Manchester United
Libero.id - Dengan Manchester United yang telah menyelesaikan penandatanganan Jadon Sancho serta Raphael Varane dengan total biaya sekitar 110 juta Poundsterling, angka tersebut membuat Setan Merah sebagai salah satu tim yang paling produktif mengeluarkan uang di jendela musim panas kali ini.
Jadon Sancho = a Manchester United player ?✔️ pic.twitter.com/U9IJ6TNecW
— 433 (@433) July 23, 2021
Anak asuh Ole Gunnar Solskjær itu jelas memiliki motivasi untuk mengincar gelar Liga Premier untuk pertama kalinya sejak terakhir kali mereka dapatkan pada tahun 2013 lalu.
Di sisi lain, pelatih asal Norwegia itu telah menerima dukungan penuh dari dewan klub musim panas ini, dan baru-baru ini diberi perpanjangan kontrak, yang mengartikan bahwa klub telah memercayainya untuk memberikan gelar serta trofi yang diidamkan oleh para penggemar Theatre of Dreams.
Tetapi dengan penandatanganan besar yang juga dilakukan Chelsea dan Manchester City, di atas masalah inkonsistensi di Manchester United, masih ada banyak keraguan tentang apakah Setan Merah benar-benar penantang gelar musim ini.
Berikut adalah tiga alasan Man United bukan favorit jawara Liga Premier musim ini,
1.Tidak ada sistem terstruktur
United telah menunjukkan ketahanan mereka yang luar biasa dan jumlah pemain individu yang dapat mereka andalkan selama musim 2020/2021, meraih 74 poin serta finish dibawah rival sekota mereka, Manchester City yang sukses menjadi kampiun Liga Premier.
Ini dapat dilihat sebagai sesuatu yang luar biasa, meskipun, itu adalah sesuatu yang tidak dapat dipertahankan sepanjang musim untuk mengarah pada tantangan gelar.
Dan dalam dua musim terakhir, United sendiri sering kali terlambat panas untuk bersaing di Liga Premier dengan kesulitan besar mengatasi penampilan tim lapis kedua karena kurangnya sistem yang ada.
Yap, Setan Merah jelas tidak memiliki dasar terstruktur tentang bagaimana Solskjaer ingin timnya bermain.
Tanpa gaya permainan yang konsisten yang ditanamkan ke dalam tim, terutama hal yang mendasar dan pengambilan keputusan dalam sistem, United akan membatasi diri mereka untuk mengandalkan kreativitas dalam permainan yang telah ditemukan oleh banyak tim besar lainnya.
2.Tidak ada gelandang bertahan yang mumpuni
Kita semua tahun skuad United saat ini dipenuhi dengan gelandang berbakat seperti Bruno Fernandes, Donny van de Beek dan Paul Pogba, itu lebih dari cukup untuk membantu tim dalam hal menyerang.
Namun, tim ini kehilangan seorang gelandang bertahan, untuk memberikan keseimbangan di tengah lapangan, seorang pemain yang bisa memberikan rekan satu timnya kebebasan untuk menjelajah lebih jauh ke depan sementara ia melindungi lini belakang.
Melihat pemenang Liga Premier sebelumnya di Liverpool dan Manchester City, mereka memiliki gelandang bertahan kelas dunia dan mapan dalam diri Fabinho dan Rodri, yang dapat menawarkan kemampuan yang sangat dibutuhkan untuk mendikte permainan dari dalam dan yang juga mempengaruhi permainan.
Appearances by Man. United Midfielders this season.
24 apps |20.4 90s - B. Fernandes
20 apps |15.0 90s - S. McTominay
20 apps |12.8 90s - P. Pogba
18 apps |15.8 90s - Fred
15 apps |10.6 90s - N. Matic
19 apps | 8.5 90s - Van De Beek
9 apps | 6.2 90s - J. MataRotation. pic.twitter.com/SxioBa2baD
— Tùka (@TukaLetura) January 4, 2021
Harry Maguire dan kawan-kawan sendiri juga dilaporkan ingin bermain dalam formasi yang lebih menyerang musim ini, jelas tim ini akan membutuhkan gelandang bertahan untuk menghentikan lawan agar tidak menerobos dalam serangan balik.
3.Manajemen dalam permainan
Sekarang, alasan ketiga dan terakhir adalah manajemen in-game Ole Gunnar Solskjaer.
Ada peningkatan kualitas skuad dan suasana di sekitar klub sejak pengambilalihan pria Norwegia itu, tapi ia sendiri belum membaik sebagai manajer dan sejauh ini hanya menunjukkan fitur sebagai seorang pelatih yang memiliki apa yang diperlukan untuk membawa tim besar yang terseok-seok seperti United kembali ke tempat mereka seharusnya.
Contoh terbesar dari manajemen dalam permainannya yang dipertanyakan adalah final Liga Eropa musim 2020/201, di mana ia gagal menunjukkan tanda-tanda keterampilan dalam memimpin atau pendekatan proaktif untuk mengubah pertandingan menjadi kemenangan United.
Itu mengakibatkan pertandingan harus dilanjutkan dengan adu penalti dan akhirnya United harus kalah dari Villarreal.
Villarreal, Spain population: 51,205 ??
Old Trafford's capacity: 74,140 ???????
David Vs. Goliath and @Eng_Villarreal slay Man United ⚔️ pic.twitter.com/YFupVf9jXd
— International Champions Cup (@IntChampionsCup) May 26, 2021
Sampai mantan pelatih Molde itu mampu meningkatkan aspek ini dan menunjukkan perkembangan taktis sebagai pelatih, ia tidak akan berhasil membantu tim untuk menjuarai Liga Premier.
(muflih miftahul kamal/muf)
17-12-2023 | ||
Liverpool | 0 - 0 | Manchester United |
09-12-2023 | ||
Manchester United | 0 - 3 | A Bournemouth |
07-12-2023 | ||
Manchester United | 2 - 1 | Chelsea |
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini