Marcus Rashford
Libero.id - Marcus Rashford, bersama dengan Jadon Sancho, dan Bukayo Saka melewatkan tendangan penalti mereka di final Euro 2020. Kegagalan itu membuat ketiganya menjadi sasaran di media sosial usai pertandingan.
“Saya merasa seolah-olah saya begitu mengecewakan semua orang,” tulis Rashford dalam sebuah pernyataan.
“Saya dapat menerima kritik atas penampilan saya sepanjang hari karena penalti saya tidak cukup baik, itu seharusnya masuk,” timpalnya. “Tetapi, saya tidak akan pernah meminta maaf kepada mereka yang mengkritik siapa saya dan dari mana saya berasal."
"Saya tidak merasakan momen yang lebih membanggakan daripada mengenakan baju The Three Lions di dada saya dan melihat keluarga saya menyemangati saya di antara 10 ribu orang," ungkap striker berusia 23 tahun tersebut.
Sebuah mural di kampung halaman Rashford, Withington, dirusak setelah gagal mengeksekusi penalti, sebelum ditutupi dengan pesan dukungan.
Pelatih Inggris, Gareth Southgate, membenarkan adanya pelecehan rasis yang dikeluarkan fans setelah kekalahan tim asuhannya. Sementara Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, dan Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) juga mengutuknya.
Polisi Metropolitan sedang menyelidiki pelecehan tersebut. Mereka mengatakan tindakan itu tidak akan ditoleransi. Unit Kepolisian Sepakbola Inggris (UKFPU) juga telah melakukan penyelidikan.
"Saya bahkan tidak tahu harus mulai dari mana dan saya tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan saya saat ini dengan kata-kata," timpal Rashford.
“Saya mengalami musim yang sulit, saya pikir itu sudah jelas bagi semua orang. Saya mungkin pergi ke final itu dengan kurang percaya diri. Saya selalu mendukung diri saya sendiri untuk penalti, tetapi ada sesuatu yang tidak terasa benar saat itu," timpalnya.
"Selama ini saya menghemat sedikit waktu saya dan sayangnya hasilnya tidak seperti yang saya inginkan. Saya merasa seolah-olah saya telah mengecewakan rekan satu tim saya. Saya merasa sudah mengecewakan semua orang. Penalti menjadi satu-satunya hal yang diminta dari saya dalam berkontribusi untuk tim. Saya bisa mencetak penalti dalam tidur saya, jadi mengapa tidak yang itu?" gumamnya.
"Sudah ada di kepala saya berulang-ulang sejak saya menendang bola dan mungkin tidak ada kata yang cukup untuk menggambarkan bagaimana rasanya. Final, 55 tahun, 1 penalti, Sejarah. Yang bisa saya katakan hanyalah maaf. Saya berharap yang terjadi saat itu berbeda," timpalnya.
“Sementara saya terus meminta maaf, saya ingin meneriaki rekan satu tim saya. Musim panas ini adalah salah satu kamp terbaik yang pernah saya alami dan Anda semua berperan dalam hal itu," imbuhnya.
"Persaudaraan telah dibangun dan tidak dapat dipatahkan. Kesuksesan Anda adalah kesuksesan saya. Kegagalan Anda adalah milik saya," ujar striker Manchester United itu.
"Apakah itu karena warna kulit saya, tempat saya dibesarkan, atau, yang terbaru, bagaimana saya memutuskan untuk menghabiskan waktu saya di luar lapangan," paparnya.
"Saya memimpikan hari-hari seperti ini. Pesan yang saya terima hari ini sangat luar biasa dan melihat tanggapan di Withington membuat saya hampir menangis. Komunitas yang selalu merangkul saya terus mendukung saya," ujarnya.
"Saya (Marcus Rashford), pria kulit hitam berusia 23 tahun dari Withington dan Wythenshawe, Manchester Selatan. Jika saya tidak punya apa-apa lagi, saya memilikinya. Untuk semua pesan yang baik, terima kasih. Saya akan kembali lebih kuat," tulis Rashford.
#Data menyoroti tingkat penyalahgunaan Media Sosial
Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA) mengatakan berbagai berita setelah final Euro 2020 menyoroti lebih dari 850.000 tweet dianalisis di seluruh turnamen dan menunjukkan hasilnya di bawah ini:
• 1.913 berita berpotensi mengandung rasisme, khususnya menargetkan Jadon Sancho, Bukayo Saka, Marcus Rashford, dan Raheem Sterling.
• 167 berita dianggap sebagai penyalahgunaan "berisiko tinggi".
PFA mengatakan bahwa sejumlah tweet ini dihapus, akun tersebut belum ditangguhkan secara permanen oleh Twitter.
"Analisis awal kami menunjukkan volume pelecehan yang terjadi selama final Euro 2020, terutama kepada Jadon Sancho, Bukayo Saka, Marcus Rashford, dan Raheem Sterling lebih tinggi daripada gabungan turnamen lainnya," tambah PFA.
Twitter mengatakan telah menghapus lebih dari 1.000 posting selama 24 jam terakhir dan menangguhkan sejumlah akun karena melanggar aturannya.
Facebook juga baru-baru ini mengumumkan tindakan lebih keras pada platform Instagram, termasuk menghapus secara permanen akun yang berulang kali mengirim pesan langsung yang kasar.
Kapten Inggris, Harry Kane, mengatakan kepada orang-orang di balik pelecehan rasis terhadap Rashford, Sancho, dan Saka. "Anda bukan penggemar Inggris dan kami tidak menginginkan Anda."
"Mereka pantas mendapat dukungan, bukan pelecehan rasis keji yang mereka alami sejak tadi malam," tambah striker Tottenham Hotspur tersebut. "Tiga pemuda yang brilian sepanjang musim panas memiliki keberanian untuk maju dan mengambil penalti ketika bebannya tinggi."
Bek Inggris, Tyrone Mings, juga turut berbicara di Twitter. "Bangun hari ini dan melihat saudara-saudara saya dilecehkan secara rasial karena cukup berani untuk menempatkan diri mereka dalam posisi untuk membantu negara ini, adalah sesuatu yang memuakkan, tetapi tidak mengejutkan saya."
Dia kemudian mengkritik Menteri Dalam Negeri, Priti Patel, yang bulan lalu menggambarkan para pemain berlutut melawan rasisme sebagai ‘politik isyarat’.
Sementara gelandang Inggris, Kalvin Phillips, mengatakan dia ‘jijik’ atas pelecehan rasis yang ditujukan kepada rekan satu timnya. "Benar-benar muak dengan pelecehan rasis yang tidak perlu saya lihat secara online diarahkan pada rekan satu tim saya," kata pemain Leeds United itu di Twitter.
"Tidak ada yang lain selain cinta dan hormat untuk saudara-saudaraku atas keberanian mereka BukayoSaka87, Sanchooo10 dan MarcusRashford, tetap tegakkan kepalamu. Kami akan kembali lebih kuat."
#Dukungan untuk Inggris
Setelah kekalahan di final dan mendapati beberapa pemain mereka menerima pelecehan rasisme, nyatanya banyak pihak yang tetap mendukung mereka.
Seperti yang dilakukan oleh Paul Pogba yang mendukung Rashford, Sancho, dan Saka lewat akun Instagram-nya. Singkatnya, Pobga tetap menaruh keganggan kepada mereka yang sedang mengalami serangan rasisme oleh fans mereka sendiri.
Akun Twitter resmi milik Man City da Barcelona juga menyuarakan dukungan untuk mereka. Bahkan, petenis profesional asal Jepang, Naomi Osaka juga turut menjadi pihak-pihak yang tetap menaruh kebanggaan pada Inggris, khususnya kepada Sterling, Rashford, Saka, dan Sancho.
(diaz alvioriki/yul)
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini