Byron Moreno
Libero.id - FIFA saat ini sudah menyetujui penggunaan VAR di berbagai pertandingan sepakbola. Pengamatan terhadap jalannya pertandingan menjadi lebih teliti dan detail karena semua kejadian direkam dari berbagai sudut oleh kamera. Lalu, diamani dan dilaporkan kepada wasit lewat alat komunikasi yang terpasang.
Dengan VAR, kejadian seperti Byron Moreno saat memimpin Italia melawan Korea Selatan di Piala Dunia, 19 tahun lalu, bisa teratasi dengan mudah.
Bagi anak milenial yang lahir pada 2000-an, Moreno adalah sosok asing. Tapi, bagi generasi yang lahir sebelum 1990-an, Moreno adalah sosok yang paling dibenci. khususnya bagi suporter Italia. Siapa Moreno? Mengapa dia kontroversial?
Moreno adalah wasit berpaspor Ekuador. Dia bertanggung jawab atas kekalahan Italia di fase knock-out. Saat itu, Moreno dianggap sebagai aib terbesar dalam sepakbola sebelum diteruskan Tom Henning Ovrebo di pertandingan Liga Champions yang melibatkan Chelsea dengan Barcelona.
Asosiasi Sepakbola Ekuador (FFE) sempat memberlakukan skorsing untuk kasus pengaturan pertandingan yang melibatkan Moreno di kompetisi domestik Ekuador. Itu terjadi setelah Piala Dunia 2002. Tapi, keputusan tersebut diduga kuat sebagai langkah politis agar FFE tidak dituduh sebagai produsen wasit curang.
Alih-alih bertobat, beberapa tahun setelahnya, Moreno justru tertangkap menyelundupkan 6 kg heroin ke Amerika Serikat (AS). Tapi, sekarang dia bebas setelah beberapa tahun mendekam dibalik jeruji besi.
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi dengan kepemimpinan Moreno di pertandingan Italia melawan Korea tersebut? Berikut ini analisisnya:
1. Penalti Korea Selatan
Moreno hanya butuh tiga menit untuk memulai kontroversinya. Hampir seketika, Korea dihadiahi penalti setelah Seol Ki-hyeon dijatuhkan di dalam kotak penalti. Penyebabnya sangat minim, yaitu semacam senggolan kecil dengan Christian Panucci.
Namun, Korea tidak bisa mengkonversinya menjadi gol. Gianluigi Buffon menggagalkan sepakan Ahn Jung-hwan, yang mengarahkan bola dengan jelas ke kanannya. Bencana dihindarkan, meski untuk sementara, bagi Gli Azzurri.
Apakah benar harus diberikan penalti? Sejujurnya, itu adalah bukti kecurangan wasit. Anda bisa melihat rekaman ulangnya kembali. Insiden itu tidak diputar ulang dari sudut lain. Tapi, sangat mengejutkan bahwa para pemain Korea sendiri tampak sedikit terkejut telah diberikan tendangan penalti.
2. Sikutan Christian Vieri
Tujuh menit kemudian, Christian Vieri dan Kim Tae-young berduel untuk memperebutkan bola udara. Tae-young jatuh dengan keras setelah tersambar siku Vieri tepat ke hidung. Moreno memang menyatakan itu adalah pelanggaran. Tapi, tidak memberi kartu kuning kepada Vieri.
Striker itu tampak prihatin pada Tae-young karena hidungnya berdarah pada menit-menit berikutnya. Dia meminta maaf dan memberi isyarat kepada pemain Korea lainnya bahwa dia melakukannya dengan tidak sengaja. Siku yang mendarat ke hidung Tae-young adalah murni ketidaksengajaan.
Sebenarnya, ini bukan termasuk bagian dari kontroversi Moreno. Tapi, ini hanya awal agar anda bisa membandingkan dengan siku terbang lainnya di sepanjang pertandingan berlangsung.
