Libero.id - Ujung-ujungnya Inggris mengalami lebih banyak sakit hati dari kontestan Euro 2020 manapun. Bahkan juga dengan kedalaman yang tak terukur. Bagaimana tidak, satu tangan mereka 'sudah' menyentuh trofi dan hanya beberapa jengkal dari jangkauan mata mereka akan membuat publik sendiri bergemuruh, seperti hari-hari yang sudah ketika mengalahkan negara lain.
Namun Italia mengubur semua harapan itu. Dan tidaklah jauh lebih pedih seperti itu, ketimbang gugur di fase grup atau di babak yang tak begitu memberi harapan.
Sejak final dan menjuarai Piala Dunia 1966, adu penalti dan trofi internasional seperti sebuah kutukan bagi Inggris.
Sebetulnya pasukan Gareth Southgate memulai laga final dengan sempurna, ketika Luke Shaw memecah kebuntuan dalam waktu hanya dua menit.
Bek kiri Manchester United itu mencetak gol tercepat di final Piala Eropa. Golnya lebih rinci tercatat dengan waktu satu menit 57 detik.
Inggris berada dalam kendali penuh selama 45 menit pertama, tetapi Italia tampak lebih meyakinkan di babak kedua dan mencetak gol penyeimbang di pertengahan babak ketika Leonardo Bonucci mencetak gol dari jarak dekat gawang. Jordan Pickford berusaha merebut bola ke tempat yang aman tetapi Bonucci bereaksi lebih cepat.
Dan itu adalah pukulan telak pertama bagi Inggris, yang pelaku utamanya adalah seorang pemain berusia 34 tahun 71 hari. Pada titik ini bek tengah Italia itu menjadi pemain tertua yang mencetak gol di final Kejuaraan Eropa.
Penalti dan Patah Hati Inggris
Setelah 120 menit yang menegangkan, final akhirnya diputuskan melalui adu penalti - dan itu adalah cerita lama yang sama untuk para penggemar Inggris yang sudah lama menderita.
Marcus Rashford, Jadon Sancho keduanya gagal dari titik penalti dan akhirnya harus ditebus oleh Bukayo Saka yang berusia 19 tahun untuk menjaga asa Inggris, tetapi pemain sayap Arsenal justru mendapati tendangan penaltinya diselamatkan oleh Gianluigi Donnarumma.
Itu adalah momen yang sangat kejam baik bagi para pemain muda itu, ataupun bagi Inggris secara keseluruhan.
Apa yang Bonucci teriakkan di depan kamera?
Selalu ada emosi yang meluap di setiap kemenangan, dan itulah yang terang ditunjukkan oleh kapten timnas Italia, Bonucci.
Sesaat setelah pertandingan usai dan Italia resmi menjadi juara Euro 2020, Bonucci yang menemukan salah satu kamera penyiar TV lantas dengan sangat emosional berteriak, seolah-olah agar terdengar seluruh dunia dan terutama rakyat Inggris: "It's Coming Rome,"
Bonucci “ITS COMING TO ROME” #EURO2020 pic.twitter.com/s56XtnjABg
— THE NBA Hustle ? (@TheNBAHustle) July 11, 2021
Sebuah kalimat sindiran kepada publik Inggris yang semenjak awal berdengung dan kelewat pede kalau mereka akan menjadi juara sepak bola. Tapi pada akhirnya sepak bola tidak jadi mudik. Tidak jadj "It's Coming Home,"
Teriakan Bonucci itu seolah hanya mempertebal luka dan menimbulkan rasa sakit yang murni untuk publik Inggris.
Namun seharusnya, Gareth Southgate dan The Three Lions bagaimanapun juga masih bisa mengangkat kepala mereka dengan bangga. Paling tidak mereka telah membuat diri mereka sendiri terhormat selama empat minggu terakhir.
(gigih imanadi darma/gie)
Media Malaysia Soroti 9 Pemain Timnas Indonesia yang Pilih Ikut Pendidikan Polisi
Di Malaysia, mimpi pemain muda gabung Real Madrid. Di Indonesia, jadi Polisi.Tegas! Termasuk Rumput, PSSI Pasti Benahi JIS Sesuai Arahan FIFA
PSSI pastikan jalankan semua rekomendasi FIFA.Sindir Pemain Timnas yang Daftar Polisi? Marselino Ferdinan Pose jadi Maling
Ada-ada saja ulah pemuda Indonesia yang satu ini.Piala AFF U-23 2023 di Depan Mata, 4 Pemain Timnas ini Justru Ikut Pendidikan Polisi
Cita-cita pemain itu seharusnya main di Real Madrid. Bukan jadi Polisi atau PNS.Asnawi Mangkualam Berpakaian Layaknya Artis K-Pop, Ini Tanggapan Kocak Netizen
Makin terbiasa dengan budaya di Korsel wkwk...
Opini