Elseid Hysaj
Libero.id - Di Italia, sepakbola bukan hanya permainan selama 90 menit di lapangan. Olahraga ini sudah seperti agama, gaya hidup, hingga ideologi politik. Lihat saja perlakuan rasialis Ultras Lazio kepada pemain baru asal Albania, Elseid Hysaj.
Sebuah rekaman yang viral baru-baru ini memperlihatkan sejumlah pemain Lazio, diantaranya Luis Alberto sedang tertawa bersama dengan rekan sesama pesepakbola lainnya di sebuah restoran. Kegembiraan Alberto itu disebabkan Hysaj menyumbang sebuah lagu berjudul "Bella Ciao".
Momen itu disiarkan langsung melalui saluran Instastory di akun Instagram resmi Alberto. Beberapa saat kemudian, sekelompok anggota suporter garis keras Elang Ibu Kota Italia menyambangi restoran itu untuk membuat perhitungan. Tapi, Alberto, Hysaj, dan pemain lain sudah pergi.
Hanya sebuah lagu yang dinyayikan di waktu luang dengan tujuan murni hiburan justru memunculkan kemarahan? Apa yang sebenarnya terjadi dengan suporter tersebut? Apakah mereka kurang pergaulan?
Tidak! Bella Ciao secara historis adalah lagu kebangsaan yang terkenal bagi para pekerja dan dipandang sebagai simbol dari politik sayap kiri di Italia. Itu adalah ideologi sosialis, komunis, marxis, dan sejenisnya, yang identik dengan klub-klub seperti AS Roma, Napoli, hingga Livorno.
Elseid Hysaj is being attacked by fascist Lazio ultras for singing Bella Ciao. They must have not lived on Earth in the last few years as none of them apparently has heard about Casa de Papel. Now there's a hashtag #iostoconHysaj trending between Lazio fans opposing the fascists pic.twitter.com/cnZIxHyYrL
— Ermal Kuka (@Ermal_Kuka) July 20, 2021
Tentu saja hal itu berseberangan dengan Lazio, yang secara tradisional dikenal sebagai sayap kanan pendukung fasisme dan Benito Mussolini. "Secara historis kami adalah basis penggemar sayap kanan dan kami bangga akan hal itu," ujar salah satu pendukung Lazio, Franco Costantino, kepada Adn Kronos.
Kemarahan itu lantas diwujudkan dalam tindakan kurang terpuji. Ultras Lazio membentangkan spanduk di Jembatan Ponte Flaminio di Roma, salah satu titik paling terlihat di kota itu. Spanduk itu menyebut Hysaj seperti "cacing" dan mengatakan klub telah bersikap fasis.
Bella Ciao sendiri dinyanyikan oleh Gerakan Perlawanan Italia, yang berjuang melawan Nazi dan kediktatoran Mussolini pada 1920-an, 1930-an, hingga 1940-an. Lagu itu semakin terkenal setelah tampil dalam serial Netflix berjudul "Money Heist".
"Bella Ciao yang dinyanyikan dengan seragam Lazio adalah sesuatu yang luar biasa. Hysaj melakukan kesalahan. Dia tidak punya alasan," tulis Ultras Lazio dalam postinga di media sosialnya.
Untuk meredakan ketegangan itu, manajemen Lazio sudah mengatur pertemuan antara Ultras Lazio dengan Hysaj. Direktur olahraga Lazio, Igli Tare, berharap ketegangan dan kesalahpahaman itu segera berakhir dan tidak merembet saat kompetisi dimulai.
Sementara itu, pelatih baru Lazio pengganti Simone Inzaghi, Maurizio Sarri, mengatakan tidak senang karena Ultras Lazio diizinkan untuk mengganggu para pemainnya. "Adalah tugas Klub untuk melindungi pemainnya dan menyingkirkannya dari situasi yang digunakan untuk keuntungan pribadi dan politik," kata Sarri.
36’ | #LazioFioriBarp 4-0
????
— S.S.Lazio (@OfficialSSLazio) July 20, 2021
E sono quattro!!!!
Segna Elseid #Hysaj!!!!
Una rete splendida: gli applausi di tutto lo Zandegiacomo!!!!#Auronzo2021 #CMonEagles ? pic.twitter.com/EpI0e7DkJy
(mochamad rahmatul haq/anda)
Media Malaysia Soroti 9 Pemain Timnas Indonesia yang Pilih Ikut Pendidikan Polisi
Di Malaysia, mimpi pemain muda gabung Real Madrid. Di Indonesia, jadi Polisi.Tegas! Termasuk Rumput, PSSI Pasti Benahi JIS Sesuai Arahan FIFA
PSSI pastikan jalankan semua rekomendasi FIFA.Sindir Pemain Timnas yang Daftar Polisi? Marselino Ferdinan Pose jadi Maling
Ada-ada saja ulah pemuda Indonesia yang satu ini.Piala AFF U-23 2023 di Depan Mata, 4 Pemain Timnas ini Justru Ikut Pendidikan Polisi
Cita-cita pemain itu seharusnya main di Real Madrid. Bukan jadi Polisi atau PNS.Asnawi Mangkualam Berpakaian Layaknya Artis K-Pop, Ini Tanggapan Kocak Netizen
Makin terbiasa dengan budaya di Korsel wkwk...
Opini