Jangan Panik Inggris Sendirian, Tim Unggulan Lain juga Terus Berjuang di Euro 2020

"Hanya Italia dan Belgia yang menunjukkan konsistensi."

Analisis | 22 June 2021, 00:21
Jangan Panik Inggris Sendirian, Tim Unggulan Lain juga Terus Berjuang di Euro 2020

Libero.id - Menjelang laga terakhir penyisihan grup Euro 2020, kecuali Grup A yang sudah mendapatkan tim lolos ke babak 16 besar, hasil beragam diperoleh tim-tim unggulan.

Italia tampak angkuh selama fase grup, di mana mereka menyabet semua kemenangan hingga memastikan juara Grup A. Namun, berbeda dengan unggulan lainnya.

Sebut saja Spanyol masih menunggu kemenangan pertama, Prancis secara mengejutkan ditahan Hungaria, dan Jerman kalah dalam pertandingan pembukaan mereka.

Jadi, tentu saja tidak semua malapetaka dan kesuraman dialami Inggris. The Three Lions memang mendapat banyak kecaman setelah bermain imbang tanpa gol saat menghadapi Skotlandia.

Karena itu, para analis dari Daily Mail seperti Matt Barlow, Sami Mokbel, Chris Wheeler, Jack Gaughan, Tom Collomosse, dan Pete Jenson memberikan penilaian mereka tentang bagaimana para pesaing melakukan fairing menjelang sistem gugur akhir pekan ini.

Belgia

Kabar baik untuk tim peringkat satu dunia — dan kabar buruk bagi rival mereka — adalah mereka telah memenangkan kedua pertandingan pembukaan mereka. De Rode Duivels semakin kuat memasuki fase gugur.

Kemenangan 3-0 atas Rusia diikuti dengan kemenangan 2-1 atas Denmark pada malam emosional di Copenhagen ketika Kevin De Bruyne, Eden Hazard, dan Axel Witsel masuk dari bangku cadangan untuk membalikkan keadaan.

Ketiga pemain itu akan memulai pertandingan grup terakhir hari ini melawan Finlandia di St Petersburg. Tim asuhan Roberto Martinez itu diyakini tampil dengan kekuatan penuh.

Pertanyaan tetap ada tentang pertahanan Belgia yang menua. Tetapi, ketika De Bruyne dan Hazard kembali fit, serta Romelu Lukaku selalu diandalkan mencetak gol, Belgia membentuk kekuatan yang diharapkan semua orang.

Inggris

Gareth Southgate mengambil empat poin dari dua pertandingan pembukaan. Jadi, mengapa semua wajah murung? Kalahkan Republik Ceko besok dan ini merupakan babak penyisihan grup yang sangat bagus untuk Inggris. Oke, performa dan hasil melawan Skotlandia seharusnya lebih baik — tetapi fakta bahwa pasukan Steve Clarke merayakannya seolah-olah mereka memenangkan pertandingan memberi tahu Anda banyak hal.

Inggris meraih dua clean sheet. Capaian itu seharusnya disambut baik. Jika mereka melakukan hal lebih baik lagi, mereka masih bisa melangkah lebih jauh. Ini adalah tindakan penyeimbangan yang sulit, tetapi kurangnya kreativitas harus menjadi perhatian.

Kemenangan meyakinkan atas Ceko akan menempatkan Inggris di depan menuju sistem gugur dan Southgate sepertinya dapat membalikkan kerutan (fans Inggris).

Prancis

Belum mencapai ritme terbaik mereka dan masih menunggu Karim Benzema dan Kylian Mbappe mencetak gol, tetapi kedalaman kualitas yang dimiliki Didier Deschamps sudah jelas. Mereka adalah skuad terlengkap Euro 2020 dan memiliki empat poin dari grup terberat.

Secercah harapan bagi orang lain, mungkin, saat Les Bleus kepayahan melawan Hungaria di terik panasnya Budapest. Mereka kembali ke tempat yang sama melawan Portugal, tetapi kinerja yang kuat melawan Jerman di pertandingan pembuka adalah indikator yang lebih baik dari apa yang bisa mereka lakukan.

Dengan asumsi Jerman dapat melakukan apa yang tidak bisa dilakukan Prancis, yakni mengalahkan Hungaria. Juara dunia 2018 itu tinggal mengalahkan Portugal untuk memuncaki klasemen grup.

