Libero.id - Rasa sakit itu berbanding lurus dengan harapan yang dibangun. Kesal, marah, bahkan frustasi ialah akibat minimal yang ditimbulkan jika sebuah harapan yang sudah diusahakan tak tercapai. Anda bisa memakai sesuatu, memukul objek tertentu dan melampiaskannya dengan cara apa saja.
Kalimat di atas cukup terang untuk menggambarkan Cristiano Ronaldo yang mencopot dan melemparkan ban kaptennya ke lapangan sebagai ekspresi kecewa, marah pada diri sendiri, atau bahkan levelnya bisa kita sebut sebagai frustasi.
Sebabnya tak lain ialah Portugal yang tersingkir dari Euro 2020. Gol sensasional dari Thorgan Hazard di babak pertama sudah cukup untuk memastikan kemenangan 1-0 untuk Belgia.
Laga yang digelar di Estadio La Cartuja, Spanyol, pada hari Senin dini hari (28/6) itu berjalan seru dan layaknya seperti final kepagian.
Portugal yang sadar tertinggal dan butuh gol balasan mencoba meningkatkan tekanan di akhir babak kedua, tapi semua upaya itu mentok. Juara Euro 2016 itu tak mampu menembus pertahanan Belgia yang digawangi oleu Thibaut Courtois.
Setelah peluit panjang dibunyikan, Ronaldo terlihat melepas ban kapten di lengannya dan lalu membantingnya di lapangan dengan penuh emosional.
Superstar Portugal berusia 36 tahun itu tampak putus asa dan berjongkok saat para pemain Belgia merayakan kemenangan mereka.
Cristiano Ronaldo threw his armband after the final whistle ? pic.twitter.com/J85IYwQP6s
— ESPN FC (@ESPNFC) June 27, 2021
Seorang penggemar memposting: "Ini pertama kalinya saya benar-benar merasa bersedih untuk Ronaldo dan Portugal."
Orang lain men-tweet: "Menyaksikan Ronaldo keluar dari lapangan itu rasanya seperti akhir dari era Euro."
Pengguna Twitter ketiga mengatakan: "Mungkin Euro terakhir Ronaldo. Sedih karena harus berakhir seperti ini."
Dengan nada serupa, yang keempat menambahkan: "Mungkin Euro terakhir Ronaldo. Saya juga sedih."
Fakta Lain dan Komentar
Meskipun begitu, Ronaldo keluar dari Euro 2020 sebagai pencetak gol terbanyak sementara, dengan lima golnya. Di level yang berbeda, Ronaldo telah mengikuti rekor gol internasional sepanjang masa milik legenda Iran yakni Ali Daei (109).
Tampaknya, Ronaldo perlu menyisakan ruang untuk memaafkan diri sendiri dan berdamai dengan keadaan. Sementara itu, legenda Manchester United Roy Keane bersikeras bahwa Portugal "berjuang seperti juara," tetapi "tidak dimaksudkan" untuk pasukan Fernando Santos.
Berbicara di ITV, Keane berkata: "Belgia tenang dan Portugal masih menciptakan beberapa peluang, tentu saja tidak bagus tetapi mereka tidak memiliki kualitas di sepertiga akhir.
"Mereka tidak punya siapa-siapa untuk disalahkan kecuali diri mereka sendiri, mereka bertarung seperti seorang juara tapi itu tidak seharusnya terjadi."pungkasnya.
Belgia sekarang akan menghadapi Italia di perempat final pada 2 Juli mendatang di Allianz Arena di Munich.
(gigih imanadi darma/gie)
Persiapan Kualifikasi Piala Dunia 2026, Shin Tae-yong Minta Dukungan dan Doa Masyarakat Indonesia
Semangat pokoknya coach Shin!Pimpin Daftar Top Skor Sementara Liga 1 Musim Ini, Carlos Fortes Tak Ingin Jumawa
Musim lalu sempat menurun, tapi musim ini jadi gacor...Hasil Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia Bertemu Brunei Darussalam
Semoga bisa lolos ke Piala Dunia 2026, Amin...Merupakan Rival Berat, Maciej Gajos Beri Tanggapan Soal Persija dan Persib
Bahkan pemain asing sampai tahu soal rivalitas ini...Alami Cedera Parah, Marko Simic Terpaksa Absen Membela Persija Selama 6 Pekan
Krisis penyerang dialami Persija saat ini...
Opini