Libero.id - Masuknya Federico Chiesa dan Matteo Pessina di babak kedua adalah taktik yang sangat menentukan lolosnya Italia ke babak 16 besar Euro 2020, terbukti keduanya masing-masing mencetak gol kemenangan. Atas keberhasilan strategi itu, semua pemain Azzuri pun meluapkan kegembiraanya, tak terkecuali Roberto Mancini dan Gianluca Vialli, mereka berpelukan dengan sangat hangat.
Dua sosok penting dibalik timnas Italia itu telah bekerjasama selama lebih dari 40 tahun. Mancini sebagai pelatih utama dan Vialli sebagai koordinator tim.
Mereka kerap terlihat makan bersama sambil mengobrol santai tentang sepak bola. Keduanya juga terlihat berdansa semalaman di hotspot Portofino Carillon.
Dan pada saat masih menjadi pesepakbola aktif, keduanya sama-sama berjuang di Sampdoria dalam waktu yang lama.
Namun kedekatan keduanya dimulai saat di Coverciano, markas timnas Italia, ketika mereka masih remaja.
"Kami pertama kali bertemu di Coverciano. Orang-orang sudah membicarakannya saat itu. Kami pasti sudah saling kenal berapa lama? Empat puluh tahun,"
"Roberto telah menjadi pahlawan saya sejak saya berusia 14 tahun," ungkap Vialli di saluran TV Italia RAI.
Sebelum di level klub, Vialli dan Mancini---seperti yang disinggung di awal--- justru mulai membentuk ikatan khusus saat sama-sama memperkuat timnas Italia U-21.
Bermain Untuk Sampdoria
Mancini berulang kali mengajak Vialli untuk pindah ke Sampdoria. Pada tahun 1984, bujukannya itu berhasil. Vialli bergabung dengan Sampdoria pada usia 19 tahun dengan menolak beberapa tawaran dari klub-klub besar. Itu adalah awal dari periode paling sukses Sampdoria dalam sejarah mereka.
Di musim debut mereka bersama-sama, I Blucerchiati finis di empat besar dan memenangkan Coppa Italia. Yang patut diingat, mereka meneror Franco Baresi yang biasanya tak tergoyahkan.
Tepatnya di leg kedua final Coppa Italia mereka mencetak dua gol untuk mengalahkan AC Milan. Segera, pers Italia memberi mereka julukan dengan sebutan "Twins Goal."
Pelatih klub saat itu, Mantovani, begitu terpesona oleh duet Mancini dan Vialli, ia mengadopsi mereka sebagai anak laki-laki dan bahkan menamai anjing-anjing nya dengan nama panggilan keduanya Roby dan Luca.
Berbicara tentang hubungan mereka di lapangan, kepada Sky Sports, Vialli mengungkapkan: "Itu terjadi secara alami. Ketika Anda memiliki afinitas ini, hal-hal terjadi begitu saja, Anda melanjutkan dan tidak ada kecemburuan."
Dia menambahkan: “Di luar lapangan akan membantu jika Anda berteman. Jika Anda melihat sesuatu dengan cara yang sama dan memiliki filosofi yang sama dalam hidup. Itu wajar"
"Dan dengan Roberto itu terjadi begitu saja. Kami berteman baik." ucapnya.
Meraih Juara Bersama
Semasa mereka memperkuat Sampdoria, Mancini dan Vialli berperan besar untuk membantu klub meraih gelar Coppa Italia berturut-turut pada 1988 dan 1989, kemudian Piala Winners Eropa pada 1990.
Puncak pencapaian Mancini dan Vialli terjadi pada tahun 1991, ketika mereka berperan penting dalam meraih gelar juara Italia untuk Sampdoria.
Namun, di level internasional mereka hanya memainkan beberapa pertandingan bersama sebagai duet penyerang karena persaingan memperebutkan tempat yang ketat.
Mancini hanya mendapatkan 36 caps, sementara Vialli mengelola 59 caps. Secara keseluruhan mereka cuma bermain di satu turnamen besar yaitu Euro 1988.
Mancini telah menunjukkan semangat kepemimpinan yang terkesan seperti asisten manajer selama kampanye perebutan gelar. Sementara Vialli memenangkan Capocannoniere dan Sepatu Emas Serie A dengan 19 gol yang ia cetak dalam 26 pertandingan.
https://mobile.twitter.com/NathenAmin/status/1409171045756682241?s=19
Atas kemenangan Scudetto yang mereka dapat, Sampdoria berhak bermain di Piala Eropa untuk pertama kalinya di musim 1991/1992.
Namun, tendangan bebas Ronald Koeman pada menit ke-112 saat Sampdoria bermain di laga final melawan 'Dream Team' Barcelona asuhan Johan Cruyff, momen itu menghancurkan hati mereka.
Pertandingan itu menjadi terakhir kalinya bagi Vialli dan Mancini bermain bersama. Hanya dua bulan kemudian, Sampdoria menerima tawaran 13 juta pounds dari Juventus untuk mesin gol mereka, Vialli.
Bersatu Kembali di Timnas
Saat mereka pensiun. Keduanya tak bisa jauh dari sepak bola.Mancini menikmati karier bagusnya sebagai pelatih, memenangkan tiga gelar Serie A bersama Inter Milan dan satu gelar Liga Premier bersama Man City, sebelum akhirnya mengambil pekerjaan tim nasional pada tahun 2018 .
Saat Mancini memulai tugas besarnya untuk menghidupkan kembali Azzurri, Vialli secara pribadi menghadapi tantangan terbesarnya dengan melawan kanker pankreas, ia harus menjalani kemoterapi dan kehilangan berat badan yang drastis.
Namun segera setelah Vialli sembuh, pada tahun 2019 Vialli diangkat sebagai kepala delegasi timnas Italia, yang tugasnya mengkordinir tim dan itu merupakan posisi yang tidak terpenuhi sejak Luigi Riva pensiun pada tahun 2013.
"Bekerja dengan Roberto sangat emosional," kata Vialli.
"Dia mengatakan bahwa kita menjadi tua, tetapi bagi saya, bekerja bersama di sini akan membuat kita semua tetap muda."
"Roberto adalah pelatih hebat, yang sejujurnya tidak saya duga saat kami bermain bersama!" katanya kepada acara TV Notte Azzura.
"Dia telah menciptakan suasana kepercayaan yang luar biasa kepada para pemain, dan ketika seorang pemain merasa pelatih memiliki kepercayaan padanya, dia bisa berjalan di atas air."
"Bukan itu saja, karena Roberto juga tahu bagaimana menanamkan disiplin pada saat yang sama." puji Vialli.
Setelah hampir dua pulun tahun tidak terikat pekerjaan yang sama, kini dua sahabat itu dipertemukan kembali di timnas Italia, Vialli menggenang dan memaknai apa-apa saja yang sudah mereka jalani,
"Kami bertemu 35 tahun yang lalu dan bukan hanya teman, tetapi saudara. Kami melakukan hal-hal luar biasa di Sampdoria, kemudian hubungan itu dikonsolidasikan bahkan setelah kami mengambil jalan yang berbeda."
"Persahabatan membantu Anda bekerja lebih baik, karena Anda memiliki kepercayaan mutlak."pungkasnya.
Jika Italia memenangkan Euro 2020, kami berani menjamin keduanya akan melompat-lompat dalam pelukan satu sama lain, seperti ketika mereka memenangkan gelar sewaktu masih bermain.
(diaz alvioriki/gie)
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini