Kisah Nuno Espirito Santo, Murid Jose Mourinho Pelatih Baru Tottenham Hotspur

"Sama-sama berasal dari Portugal dan anggota skuad Porto ketika menjuarai Liga Champions 2003/2004."

Biografi | 02 July 2021, 06:52
Kisah Nuno Espirito Santo, Murid Jose Mourinho Pelatih Baru Tottenham Hotspur

Libero.id - Nuno Espirito Santos akhirnya ditunjuk sebagai pelatih baru Tottenham Hotspur pengganti Jose Mourinho. Uniknya, mantan pelatih Wolverhampton Wanderers itu merupakan anak didik The Special One di FC Porto.

Tak lama setelah diumumkan sebagai pelatih, Nuno terang-terangan mengaku mengidolakan Mourinho. Dia menganggap mantan pelatih Chelsea itu sebagai mentor, guru, dan panutan. "Secara pribadi dia berdampak pada saya karena saya adalah anggota skuad (Porto) pada 2002/2003 dan 2003/2004," ujar Nuno, dilansir Sky Sports.

"Fakta bahwa saya bermain (untuk Mourinho) di Porto tidak bisa dibantah dan itu akan bertahan selamanya. Saya pikir dengan setiap anggota skuad itu, dia mengajari kami cara menang sehingga itu akan sangat berbekas," tambah pria kelahiran São Tomé e Príncipe, 25 Januari 1974, itu.

Di masa lalu, Nuno beroperasi sebagai penjaga gawang. Pada 1996, dia bertemu dengan agen yang kelak dikenal dengan reputasi yang bagus, Jorge Mendes. Nuno menjadi klien pertama Mendes dan pada 1997 menandatangani kontrak dengan Deportivo La Coruna.

Dia menghabiskan tiga dari enam musim di sana sebagai cadangan abadi kiper legendaris Kamerun, Jacques Songo'o. Dia juga sempat dipinjamkan ke beberapa klub, termasuk Merida dan Osasuna.

Kemudian, pada 2002, Mendes mengatur kesepakatan senilai sekitar 3 juta pounds. Itu membawa Nuno kembali ke tanah kelahirannya, Portugal, dengan bergabung ke Porto. Dalam dua tahun, dia hanya bermain enam kali. Tapi, Mourinho, tak kurang dalam menghormatinya.

Meski jarang dimainkan, Nuno tidak pernah mengeluh atau berdebat. Lebih penting lagi, dia terus berlatih keras dan tidak membuat kekacauan untuk tim. Nuno juga menghormati Mourinho. Bahkan, ketika hanya duduk di bench saat Porto menjuarai Liga Champions 2003/2004 dengan mengalahkan AS Monaco.


Mengikuti jejak sang mentor

Ternyata, Mourinho juga menginspirasi Nuno untuk terjun menjadi pelatih setelah gantung satung tangan. Awalnya, dia bergabung dengan mantan pelatih Porto, Jesualdo Ferreira, saat menukangi Malaga. Di sana, dia berperan sebagai pelatih kiper.

Kemudian, mereka pindah ke klub Yunani, Panathinaikos, pada 2010. Tapi, pada 2012, Nuno memutuskan berkarier sebagai pelatih kepala ketika Rio Ave memecat Carlos Brito.

Bekerja untuk tim underdog tampaknya cocok untuk pelatih pemula. Nuno membawa klub itu ke final Taca de Portugal dan Taca da Liga di musim keduanya sebagai pelatih, serta kualifikasi Liga Eropa untuk pertama kalinya dalam sejarah klubnya. Itu hanya masalah waktu sebelum akhirnya Nuno menjadi buruan klub besar Eropa.


Kembali ke Spanyol sebelum pulang ke Portugal

Nuno mungkin merasa memiliki urusan yang belum selesai di Spanyol, setelah karier bermainnya gagal. Jadi, pada 2014, dia menandatangani kontrak satu tahun dengan raksasa La Liga, Valencia. Di sana, dia memimpin Kelelawar Mestalla ke peringkat 4 pada musim pertamanya.

Perpanjangan kontrak didapatkan dari Valencia. Tapi, dalam kampanye musim keduanya, dia merasakan tekanan. Awal yang buruk di La Liga dan Liga Champions membuat Nuno mengundurkan diri dari jabatannya.

Tapi, pada 2016, Nuni kembali bersama Porto. Sayang, itu tidak berhasil seperti yang diinginkan Nuno. Dia hanya berhasil menyelesaikan musim kompetisi 2016/2017 sebagai runner-up liga dan tanpa gelar apapun. Akibatnya, kontraknya dihentikan di akhir musim.


Merantau ke tanah Inggris

Karier kepelatihan Nuno berlanjut pada 2017 ketika diangkat sebagai pelatih Wolves di Championship Division. Nuno memimpin klub itu untuk kembali ke Liga Premier setelah enam tahun absen. Itu dilakukan di musim pertama bekerja di Molineux Stadium.

Tahun berikutnya, mereka mengambil alih Liga Premier dengan bintang Portugal Joao Moutinho dan Ruben Neves ada dalam skuad. Klub itu finish ketujuh di musim 2018/2019. Itu peringkat Liga Premier tertinggi mereka di kompetisi papan atas Inggris sejak musim 1979/1980. Hasil itu juga membuat mereka lolos ke Liga Eropa.

Atas keberhasilannya, Nuno menjadi warga kehormatan kota. Bahkan, University of Wolverhampton memberikan Nuno gelar Doktor Kehormatan (HC) di bidang olahraga. 

Nuno mengulangi capaiannya di musim 2019/2020, saat finish ketujuh dan mendapatkan tiket ke Kualifikasi Liga Eropa. Mereka juga mencapai perempat final Liga Eropa. 

Tapi, kampanye ketiganya di Liga Premier agak sedikit mengecewakan. Cedera pada Raul Jimenez, serta penjualan Diogo Jota ke Liverpool, jadi penyebabnya. Dengan tertatih-tatih Wolves akhirnya hanya bisa finish di posisi 13. Di akhir musim, Nuno memutuskan pergi karena merasa Wolves membutuhkan seseorang yang lebih baik lagi.

Tapi, tidak butuh waktu lama bagi Nuno untuk menganggur. Sekarang, tantangan datang dari Spurs. Dengan klub yang mengalami musim-musim menyedihkan dalam beberapa tahun terakhir, tuntutan untuk menghadirkan gelar sangat besar.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




Hasil Pertandingan Tottenham Hotspur


  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network