Jose Mourinho
Libero.id - Harus diakui Jose Mourinho merupakan salah satu pelatih sukses di sepakbola Eropa. Berbagai gelar bergengsi dipersebahkan bersama sejumlah klub yang dipimpin. Mulai dari level domestik hingga internasional.
Kehebatan Mourinho di bench telah disejajarkan dengan sejumlah nama pelatih top dunia seperti Sir Alex Ferguson, Marcelo Lippi, Arsene Wenger, Carlo Ancelotti, hingga Pep Guardiola.
Meski prestasi dunia yang diraih lebih banyak dari jumlah jari tangannya, ternyata perjalanan karier Mourinho tidak selalu mulus. Banyak diantaranya yang justru dinilai kontroversial. Bahkan, berujung kegagalan dramatis. Beberapa bahkan harus diwarnai perselisihan yang tidak penting.
Nah, berikut lima kesalahan terbesar Jose Mourinho selama karier profesionalnya di sepakbola:
1. Teori konspirasi
Mourinho telah menemukan cara untuk mengalihkan perhatian atas kesalahan timnya. Kritiknya terhadap wasit dan otioritas sepakbola telah membuat reputasi Mourinho tercoreng.
Contohnya saat menuduh Barcelona diuntungkan UEFA karena UNICEF menjadi sponsor jersey. Ada lagi saat Chelsea, Mourinho juga didenda 8.900 (Rp149 juta) karena membuat tuduhan palsu tentang wasit yang dianggap berkoleborasi dengan Frank Rijkaard (Barcelona). Ada lagi tuduhan terdapat wasit, Andreas Frisk, di Liga Champions.
2. Taktik "parkir bus" yang pragmatis
"Parkir bus" sekarang menjadi bagian dari bahasa sepakbola dan Mourinho terkait dengannya. Taktik ini dituduhkan kepada Mourinho sebagai pelatih yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kemenangan.
Di Inter Milan, pragmatismenya dipuji karena mematikan Barcelona dan menyabet treble winners bersejarah pada 2009/2010. Tapi, di Inggris, ini telah dicap sebagai strategi "antisepakbola" karena sedikit fokus yang diberikan pada permainan penguasaan bola menyerang.
Keputusannya untuk meminta orang-orang seperti Cristiano Ronaldo dan Eden Hazard membantu pertahanan sangat tidak populer di mata pengamat.
Era ketika sepak bola menyerang yang atraktif adalah tuntutan untuk menghibur para pendukung justru diputarbalikkan Mourinho. Dia tanpa ampun tetap berpegang pada gayanya untuk menetralisasi lawan-lawannya. Kemudian, mengambil kesempatan dalam serangan balik.
? Parking the bus? It barely got there last night for Jose Mourinho and his Manchester United boys!
By @omomani pic.twitter.com/vTHr28CktV
— Goal (@goal) October 3, 2018
3. Masalah datang di musim ketiga
Musim kedua kedatangan Mourinho di Chelsea membawa mereka ke puncak Liga Premier 2014/2015, dengan orang-orang seperti Eden Hazard, Diego Costa, dan Andre Schuerrle memainkan peran utama.
Mourinho dikenal memiliki perjuangan besar di musim ketiganya di sebuah klub. Dia secara vokal mengkritik banyak orang. Tidak hanya wasit, melainkan juga para pemainnya. Mourinho bahkan berselisih dengan dokter klub, Eva Carneiro, untuk intervensi medis di lapangan saat bermain imbang melawan Swansea City.
Pada Desember 2015, Chelsea berada di urutan 16 klasemen Liga Premier. Itu hanya satu poin di atas zona degradasi dan sekitar 20 poin dari juara Leicester City. Roman Abramovich akhirnya berpisah dengan Mourinho untuk kedua kalinya di pertengahan musim.
Eva Carneiro to file individual legal claim against Chelsea’s José Mourinho https://t.co/fcdtIMbVbD pic.twitter.com/36wENlJ6eD
— The Guardian (@guardian) November 2, 2015
4. Bertengkar dengan pemain
Gaya Mourinho memotivasi pemain telah membuat para talenta hebat seperti Frank Lampard, John Terry, hingga Marco Materazzi mempertaruhkan nyawa mereka demi kesetiaan kepada dirinya.
Namun, kadang-kadang, gaya tekanan dan motivasinya telah membuat para pemain salah jalan. Di Real Madrid, misalnya, Mourinho mengkritik legenda klub, Iker Casillas, dan berusaha menggantikan kapten di starting line-up dengan mengontrak Diego Lopez. Ada lagi Sergio Ramos dan Raul Gonzalez.
Bahkan, di Manchester United dia memperlakukan Luke Shaw dengan tidak baik hingga sekarang, meski bukan anak didiknya lagi
5. Kegagalan mengembangkan pemain muda
Mourinho menuntut skuad kompetitif setiap musim untuk memenangkan trofi dengan sedikit ruang untuk kesalahan dan ruang untuk pertumbuhan pemain. Akibatnya, banyak pemain muda potensial.
Orang-orang seperti Romelu Lukaku, Kevin de Bruyne, atau Mohamed Salah tidak diberi kesempatan untuk berkembang menjadi talenta kelas dunia. Akibatnya, pemain-pemain ini berkembang dan menjadi bintang di klub lain. Sejarah kemudian mencatat Lukaku, De Bruyne, atau Salah sebagai juara di luar Chelsea.
From Chelsea flop to Liverpool king: How Mo Salah proved Jose Mourinho wrong https://t.co/9IrWUZsYmD pic.twitter.com/H2FKKttOBr
— MailOnline Sport (@MailSport) March 10, 2018
(muhammad alkautsar/anda)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini