Sebastian Giovinco
Libero.id - Pada sebuah era, Sebastian Giovinco pernah dianggap sebagai calon penerus kejayaan Alessandro del Piero. Sayang, kariernya semakin menurun seiring keterlibatan di pertandingan-pertandingan level senior yang membutuhkan fisik dan mental prima.
Giovinco lahir di Turin dari ayah asal Sisilia, Giovanni, dan ibu dari Calabria, Elvira, yang pindah dari Italia Selatan. Dia dibesarkan di Beinasco dalam sebuah keluarga penggemar AC Milan.
Uniknya, Giovinco kanak-kanak justru bergabung dengan sistem pembinaan pemain muda Juventus pada 1996, ketika masih berusia sembilan tahun. Bukan hanya Sebastoan. Adik laki-lakinya, Giuseppe, juga merupakan bagian dari Akademi La Vecchia Signora.
Setelah bergabung dengan sistem junior Juventus, Giovinco berkembang pesat melalui berbagai jenjang klub. Dia memenangkan Campionato Nazionale Primavera, Coppa Italia Primavera, dan Supercoppa Primavera, serta mencapai final di Torneo Viareggio untuk dinobatkan sebagai pemain terbaik. Semuanya terjadi pada 2005/2006.
Berkat performa yang bagus di level junior, Giovinco dipromosikan ke tim utama selama musim 2006/2007. Dia juga memainkan musim terakhirnya di skuad Primavera.
Disebut sebagai "The Next Alessandro del Piero", debut profesional Giovinco terjadi pada 12 Mei 2007, dalam pertandingan Serie B melawan Bologna. Dia masuk sebagai pemain pengganti Raffaele Palladino. Dia membuat sebuah assist untuk David Trezeguet.
Sejak itu, ia dianggap sebagai pewaris Del Piero dalam peran kreatif nomor 10 di belakang striker utama, yang dikenal sebagai trequartista, rifinitore, atau fantasista, dalam Bahasa Italia. Saat itu, Juventus memenangkan gelar Serie B, mendapatkan promosi ke Serie A pada musim berikutnya.
Meski promosi, Giovinco justru dipinjamkan ke Empoli. Dia melakukan debut Serie A pada 26 Agustus 2007, masuk sebagai pemain pengganti melawan Fiorentina. Giovinco mencetak gol pertamanya di Serie A pada 30 September 2007 melawan Palermo dalam kemenangan 3-1. Dia melakukan debutnya di Eropa di Piala UEFA pada 4 Oktober 2007 melawan Zurich.
Giovinco menyelesaikan musim pertamanya di Serie A dengan enam gol dalam 35 penampilan, dan diberi penghargaan Leone d'Argento, oleh klub. Meski penampilan Giovinco menjanjikan, Empoli tidak dapat menghindari degradasi, dan dia kembali ke Juventus pada akhir musim.
Sayang, peruntungan Giovinco pada kesempatan kedua di Turin tidak mulus. Karena terjadi pergantian beberapa pelatih yang berdampak pada formasi yang tidak mengakomodasi trequartista. Akibatnya, Giovinco dipinjamkan ke Parma.
Dua tahun bermain di Stadio Ennio Tardini, penampilan Giovinco ternyata cukup bagus sehingga La Vecchia Signora meminta Giovinco kembali. Tapi, lagi-lagi penampilannya kurang memuaskan di setelah pulang dari masa peminjaman. Giovinco kemudian meninggalkan Italia untuk bermain di MLS membela Toronto FC.
Tampil di kompetisi yang kualitasnya jauh dari Serie A, Giovinco menunjukkan performa yang bagus. Dia bermain empat musim di Kanada dengan total 142 penampilan dan memproduksi 83 gol.
Giovinco juga membantu Toronto menghasilkan sejumlah penghargaan bergengsi di MLS maupun kompetisi Kanada. Bersama Giovinco, Toronto menjuarai MLS Cup (2017), Eastern Conference Championship play-off (2016, 2017), Supporters' Shield (2017), hingga Canadian Championship (2016, 2017, 2018).
Sayang, di tengah penampilan yang bagus, negosiasi kontrak Giovinco dengan Toronto tidak berlangsung lancar. "Seperti yang selalu saya pertahankan, saya berharap untuk memperbarui kontrak saya dan menyelesaikan karier bermain saya di kota yang terasa seperti rumah ini," tulis Giovinco di Instagram saat itu.
"Sayangnya keinginan saya ini telah berbenturan dengan perubahan arah dengan manajemen Toronto saat ini. Untuk kedua kalinya saya telah berusaha untuk memperpanjang kontrak saya, tapi manajemen enggan. Mereka mungkin mengatakan saya pergi untuk kesepakatan yang lebih menguntungkan, tapi ini tidak terjadi," tambah Giovinco.
"Karena itu, saya dengan berat hati mengumumkan bahwa waktu saya sebagai pemain Toronto telah berakhir. Terima kasih atas semua yang telah kamu ajarkan kepada saya tentang diri sata dan tentang kehidupan. Saya mencintaimu Toronto!" beber Giovinco.
Setelah tidak terikat kontrak dengan Toronto, Giovinco pindah ke Arab Saudi. Pada 30 Januari 2019, dia teken kontrak dengan Al-Hilal. Hasilnya, luar biasa. Giovinco membantu Al-Hilal menjuarai Saudi Professional League (2019/2020, 2020/2021), Piala Raja (2019/2020), dan Liga Champions Asia (2019).
Meski sukses, kontrak Giovinco ternyata tidak diperpanjang untuk musim 2021/2022. Al-Hilal melepas dirinya. Rumornya, Giovinco akan bermain di Yunani untuk PAOK atau kembali ke Italia dengan Venezia. Tapi, hingga kini belum ada kepastian ke mana pemain berusia 34 tahun itu akan berlabuh.
? Sebastián Giovinco, a 34-year-old forward, terminates his contract with Al-Hilal and is a free player in the market. pic.twitter.com/h6J6DlC9kv
— World of Football (@Infogenuino) August 15, 2021
(andri ananto/anda)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini