Persijara Banda Aceh
Libero.id - Media sosial Indonesia sedang heboh oleh rekaman video kelakukan ofisial Persiraja Banda Aceh yang memberi pemain asingnya kopi hitam setelah latihan. Bukan kopinya yang menuai kritik, melainkan caranya.
Sejak promosi ke Liga 1, Persiraja Banda Aceh menjadi salah klub yang banyak dibicarakan suporter. Bukan karena materi pemain, penampilan di lapangan, atau fasilitas penunjang yang dimiliki. Laskar Rencong banyak menjadi bahan ejekan di media sosial karena sejumlah usulan yang antimainstream.
Contohnya di Liga 1 2020 sebelum dihentikan. Saat itu, persiraja sempat meminta tidak menggelar pertandingan kandang selama Ramadhan. Alasannya, tentu saja berkaitan dengan agama.
Ketika Liga 1 2021/2022 akan kembali digulirkan, mereka juga mengeluarkan usulan yang menjadi bulan-bulanan suporter klub lain. Persiraja termasuk satu dari beberapa tim yang mendukung wacana kompetisi tanpa degradasi. Alasannya, pandemi Covid-19.
Kontroversi kembali mereka tunjukkan saat kompetisi akan bergulir. Sebuah rekaman yang viral menunjukkan para pemain asing Laskar Rencong diberi kopi hitam kental setelah menyelesaikan latihan. Entah terpaksa atau sukarela, para pemain asing itu menerima dan meminumnya dengan wajah bingung.
"Good for stamina (bagus untuk stamina)," ucap suara dalam latar belakang video itu. "No problem, good (tidak masalah, bagus)," timpalnya lagi.
Yang membuat banyak orang heran adalah cara menyajikannya. Kopi itu dibungkus dalam kantong plastik bening. Lalu, ofisial menuangkannya dalam gelar plastik kecil ketika sang pemain sedang berjalan meninggalkan lapangan lengkap dengan jersey latihan.
Dalam rekaman lain juga mentunjukkan para pemain asing duduk dengan kursi plastik kecil di pinggir lapangan sambil menikmati kopi. Lagi-lagi dengan gelas plastik kecil, entah bekas air mineral atau gelas khusus. Para pemain asing itu terlihat diam dengan sesekali berbicara satu sama lainnya.
Orang lebih kaget lagi karena terdapat sebuah ember besar yang berisi baju-baju pemain selepas latihan yang ditumpuk begitu saja. Di belakangnya ada mobil pick-up yang kemungkinan besar berisi peralatan latihan. "Yang penting kebersamaan. Harus adaptasi," tulis akun @asean.football mengutip pelatih fisik Persiraja.
Klub profesional dikelola dengan cara amatir
Rekaman itu menjadi pro dan kontra karena status Persiraja sebagai klub profesional peserta Liga 1. Jika hal itu dilakukan saat Laskar Rencong masih di Liga 2 atau Liga 3, kemungkinan tidak ada yang peduli.
Pasalnya, ditengah tuntutan untuk menaikan level sepakbola di Indonesia, sudah seharusnya klub berubah ke arah yang lebih baik. Profesionalisme bukan hanya tulisan di atas kertas atau kata-kata yang diucapkan, melainkan harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di luar negeri seperti Malaysia, Thailand, atau Kamboja, klub-klub sudah mulai sadar apa arti profesionalisme yang sebenarnya. Itu bukan hanya tentang membayar pemain dengan wajar, melainkan juga memiliki banyak konsekuensi lain.
Klub profesional harus memperlakukan pemain dengan layak. Misalnya, lapangan latihan yang representatif dan memenuhi standar. Lalu, kebutuhan pakaian dan tempat tinggal. Dan, yang tak kalah penting adalah asupan makan. Bukankah lebih baik jika kopi itu disajikan dalam gelas yang lebih bagus dan pemain tidak duduk lesehan seperti dalam rekaman?
Kafein bagus untuk atlet dalam dosis wajar
Bagaimana dengan kopi? Penelitian yang sudah banyak dilakukan membuktikan kafein dalam kopi mampu meningkatkan daya tahan selama pertandingan atau latihan dalam durasi panjang.
Fakta menunjukkan, otot menggunakan dua substrat untuk memproduksi energi, yaitu glukosa dan asam lemak bebas (free fatty acids). Glukosa ditemukan dalam darah, disimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen. Asam lemak bebas disimpan dalam depot lemak di berbagai lokasi tubuh.
Selama pertandingan yang intensif, kinerja atlet dapat dibatasi oleh ketersediaan glikogen yang tersimpan dan glukosa darah. Ketika jumlahnya menipis, atlet akan mengalami kelelahan.
Di sinilah efek positif kafein. Zat ini membantu merangsang mobilitas asam lemak bebas dalam darah. Dampaknya, otot dapat menggunakannya sebagai sumber energi, yang dapat menghemat penggunaan cadangan glikogen serta glukosa darah karena lemak dikonversi menjadi sumber energi utama.
Penelitian juga menunjukkan, waktu yang baik kafein dalam jumlah moderat diberikan kepada pesepakbola adalah 60 menit sebelum latihan (pertandingan). Sebab, kafein tidak hanya membantu dalam hal energi, melainkan juga dapat terkait konsentrasi. Kafein membantu menajamkan logika, daya ingat, kefasihan verbal, dan pengambilan keputusan.
Dampak negatif kafein di olahraga
Namun, kafein juga memiliki dampak negatif bagi atlet. Untuk efek jangka panjang konsumsi kafein harus sangat diperhitungkan. Jika terlalu berlebihan, dapat berisiko membuat atlet mudah lelah, insomsia, dan dieresis.
Konsumsi kafein yang berlebihan sebagai stimulan juga dapat meningkatkan ketegangan saraf diikuti depresi ketika bertanding. Efek samping dari penggunaan kafein dosis besar adalah gelisah, sakit kepala, insomnia, iritabilitas saraf, otot berkedut, hingga agitasi psikomotor.
Selain itu, dapat menyebabkan ketergantungan dan ketidaknyamanan pencernaan serta aritmia jantung dan tekanan darah tinggi. Atlet muda cenderung lebih rentan terhadap komplikasi psikologis dan kardiovaskular, serta pola tidur dapat terganggu. Overdosis kafein juga dapat bersifat mematikan.
(andri ananto/anda)
Media Malaysia Soroti 9 Pemain Timnas Indonesia yang Pilih Ikut Pendidikan Polisi
Di Malaysia, mimpi pemain muda gabung Real Madrid. Di Indonesia, jadi Polisi.Tegas! Termasuk Rumput, PSSI Pasti Benahi JIS Sesuai Arahan FIFA
PSSI pastikan jalankan semua rekomendasi FIFA.Sindir Pemain Timnas yang Daftar Polisi? Marselino Ferdinan Pose jadi Maling
Ada-ada saja ulah pemuda Indonesia yang satu ini.Piala AFF U-23 2023 di Depan Mata, 4 Pemain Timnas ini Justru Ikut Pendidikan Polisi
Cita-cita pemain itu seharusnya main di Real Madrid. Bukan jadi Polisi atau PNS.Asnawi Mangkualam Berpakaian Layaknya Artis K-Pop, Ini Tanggapan Kocak Netizen
Makin terbiasa dengan budaya di Korsel wkwk...
Opini