Georginio Wijnaldum
Libero.id - Bagi mereka yang terbiasa dengan peran box-to-box Georginio Wijnaldum di Liverpool asuhan Juergen Klopp, jangan kaget jika penampilan bersama Belanda pada Euro 2020 jauh lebih produktif. Itu karena peran pemain Paris Saint-Germain (PSG) musim depan itu berbeda antara klub dan timnas.
Versi internasional Wijnaldum adalah bintang yang sama sekali berbeda. Di Belanda, dia adalah No.10 dalam skema 3-4-1-2 atau bermain tepat di belakang dua striker, yaitu Wout Weghorst dan Memphis Depay. Dari posisinya yang maju, dia mencetak gol bagus di pertandingan pembuka dan dua gol di laga terakhir.
Rekor mencetak gol Wijnaldum untuk negaranya sangat bagus, terutama selama tiga tahun terakhir. Dia memproduksi 17 gol dalam 28 penampilan internasional terakhirnya, termasuk hattrick melawan Estonia, gol kompetitif di kandang dan tandang melawan Jerman, dan gol pembuka dalam kemenangan 2-0 atas Prancis di De Kuip.
Memang tidak semua gol berasal dari posisi No.10 dalam 3-4-1-2 (karena pelatih lama, Ronald Koeman, lebih banyak menggunakan 4-3-3). Tapi, terbukti bahwa dibandingkan dengan perannya di level klub, Wijnaldum memiliki tanggung jawab lebih menyerang di Belanda.
Mengapa hanya mencetak sedikit gol di klub?
Jika kita menyaksikan Wijnaldum di Belanda, apakah itu berarti Klopp salah mengartikan talenta Wijnaldum? Tidak juga!
Tanggung jawab pelatih sepakbola bukanlah untuk mendapatkan yang terbaik dari setiap pemain individu, melainkan untuk menempatkan para pemain dalam peran yang masuk akal dalam konteks tim secara umum. Secara realistis, Wijnaldum memiliki rekan satu tim yang sangat berbeda di level internasional dan klub.
Belanda kekurangan pemain penyerang kelas dunia, dengan Depay satu-satunya pengecualian. Mereka memiliki banyak opsi lini tengah yang bisa mengendalikan permainan. Karena itu, masuk akal untuk mendorong Wijnaldum maju.
Di Liverpool, terdapat dua penyerang kelas dunia dalam diri Sadio Mane dan Mohamed Salah. Mereka juga punya "false nine" yang mampu menciptakan dan mencetak gol dalam diri Roberto Firmino. Ada lagi sejumlah full back yang memiliki kemampuan assist maupun mencetak gol jempolan.
Dengan fakta seperti itu, wajar jika Klopp membutuhkan Wijnaldum untuk memainkan peran yang lebih ke tengah. Dia hanya mencetak 16 gol dalam 179 penampilan Liga Premier untuk Liverpool. Itu jumlah yang kontras jika dibandingkan pertandingan internasional.
Semua hal tentang posisi Wijnaldum bisa dijelaskan secara logis dan bukan skandal atau faktor suka dan tidak suka. Sebab, klub papan atas menampung banyak gelandang berbakat dengan beberapa diantaranya memiliki prestise memainkan peran kunci menyerang. Beberapa lainnya terbiasa dengan posisi yang lebih dalam sebagai gelandang box-to-box.
Contoh pemain dengan tipe sejenis
Dalam sejarah sepakbola, Wijnaldum bukan pemain pertama. Yang lain juga berada dalam situasi yang sama. Aaron Ramsey jarang diturunkan dalam peran No.10 di Arsenal atau Juventus. Dia dipaksa memainkan lebih banyak peran fungsional No.8 (gelandang tengah). Kadang juga diminta untuk beroperasi dari sayap (No.7).
Namun, untuk Wales, Ramsey sering diturunkan sebagai gelandang serang (No.10) di belakang No.9 (penyerang tengah). Dalam skema 4-2-3-1, itu memberi Ramsey izin untuk menerobos lini belakang lawan secara teratur. Contoh paling baru adalah golnya melawan Turki.
Ramsey tidak seproduktif Wijnaldum. Tapi, dia mencetak lebih dari satu gol setiap empat pertandingan. Itu peningkatan signifikan dibanding di klub.
Kasus lain, Seydou Keita. Dulu, dia adalah gelandang tengah yang disiplin secara taktis dan andal untuk membuat lini tengah Barcelona stabil. Kemudian, orang terkejut dengan perannya di Mali. Dia secara efektif adalah pemain No.10. Bahkan, Keita mengakhiri karier internasional sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa negaranya.
Memang, ini telah menjadi semacam tren di sepakbola Afrika selama dekade terakhir. Lihat saja peran Franck Kessie dengan Pantai Gading dan klub yang berbeda. Lalu, John Obi Mikel di Nigeria dan Chelsea.
Lebih jauh ke belakang, anda bisa membuat kasus serupa untuk Stephen Appiah. Dulu, dia adalah orang yang memimpin serangan Ghana. Tapi, justru memainkan peran gelandang bertahan di Parma dan Juventus. Begitu pula Papa Bouba Diop. Dia adalah gelandang tengah yang berlari bebas untuk Senegal. Tapi, hanya menjadi screener defensif di Fulham.
8 goals, 9 points. ✔️
? What's your favorite moment so far?#EURO2020 #WeTheWave pic.twitter.com/KEg734tsC3
— OnsOranje (@OnsOranje) June 23, 2021
Tanggapan mantan gelandang bertahan Belanda
Mantan gelandang Manchester City dan Belanda, Nigel de Jong, ikut mengomentari penampilan Wijnaldum. Pemain yang terkenal dengan tendangan kungfu ke Xabi Alonso di final Piala Dunia 2010 tersebut memuji setinggi langit penampilan Wijnaldum.
"Dia selalu dalam perjalanan dan mencari bola di area itu. Itulah yang membuatnya begitu istimewa. Tentang pemain yang diremehkan, saya pikir Gini ada di atas sana dengan pemain yang paling diremehkan dalam hal etos kerjanya dan juga dari segi kualitas," kata De Jong.
"Ketika mereka kehilangan Virgil (van Dijk), dia adalah orang berikutnya yang melangkah dan menjadi kapten seperti dia, dia memimpin dengan memberi contoh. Tiga gol di babak penyisihan grup di turnamen besar adalah sesuatu yang bisa anda banggakan," tambah De Jong.
(andri ananto/anda)
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini