Kisah Atlet Belarus Minta Suaka ke Polandia Akibat Keselamatannya Terancam

"Situasi politik di Belarus yang tidak menentu membuat banyak rakyatnya yang kabur ke negara lain."

Berita | 04 August 2021, 01:34
Kisah Atlet Belarus Minta Suaka ke Polandia Akibat Keselamatannya Terancam

Libero.id - Krisis politik berkepanjangan di Belarus membuat seorang atlet yang tampil di Olimpiade 2020, Krystsina Tsimanouskaya, membelot. Sprinter putri berusia 24 tahun itu datang ke Kedutaan Besar Polandia di Tokyo sehari setelah menolak pulang ke Minsk dengan alasan keamanan.

Dalam setahun terakhir, situasi politik di Belarus memang kacau. Demontrasi terjadi setiap hari untuk menentang Presiden Alexander Lukashenko, yang sudah berkuasa bertahun-tahun. 

Demontrasi itu awalnya dipicu oleh kecurangan Pemilu Presiden oleh Lukashenko saat melawan Sviatlana Tsikhanouskaya pada 9 Agustus 2020. Ribuan orang turun ke jalan mendesak pengunduran diri Lukashenko dan reformasi negara. Tapi, respons pemerintah sangat keras dengan mengerahkan militer dan polisi rahasia untuk melawan parlemen jalanan.

Para penentang Lukashenko bukan hanya politisi oposisi. Banyak rakyat dari berbagai profesi menyuarakan keinginannya untuk mengakhiri rezim yang dikenal sebagai "Diktaktor Terakhir Eropa" itu. Salah satu yang cukup vokal adalah Tsimanouskaya.

Kesempatan membela Belarus di Olimpiade benar-benar dimanfaatkan atlet kelahiran Klimavichy, 19 November 1996, itu. Dia berhenti di depan kantor Kedubes Polandia dengan sebuah minibus sekitar pukul 5 sore waktu setempat. Dia melangkah keluar dengan barang bawaan tim resminya kemudian menyapa dua petugas sebelum memasuki gedung itu.

Sebuah sumber dari Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengatakan kepada Reuters bahwa suami Tsimanouskaya, Arseni Zhdanevich, sudah berada di Ukraina dan akan melanjutkan perjalanan ke Polandia. 

Sumber lain mengatakan Tsimanouskaya kabur ke Polandia setelah dipaksa ofisial timnya kembali ke Minsk menggunakan pesawat dari maskapai Turkish Airlines yang meninggalkan Tokyo di hari dirinya akan bertanding. Kemungkinan besar itu terkait pelarian suaminya ke Ukraina dan Tsimanouskaya harus pulang untuk menghadapi hukuman.

Tsimanouskaya mengatakan kepada wartawan Reuters melalui Telegram bahwa pelatih kepala Belarusia mendatangi kamarnya pada Minggu (1/8/2021) dan mengatakan kepada dirinya bahwa dia harus pergi.

"Dia mendatangi saya dan mengatakan ada perintah dari atas untuk mengeluarkan saya (dari kontingen). Pada jam 5 petang mereka datang ke kamar saya dan menyuruh saya untuk berkemas dan mereka membawa saya ke bandara," tulis Tsimanouskaya dalam pesannya kepada Reuters.

Sesampainya di Bandara Narita, Tsimanouskaya menolak untuk naik ke pesawat. Dia kemudian mencari perlindungan dari Polisi Jepang yang ada di bandara, yang langsung menghubungi Kedubes Polandia. "Saya tidak akan kembali ke Belarus," ucap Tsimanouskaya.

Komite Olimpiade Belarusia (NOCB) mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa para pelatih telah memutuskan untuk menarik Tsimanouskaya dari Olimpiade atas saran dokter tentang keadaan emosional dan psikologisnya. "Dia menyendiri dan tidak berbicara," kata Pelatih kepala atletik Belarus, Yuri Moisevich.

Sementara itu, juru bicara Komite Olimpiade Internasional (IOC), Mark Adams, mengatakan jika para pejabat terkait akan melanjutkan percakapan dengan Tsimanouskaya untuk melihat masalah yang sebenarnya. Mereka juga telah meminta laporan lengkap dari NOCB.

Pemerintah Jepang juga memiliki perhatian terhadap masalah ini. Mereka mengatakan atlet itu telah diamankan sementara oleh panitia penyelenggara Olimpiade dan IOC untuk mencari fakta yang sebenarnya. "Jepang berkoordinasi dengan pihak terkait dan terus mengambil tindakan yang tepat," kata Kepala Sekretaris Kabinet, Katsunobu Kato.

Bagi kisah atlet yang membelot bukan terjadi kali ini saja. Beberapa waktu lalu, kiper tim nasional Myanmar juga menolak kembali ke negaranya setelah bertandingan melawan Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia. Alasannya, keselamatan yang terancam setelah berpose dengan tiga jari sebagai simbol dukungan kepada Aung San Suu Kyi.

Menanggapi sejumlah pertanyaan wartawan tentang apa yang akan dilakukan IOC untuk memastikan atlet lain benar-benar dilindungi, juru bicara IOC mengatakan jika mereka masih mengumpulkan bukti tentang apa yang sebenarnya terjadi. IOC juga menyebut telah mengambil sejumlah tindakan terhadap NOCB menyusul protes yang terjadi di negara itu.

Pada Maret 2021, IOC menolak mengakui pemilihan putra Lukashenko, Viktor, sebagai Ketua NOCB. Pasalnya, itu bertentangan dengan regulasi IOC terkait campur tangan pemerintah dalam penentuan  ketuan Komite Olimpiade Nasional di setiap negara.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network