Atlet gigit medali kemenangan.
Libero.id - Panitia lokal Olimpiade 2020 Tokyo meminta para atlet untuk menghentikan tradisi mengigit medali saat berpose di podium. Alasannya, demi kesehatan para peraih medali emas, perak, maupun perunggu.
Sudah menjadi pemandangan yang biasa di podium Olimpiade atau ajang-ajang lain sejenis, seperti SEA Games atau Asia Games ketika atlet pemenang, yang baru saja mendengar lagu kebangsaan dan melihat bendera negara dikibarkan tinggi, menggigit medali.
Meski terkesan sepele, ternyata banyak orang yang bertanya-tanya mengapa para atlet melakukannya. "Kami hanya ingin mengonfirmasi secara resmi bahwa medali #Tokyo2020 tidak dapat dimakan," tulis akun Twitter resmi Olimpiade 2020, @Tokyo2020, pada Minggu (25/7/2021).
"Medali kami terbuat dari bahan daur ulang dari perangkat elektronik yang disumbangkan oleh masyarakat Jepang. Jadi, anda tidak perlu menggigitnya. Tapi, kami tahu Anda masih akan menggigitnya," tambah pernyataan itu.
Dengan pernyataan itu, panitia ingin mengingatkan bahwa medali yang digigit dapat berdampak pada kesehatan para atlet. Pertama, itu adalah benda daur ulang. Kedua, berasal dari bahan-bahan elektronik yang mengandung zat berbahaya. Ketiga, mencegah penularan Virus Corona.
We just want to officially confirm that the #Tokyo2020 medals are not edible!
Our ??? medals are made from material recycled from electronic devices donated by the Japanese public.
So, you don't have to bite them... but we know you still will ? #UnitedByEmotion
— #Tokyo2020 (@Tokyo2020) July 25, 2021
Asal mula atlet mengigit medali kemenangan
Jadi, dari mana tradisi unik ini berasal? Tidak ada yang tahu pasti. Tapi, ini sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, pada 1896, ketika Olimpiade modern dilakukan untuk pertama kalinya dan menggunakan medali sebagai simbol juara, para atlet sudah melakukannya.
Awalnya, perak menjadi simbol juara dan perunggu sebagai runner-up. Lalu, pada Olimpiade 1904 di Saint Louis, Amerika Serikat (AS), medali emas dikukuhkan sebagai simbol kemenangan.
Menurut sejumlah media Inggris dan AS, alasan mengigit medali berasal dari para pedagang emas di abad pertengahan. Menggigit emas dilakukan untuk mengetahui apakah itu emas asli atau sudah dicampur bahan lain. Jika emas asli, akan ada bekas gigitan karena konturnya lebih lembut dan lebih mudah dibentuk dibanding logam yang lain.
Seiring berjalannya waktu, para atlet mulai menggigit medali di podium. Apalagi, medali emas di Olimpiade bukan murni dari emas 100%. Bahan pembuatannya adalah mengandung minimal enam gram emas dan 92,5% perak.
Kondisinya semakin memungkinan ketika muncul jurnalis-jurnalis foto dan ilmu fotografi yang berkembang. Bagi para fotografer atau kameraman, mengigit medali menimbulkan kesan bahagia dan kebanggaan. Dengan mengigit medali, orang tidak perlu membaca caption untuk bisa mengerti perasaan sang pemenang.
"Ini menjadi obsesi para fotografer. Saya pikir mereka melihatnya sebagai bidikan ikonik, sebagai sesuatu yang mungkin bisa Anda jual. Saya tidak berpikir itu adalah sesuatu yang mungkin dilakukan oleh para atlet sendiri," kata Sejarawan Olimpiade, David Wallechinsky, kepada CNN.
You got to take the wrapper off first to get to the chocolate on the inside! ??
A huge congratulations to every medallist, athlete, official, volunteer, and the fans who made today special.
We can't wait to do it all over again on Day 4⃣ of #Tokyo2020 #UnitedByEmotion pic.twitter.com/MI40LOS12P
— #Tokyo2020 (@Tokyo2020) July 26, 2021
(andri ananto/anda)
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini