergi ke pub dan melihat teman-teman mereka. Euro 2020 telah memberikan segenap kebahagiaan, khususnya di sisi Gareth Southgate sebagai kekuatan pendorong untuk itu.
Bandingkan kontrasnya Euro 2020 dengan Copa America, sebuah pertunjukan tanpa euforia. Copa America diselimuti dengan duka, ditelantarkan oleh krisis yang menyerangnya dan terus berlarut-larut dalam ketakutan.
Bagi banyak orang, jadwal di televisi terestrial Inggris terasa seperti tiket impian, atau porsi lain untuk menambah prasmanan musim panas sepuasnya. Pada kenyataannya, ini merupakan cerminan suram dari masalah benua yang lebih besar. Berbenahlah Amerika Selatan, sudah saatnya memperbaiki kesalahan.
(muflih miftahul kamal/yul)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini