Michel Platini, Cristiano Ronaldo
Libero.id - Bertemu Italia di Wembley, Senin (12/7/20921) dini hari WIB, bermakna Inggris menjadi negara penyelenggaran final Euro keenam yang mampu mencapai pertandingan puncak.
Mengalahkan Denmark pada semifinal Euro 2020 menjadi momen penting dalam sejarah The Three Lions. Itu karena mereka sudah menanti 55 tahun untuk bisa berada di pertandingan penentuan sebuah turnamen besar antarnegara berbendera UEFA atau FIFA.
Dengan pertandingan final melawan Italia, Inggris akan berusaha untuk membuang hantu masa lalu akibat kemenangan atas Jerman Barat di final Piala Dunia 1966. Saat itu, gol hantu membuat The Three Lions berpesta. Tapi, setelahnya, mereka seperti dikutuk tidak pernah mampu tampil di final hingga Euro 2020.
Jika pada akhirnya berhasil menggelar pesta juara di Wenbley, Inggris akan mengikuti jejak sukses Spanyol 1964, Italia 1968, dan Prancis 1984. Sebaliknya, kegagalan akan membiuat mereka sama dengan Portugal 2004 dan Prancis 2016.
1. Euro 1964 (sukses)
Tempat: Estadio Santiago Bernabeu, Madrid
Pertandingan: Spanyol vs Uni Soviet 2-1
Ini adalah edisi kedua Euro. Babak kualifikasi dimainkan dengan sistem kandang-tandang pada November 1962-Mei 1964. Semifinal dan final berlangsung di Spanyol pada 17-21 Juni 1964. Pertandingan perebutan tempat ketiga berlangsung sehari sebelum final dengan Hungaria mengalahkan Denmark 3-1 lewat extra time.
Uni Soviet telah memenangkan final perdana empat tahun sebelumnya dengan mengalahkan Yugoslavia 2-1 setelah perpanjangan waktu. Spanyol pernah menolak melawan Uni Soviet di perempat final dan mengundurkan diri dari turnamen 1960.
Pada Piala Dunia 1962, Spanyol gagal lolos dari babak penyisihan grup, kalah dari Cekoslowakia dan Brasil. Uni Soviet keluar dari kompetisi di perempat final setelah menderita kekalahan 1-2 dari Chile. Jadi, final Euro 1964 adalah pertandingan pertama yang dimainkan antara Uni Soviet dan Spanyol.
Spanyol dilatih José Villalonga Llorente dan diperkuat Luis Suarez serta Amancio Amaro. Sedangkan Uni Soviet ditukangi Konstantin Beskov, dengan pemain-pemain seperti Lev Yashin dan Valentin Ivanov. Hasilnya, La Furia Roja unggul 2-1.
2. Euro 1968 (sukses)
Tempat: Stadio Olimpico, Roma
Pertandingan: Italia vs Yugoslavia 1-1, 2-0 (replay)
Final dimainkan di Stadio Olimpico, Roma, pada 8 Juni 1968 di depan 68.817 penonton dan dipimpin oleh wasit asal Swiss, Gottfried Dienst. Enam menit sebelum turun minum, Dragan Dzajic memberi Yugoslavia keunggulan setelah mencetak gol dari umpan silang Dobrivoje Trivi.
Tapi, dengan 10 menit pertandingan tersisa, Giovanni Lodetti dilanggar di tepi kotak penalti Yugoslavia oleh Blagoje Paunovi. Tendangan bebas kaki kanan Domenghini selanjutnya menembus pagar pemain dan melewati Ilija Panteli untuk menyamakan skor menjadi 1-1.
Perpanjangan waktu tidak mengubah skor dan pertandingan berakhir imbang sehingga hasil final perlu ditentukan melalui replay, dua hari kemudian, di stadion yang sama di depan 32.866 penonton, dengan dipimpin José María Ortiz de Mendíbil dari Spanyol.
Hasilnya, Luigi Riva membuka skor untuk Italia pada menit 13 sebelum Pietro Anastasi menjentikkan bola ke atas dan melepaskan tendangan voli ke sudut gawang Yugoslavia untuk menggandakan keunggulan Italia pada menit 31. Italia melewatkan beberapa peluang berikutnya sehingga laga tetap berakhir 2-0.
3. Euro 1984 (sukses)
Tempat: Parc des Princes, Paris
Pertandingan: Prancis vs Spanyol 2-0
Final Euro 1984 dimainkan pada 27 Juni 1984 di Parc des Princes, Paris. Tuan rumah Prancis dengan Michel Platini sebagai motor sehingga secara otomatis menjadi favorit. Bisa dibilang, saat itu mereka adalah tim terbaik di Eropa.
Lawan Les Bleus adalah Spanyol, yang mencoba mencari piala keduanya. Uniknya, La Furia Roja lolos ke turnamen dengan kemenangan 12-1 atas Malta di kualifikasi melalyi quattrick Carlos Santillana dan Hipolito Rincon di Estadio Benito Villamarin, Sevilla, 21 Desember 1983.
Saat final berlangsung, Platini membuka skor pada menit 57. Itu gol kesembilan di turnamen tersebut. Itu sebuah tendangan bebas mendatar yang jatuh melalui tangan kiper Spanyol, Luis Arconada, dan melewati garis gawang.
Kemudian, Bruno Bellone menggandakan keunggulan Prancis di menit terakhir dengan tendangan kaki kiri melewati penjaga gawang yang maju untuk memberi mereka kemenangan 2-0. Gol Bellone adalah satu-satunya dari14 gol Prancis yang dicetak oleh striker.
Three nations have won a EURO final in their own country...
??? 1964
??? 1968
??? 1984??????? Will England join the list?#EURO2020 pic.twitter.com/LesiHg6e0y
— UEFA EURO 2020 (@EURO2020) July 9, 2021
4. Euro 2004 (gagal)
Tempat: Estadio da Luz, Lisbon
Pertandingan: Portugal vs Yunani 0-1
Laga puncak Euro 2004 digelar 4 Juli 2004 di Estadio da Luz, Lisbon. Pertandingan menampilkan tuan rumah turnamen, Portugal, yang masuk ke pertandingan sebagai favorit, dan Yunani, yang baru tampil di turnamen dua kali.
Ini adalah pertama kalinya dalam turnamen besar internasional ketika kedua finalis juga bermain di pertandingan pembukaan. Sebab, kedua tim telah lolos ke babak sistem gugur dari Grup A. Pada pertandingan pertama turnamen, Yunani menang 2-1.
Ternyata, kemenangan di pertandingan pembukaan bukan hanya kebetulan. Menggunakan taktik bertahan total dan serangan balik mematikan menggunakan bola-bola mati, Yunani kembali menumbangkan Portugal. Kali ini, skornya 1-0. Gol kemenangan Yunani dihasilkan Angelos Charisteas pada menit 57 melalui tandukan memanfaatkan sepak pojok.
5. Euro 2016 (gagal)
Tempat: Stade de France, Saint-Denis
Pertandingan: Prancis vs Portugal 0-1
Pada 10 Juli 2016, Prancis bertemu Portugal di Stade de France, Saint-Denis. Meski diperkuat Cristiano Ronaldo, Portugal sebenarnya tidak diunggulkan. Itu karena status Les Bleus sebagai tuan rumah. Materi Prancis juga jauh lebih merata dibanding Portugal.
Tapi, sepakbola bukan matematika. Pada menit 25, Ronaldo harus ditarik keluar karena cedera untuk digantikan Ricardo Quaresma. Tanpa sang maskot, Fernando Santos mengubah skema menjadi superdefensif dengan 4-1-4-1 dan mengandalkan seragan balik.
Taktik bertahan Portugal ternyata membuat Prancis stres. Meski mendominasi lapangan, Les Bleus justru gagal mencetak gol selama 90 menit. Akibatnya, pertandingan harus diselesaikan dengan perpanjangan waktu.
Di extra time inilah keajaiban sepakbola terjadi. Pada menit 109, Eder menerima bola di area pertahanan Prancis. Dia berhasil mengelabuhi Laurent Koscielny dan berlari ke tengah sebelum menendang bola dari jarak 23 meter yang mendatar dan berhasil menaklukkan Lloris di sebelah kanan.
Skor 1-0 cukup membuat Portugal menjadi negara kesepuluh yang memenangkan Euro. Itu berjarak 12 tahun setelah kekalahan di final pertama mereka pada 2004. Sementara Prancis menjadi tim tuan rumah kedua yang kalah di final setelah Portugal pada 2004 itu.
Se cumplen 5 años del gol de Éder a Francia en la final de la Euro 2016.
El gol más importante de la historia de Portugal.pic.twitter.com/HtkJTf8oZ8
— Pablo Burrueco (@pabloburru) July 10, 2021
(mochamad rahmatul haq/anda)
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini