Kisah Perseteruan Panjang Donald Trump dengan Timnas Wanita AS

"Kini konflik tersebut masih terus berlanjut, tapi apa yang sebenarnya terjadi ?"

Feature | 07 August 2021, 02:16
Kisah Perseteruan Panjang Donald Trump dengan Timnas Wanita AS

Libero.id - Mantan presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengecam tim sepak bola Olimpiade Wanita AS setelah Becky Sauerbrunn dan kawan-kawan hanya mampu memenangkan perunggu di Tokyo 2020.

Amerika Serikat sukses mendapatkan peringkat ketiga usai menghentikan perlawanan sengit dari timnas wanita Australia dengan skor 4-3 di Kashima Soccer Stadium. Sebelumnya, anak asuh Vlatko Andonovski kalah dari 1-0 dari Kanada di babak semifinal & untuk beberapa saat itu membuat AS para pemain AS kecewa berat.

Kendati begitu, Trump menolak untuk memberi selamat kepada tim asuhan Andonovski dan menuduh mereka sebagai "wokesters" dalam kata-kata kasar yang aneh.

Presiden ke-45 Negri Paman Sam itu mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Jika tim sepak bola kami, yang dipimpin oleh kelompok radikal maniak kiri, tidak terbangun, mereka akan memenangkan medali emas, bukan perunggu."

"Bangun berarti Anda kalah, semua yang terbangun menjadi buruk, dan tim sepak bola kami pasti pernah. Namun, ada beberapa patriot yang berdiri."

“Sayangnya, mereka membutuhkan lebih dari itu untuk menghormati negara dan lagu kebangsaan kita. Mereka harus mengganti para pembangun dengan patriot dan mulai menang lagi."

Lebih jauh, suami dari Melania Knauss itu bahkan mengolok-olok penyerang veteran tim wanita AS, Megan Rapinoe soal warna rambutnya,

"Wanita berambut ungu itu bermain sangat buruk dan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memikirkan politik kiri radikal dan tidak melakukan pekerjaannya!"

Ini bukan pertama kalinya Trump mengkritik tim sepak bola Wanita AS dan mengecam Megan Rapinoe karena menolak menyanyikan lagu kebangsaan serta mengambil lutut dalam laga Olimpiade.

Rapinoe yang sukses mencetak gol dari sepak pojok dalam pertandingan medali perunggu, menjuluki dirinya sebagai "protes berjalan" kepada Trump dan kebijakannya saat ia menjadi presiden AS, tepatnya soal LBGT. Yap, selama Trump menjadi presiden AS, pria 75 tahun itu kerap kali menyudutkan kelompok LGBT di Negri Paman Sam.

"Anda tidak akan bisa memenangkan sebuah kompetisi tanpa seorang gay di tim Anda, belum pernah ada yang demikian. Itu berdasarkan fakta saintifik yang ada di sini," ujar Megan Rapinoe kepada The Guardian.

Rapinoe sendiri memang seorang gay & selama 4 tahun kepemimpinan Trump, pemain OL Reign itu mungkin adalah atlet yang paling keras menentang kebijakan pria yang dijuluki 'Bunker Boy' itu. 

Di Olimpiade Tokyo 2020, pemain berusia 36 tahun itu sebelumnya sempat menentang keputusan tim untuk mengambil lutut menjelang pertandingan melawan Swedia di babak grup dan tentu saja hal tersebut mendapat kritik pedas dari Trump meski kemungkinan akan berdampak kecil pada tim, dengan Alex Morgan tampak sangat bangga akan raihan medali perunggu tim wanita AS.

Morgan menulis di Twitter: "Pulang dengan Perunggu segar dan sangat bangga dengan tim ini! Berjuang sampai akhir sudah 40 hari di jalan dan berakhir dengan tinggi membuat semuanya sepadan!."

Kapten AS, Becky Sauerbrunn menambahkan: “Perunggu itu sangat berarti. Rasanya seperti kita benar-benar harus mendapatkan hal itu. Dan kami sangat bangga akan hal itu."

Berbicara soal Alex Morgan, faktanya Trump juga pernah berselisih dengan pemain berusia 32 tahun tersebut, yang paling kontroversial adalah penolakan para pemain tim wanita AS atas undangan Trump ke Gedung Putih usai menjuarai Piala Dunia Wanita 2019 di Prancis.

"Saya tidak mendukung banyak hal yang diperjuangkan Gedung Putih saat ini," ujar Morgan dalam wawancaranya bersama Majalah Time.

Saat itu, Rapinoe juga menolak ajakan Trump dengan alasan yang sudah dijelaskan sebelumnya, yakni soal kebijakan LBGT Trump, sementara Morgan lebih ke arah Politik.

"Ada narasi yang telah dikatakan ratusan kali tentang atlet apa pun yang berbicara politik harus tetap berpegang pada olahraga. Kami jauh lebih dari itu,"

Yap, pemain Orlando Pride itu memang dikenal sebagai orang yang anti-Trump sejak masa kampanye pemilihan Presiden AS pada 2016 silam dan ia merupakan pendukung Hillary Clinton, capres pesaing Trump saat itu.

(muflih miftahul kamal/muf)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network