Kisah Alexander Zverev, Peraih Emas Tenis Olimpiade Fan Berat Bayern Muenchen

"Pernah bercanda dengan Bayern, meminta mereka untuk mengontraknya."

Biografi | 02 August 2021, 16:17
Kisah Alexander Zverev, Peraih Emas Tenis Olimpiade Fan Berat Bayern Muenchen

Libero.id - Alexander Zverev mencetak sejarah menjadi pria Jerman pertama yang memenangkan medali emas tunggal putra di tenis Olimpiade dengan kemenangan atas Karen Khachanov. Uniknya, pemuda berusia 24 tahun itu dikenal sebagai pendukung fanatik Bayern Muenchen.

Lahir di Hamburg pada 20 April 1997, Zverev memiliki orang tua asal Rusia, Irina Zvereva dan Alexander Mikhailovich Zverev. Dia memiliki kakak laki-laki, Mischa, yang lahir hampir satu dekade sebelumnya dan juga merupakan pemain tenis profesional.

Kedua orang tua Zverev adalah pemain tenis profesional untuk Uni Soviet. Ayahnya menduduki peringkat tertinggi 175 dunia. Dia juga menjadi pemain peringkat teratas putra nasional. Sedangkan ibunya peringkat empat tertinggi pemain putri.

Tapi, dengan runtuhnya Uni Soviet, Irina pergi ke Jerman untuk berkompetisi di sebuah turnamen pada 1990, dengan suaminya menemani sebagai pelatih. Selama di Jerman, mereka ditawari pekerjaan sebagai instruktur tenis. Setelah awalnya menolak, mereka menerima tawaran untuk bekerja di klub hoki bernama Uhlenhorster di Hamburg.

Dari kedua orang tuanya itulah Zverev mengenal tenis dan mulai bermain sejak usia 3 tahun. "Suatu hari, ketika saya masih berusia 1 tahun 5 bulan, saya hanya mengambil sedikit raket, dan saya mulai mendorong bola di apartemen kami. Sejak itu, ayah membawa saya ke lapangan. Saya menikmatinya," ujar Zverev, dilansir ITF Tennis.

Lalu, ketika berusia lima tahun, dia mulai bermain tenis setidaknya setengah jam setiap hari. Zverev sangat kompetitif sebagai seorang anak. "Dia tidak akan mengerti atau menerima bahwa dia kalah," ucap kakaknya, Mischa.

Berhubung kemampuannya semakin terasah, orang tua Zverev memutuskan menerjunkan anaknya di turnamen internasional. Pada 2011 dalam usia 13 tahun, Zverev bergabung ke International Tennis Federation (ITF). Selanjutnya, kariernya terus menanjak hingga puncaknya meraih emas di Olimpiade 2020.


Menyamai prestasi Steffi Grap di sektot putri

Keberhasilan Zvedev otomatis menyamai catatan rekan senegaranya di sktor putri, Steffi Graf. Petenis legendaris Jerman itu mendapatkan emas pada Olimpiade 1988 di Seoul.

Zvedev memenangkan emas di Tokyo setelah menang 6-3 6-1 atas Karen Khachanov, mewakili Komite Olimpiade Rusia (ROC). Karena itu, saat kemenangan dihasilkan Zvedev berlutut di lapangan saat merayakan momen terbesar dalam kariernya sejauh ini.

"Saya telah memenangkan final Tur Dunia. Tapi, medali emas di Olimpiade, nilainya luar biasa karena anda tidak hanya bermain untuk diri sendiri. Anda bermain untuk negara Anda. Ini perasaan yang luar biasa. Tidak ada yang lebih baik dari ini," ujar Zvedev, dilansir The Guardian.

Zverev mencapai final grand slam pertamanya di AS Terbuka musim panas lalu. Tapi, kalah tipis dari Dominic Thiem, dan akan menjadi salah satu favorit untuk gelar ketika final slam tahun ini, yang dimulai di New York dalam waktu kurang dari sebulan.

"Saya tidak ingin berbicara tentang grand slam berikutnya dan sekarang karena saya baru saja memenangkan Olimpiade. Saya ingin menikmati yang ini selama dua menit," tambah Zvedev.


Penggemar Bayern Muenchen

Petenis yang menjadi penggemar sepakbola bukan hal aneh. Rafael Nadal, Roger Federer, hingga Novak Djokovic dikenal sebagai penggemar olahraga ini. Tapi, petenis yang mengenakan jersey sepakbola di lapangan hanya Zvedev. Dia adalah penggemar fanatik Bayern dan memiliki hubungan baik dengan sejumlah pemain. 

Bahkan, saat pertandingan final Olimpiade berlangsung, Thomas Mueller secara khusus menyaksikan dari televisi dan tak lupa memporting kata-kata dukungan untuk Zvedev di akun Instagram resminya. "Ayo untuk emas," tulis Instastrory Mueller disertai pose dirinya dengan Zvedev.

Pada 2019, kedua bintang olahraga tersebut mengayunkan raket tenis bersama mantan Mats Hummels dalam sebuah acara tenis ekhsebisi bertajuk "ThoMats Challenge". Mereka tampal akbrab bermain dan dalam waktu ua tahun kemudian, Zverev kini menghadapi kesuksesan terbesarnya di Olimpiade.

"Latihan keras bersama telah membuahkan hasil!" tulis Mueller dengan emoji tertawa di Instastrory yang lain, tapi masih dengan pose bersama Zvedev. 

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network