Jerman

Menahan keberanian mereka ketika Der Panzer membutuhkan kemenangan melawan Portugal.

Mustahil mengesampingkan master sepakbola di turnamen Eropa. Maklum, mereka terlalu berhati-hati melawan Prancis di pertandingan pembuka. Tapi, mereka mengubah itu saat tampil lebih berisiko melawan Portugal. Imbasnya, mereka mendapat hadiah empat gol.

Kai Havertz dari Chelsea masih menjadi andalan. Ini akan memberi mereka keyakinan bahwa mereka bisa mengalahkan Hungaria di Munich dan tumbuh menjadi kompetisi dari sana. Hasil imbang antara Prancis dan Portugal – atau kemenangan Portugal – dalam pertandingan terakhir mereka berarti Jerman dapat memuncaki grup setelah mengalahkan Hungaria.

Belanda

Pasukan Frank de Boer telah melampaui ekspektasi lolos ke sistem gugur dengan relatif nyaman.
Sistem 5-3-2 yang diterapkan De Boer memang tidak populer, tetapi membuahkan hasil. Kekhawatiran mereka bosan melihat permainan De Oranje terbukti tidak berdasar pada dua pertandingan.

Belanda telah membawa ancaman serangan nyata di kedua laga dan mereka meningkatkan pertahanan di setiap pertandingan Euro 2020. Semua itu terjadi karena kembalinya Matthijs de Ligt.
Denzel Dumfries, Giorginio Wijnaldum, dan Frenkie de Jong sejauh ini menjadi andalan mereka. Namun, mereka masih menunggu ketajaman Memphis Depay.

Mereka tidak mungkin memenangkannya. Tetapi, Belanda dapat mencapai semifinal jika terhindar bertemu Portugal, Prancis, atau Jerman di babak 16 besar.

Italia

Sulit untuk menemukan kesalahan saat melihat tiga penampilan Italia. Mereka terlihat berbahaya dalam serangan, seimbang di lini tengah, dan solid dalam pertahanan. Mereka juga memiliki salah satu kiper terbaik Eropa, Gianluigi Donnarumma.

Mereka membawa kembali gelandang PSG, Marco Verratti, melawan Wales. Penampilan Verratti menandakan kembali maestro lini tengah setelah absen pada dua pertandingan grup karena cedera lutut.

Namun, ada sedikit pertanyaan tentang Italia. Akankah kapten Giorgio Chiellini fit saat tampil di babak 16 besar setelah mengalami cedera paha saat melawan Swiss? Bisakah Ciro Immobile dipercaya melawan tim papan atas? Dan, apakah Italia makin efektif ketika mereka harus meninggalkan Stadio Olimpico Roma?

Portugal

Begitu banyak bakat menyerang, tetapi kelemahan pertahanan mereka diekspos oleh Jerman. Sang juara harus mengalahkan Prancis untuk memastikan lolos sebagai salah satu dari dua teratas.

Kecepatan dan pergerakan Mbappe dan Benzema pasti akan menguji mereka lagi. Tetapi, mereka memiliki banyak pengalaman. Portugal berhasil mengatasi Prancis di final Euro 2016, walau fakta itu tak boleh dijadikan barometer.

Ini semua tentang masuk ke babak 16 besar — yang mungkin mereka lakukan jika mereka kalah dari Prancis — dan membangkitkan kepercayaan, kemudian menemukan cara untuk menang di babak sistem gugur.

Spanyol

Nyaris tidak mungkin tersingkir di babak penyisihan grup, tetapi Spanyol melakukan yang terbalik. Mereka kehilangan kesempatan demi kesempatan melawan Swedia, dan bisa dengan mudah kehilangan permainan mereka berakhir imbang 0-0.

Mereka mendapat gol yang sulit ditangkap melawan Polandia, tetapi manajemen permainan mereka buruk. Situasi itu dapat dimaksimalkan Robert Lewandowski ketika menyudahi perlawanan Aymeric Laporte dengan sundulan yang bagus.

Ada lebih banyak pertanyaan daripada jawaban saat ini untuk Luis Enrique.

Mengapa dia tidak menggunakan kapten pemenang Liga Champions Cesar Azpilicueta? Mengapa gelandang serang Marcos Llorente digunakan sebagai bek kanan?

Mereka harus mengalahkan Slovakia di pertandingan terakhir untuk terus maju, tapi tak seorang pun di Spanyol percaya mereka bisa memenangkan turnamen.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network