3. Sikutan Francesco Totti
Kira-kira 21 menait pertandingan berlangsung, Franceso Totti kemudian dengan kencang menyikut hidung Kim Nam-il saat berduel untuk mendapatkan sundulan dari sebuah umpan lambung. Satu-satunya kebenaran yang dilakukan oleh Moreno dalam pertandingan tersebut, adalah memberi Totti kartu kuning karena sikutannya tersebut.
4. Sikutan Kim Tae-young
Ketika Kim Tae-young memukulkan sikunya yang marah ke wajah Alessandro del Piero di dalam kotak penalti tepat setelah babak kedua dimulai. Kedua pemain jelas dalam kondisi melanggar aturan sepakbola.
Tae-young menyadari kesalahannya. Dia gusar dengan penarikan baju oleh Del Piero. Dia mungkin masih belum pulih dari pukulan hidung sebelumnya. Tapi, sangat jelas jika Tae-young melepaskan pukulan terencana pada penyerang Juventus tersebut.
Uniknya, Del Piero tetap tenang dan tidak emosi menyikapi kecurangan tersebut. Bahkan, dia rela kehilangan penalti yang seharusnya didapatkan Iralia akibat kejadian itu.
5. Lee Chun-soo dan Paolo Maldini
Tidak banyak analisis yang diperlukan untuk yang satu ini. Mendekati 90 menit pertandingan, Paolo Maldini terbaring, terlentang, setelah duel sengit di jantung pertahanan Korea. Maldini terbaring adalah pukulan keras di belakang kepalanya oleh Lee Chun-soo.
Begitu jelas itu adalah pelanggaran. Tapi, kartu kuning masih tersimpan di saku Moreno. Dia tetap memimpin pertandingan seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
6. Kartu merah untuk Francesco Totti
Setelah Korea menyamakan kedudukan pada menit 88, momen menentukan pertandingan terjadi pada 12 menit memasuki perpanjangan waktu. Saat itu, Totti dikeluarkan dari lapangan. Moreno tampaknya cukup yakin babwa Totti melakukan diving di dalam kotak penalti.
Apakah itu benar-benar diving? Dalam tayangan ulang terlihat jelas Totti terjatuh lebih dulu sebelum bola direbut oleh Song Chong-gug. Jika dilihat dari sudut yang berbeda, akan sangat jelas bahwa Chong-gug menjegal kaki Totti hingga superstar bernomor punggung 10 tersebut tersungkur di dalam kotak penalti.
Seharusnya, itu adalah penalti. Sebuah penalti dengan potensi untuk menyelesaikan pertandingan dan kemudian keluar dengan hasil imbang, setidaknya mereka dapat mengamankan satu poin, mengirim Italia ke perempat final, dan menyingkirkan tuan rumah.
7. Gol Damiano Tommasi dianulir
Damiano Tommasi dari AS Roma tampil luar biasa malam itu. Sebuah performa brilian yang tidak akan mungkin dilupakan. Dia terbukti menjadi pemain Italia yang paling tampil impresif pada pertandingan itu dengan umpan lambung yang sangat indah.
Dia hampir mendapatkan hadiah atas usahanya dengan gol emas di menit ke-20 perpanjangan waktu. Tapi, dia dianggap off-side dengan jarak selebar rambut, dan untuk kelima kalinya di turnamen itu, gol Italia digagalkan.
8. Kesimpulan
Sebenanya, performa Italia pada 2002 bisas-biasa saja. Meski starting liner-up mereka secara empiris merupakan punggawa terbaik pada zamannya, Italia tidak tampil dengan standar yang memukau.
Namun performa Italia yang buruk dalam hal pertahanan saat itu mulai dilupakan oleh dunia. Yang teringat hanyalah kontroverai Moreno yang memberikan kartu merah kepada Totti dan terlihat seperti baru saja melakukan royal flush dalam permainan kartu.
Apakah dengan dimulainya VAR berarti tidak akan pernah melihat orang seperti Moreno lagi? Yang jelas, Italia berlaga di Euro 2020 dengan VAR, bukan dengan Moreno lagi. Performa mereka baik dan terbukti dari perolehan poin sempurna di klasemen akhir Grup A.
(muhammad alkautsar/anda)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini