RB Salzburg
Libero.id - Akademi Red Bull Academy adalah fasilitas pelatihan yang dibentuk oleh Liefering Salzburg guna menghasilkan & mengembangkan banyak pemain berbakat. Nama-nama seperti Sadio Mané, Munas Dabbur, Xaver Schlager, Stefan Lainer, Hannes Wolf, Diadie Samassekou, Takumi Minamino hingga Erling Haaland adalah beberapa pemain yang pernah merasakan fasilitas pelatihan tersebut.
RB Salzburg have been outstanding with their recruitment and sell-on strategy.
Szoboszlai is next in line to be picked up by a big European club like Håland, Upamecano, Keïta, Kampl, Mané and Caleta-Car (all pictured) were.
BACA ANALISIS LAINNYA
7 Pemain Bintang yang Gagal Mendapatkan Transfer Impiannya+ Chan, Minamino, Soriano, Haidara and Laimer pic.twitter.com/BiVu3dqg3l
— Dimi ?? (@DIMITRlNHO) October 23, 2020
Terletak di pedesaan dengan deretan pepohonan yang menjulang tinggi, di lahan seluas 12.000 meter pesergi ini lah ada setidaknya 200 pesepakbola muda dari tujuh negara di 11 tim dipandu oleh 120 karyawan spesialis yang tentunya di lengkapi fasilitas modern guna menopang kebutuhan pemain serta tim.
Taman bermain untuk pemain muda
Terpampang di atas pintu masuk utama, pesannya jelas – 'Masuk ke level berikutnya'. Di dalamnya terdapat kompleks berteknologi tinggi yang unik dengan enam lapangan sepak bola, aula sepak bola, ruang angkat beban, ruang atletik, dan area kebugaran luar ruangan, semuanya dengan sensor yang mengumpulkan data siang dan malam. Data ini kemudian disimpan di server dan diproses oleh program komputer.
What a world class setup they have at the Red Bull Salzburg Academy. No surprise they produce so many talented players in world football. pic.twitter.com/PsYi5pZZ9k
— LFC Views (@Mobyhaque1) June 29, 2020
Baru dibuka pada September 2014, akademi Red Bull sudah memiliki hasil yang jelas, di mana pada tahun ketiga berdiri, tim U-19 mereka dinobatkan sebagai juara UEFA Youth League. Setahun kemudian, FC Salzburg mencapai semifinal Liga Eropa dengan enam pemain di dalam tim adalah lulus akademi Red Bull.
Apa yang membuatnya berbeda ?
Bukan hal yang aneh bagi klub internasional papan atas untuk mengunjungi Liefering, yang paling terbaru adalah perwakilan dari Liverpool, Bundesliga dan La Liga.
"Filosofi permainan dan pelatihan. Ini sudah menyatu dengan kami. Setiap pelatih, setiap karyawan, dan setiap pemain beroperasi sesuai dengan ide ini. Itulah kunci kesuksesan kami" ujar CEO FC Liefering, Manfred Pamminger.
Sebagai catatan, baik FC Salzburg mapupun FC Liefering, keduanya berada dalam satu manajemen.
Lalu apa saja fasilitas yang ada di akademi tersebut ?
1.Ruang atletik – meningkatkan kecepatan berlari
Di Liefering, ini adalah latihan sprint memiliki sedikit perbedaan. Pemain mengikat sabuk di sekitar pinggulnya, yang terhubung ke winch tali berteknologi tinggi yang dikendalikan komputer melalui kabel, dan berjalan melawan tingkat resistensi yang dapat disesuaikan tanpa batas. Pelatih kemudian akan menganalisis kurva kinerja secara real time di laptop dan dapat mengetahui setelah beberapa kali berlari pada tingkat resistensi berapa pemain menerapkan kekuatan maksimum, ketika ia mencapai kecepatan maksimum, berapa lama ia dapat mempertahankannya dan bahkan kaki mana yang menerapkan lebih banyak kekuatan.
Data digunakan untuk terus menyempurnakan pelatihan dan, karena disimpan dalam database, itu juga berarti kemajuan kinerja pemain dapat dilihat selama beberapa tahun.
"Para pemain kami harus sangat cepat - untuk itulah sistem permainan kami dirancang. Dan dalam sepak bola modern, 90 persen dari semua sprint tidak lebih dari 20 meter," jelas Pamminger.
2.Gym berteknologi tinggi – angkat beban 2.0
Tidak seperti di gym konvensional, pemain masuk melalui sebuah teknologi tablet yang kemudian data dari setiap pemain akan diunduh, dan langsung terkirim ke komputer atau pelatih. Setiap fasilitas gym memiliki komputer yang memantau pelatihan, mengumpulkan data dan memasukkannya ke dalam jaringan menggunakan kamera inframerah dan tablet. Dengan cara ini, pelatih dapat membuat latihan individu melalui perangkat lunak di kantor, atau secara real time jika diperlukan.
Tambahan lainnya adalah pemain dapat membandingkan kinerja mereka dengan rekan satu tim di dalam ruangan. Kamera inframerah melacak pergerakan barbel, menghitung setiap pengulangan dan mengukur kinerja dalam watt, serta kecepatan maksimum dan rata-rata barbel ditarik dan didorong dalam meter per detik.
3.Lintasan lari anti-gravitasi – moonwalk
Satu hal yang pasti dalam sepakbola, seberapa pun fit seorang pesepakbola, cedera akan selalu datang. Pemain harus belajar untuk menghadapinya, tetapi juga bagaimana kembali bugar secepat mungkin. Berkat lintasan lari anti-gravitasi, proses penyembuhan seorang pemain dapat memakan waktu jauh lebih sedikit. Perangkat pelatihan – awalnya dikembangkan untuk astronot – memungkinkan atlet yang pulih untuk kembali ke persiapan pada tahap awal, bahkan jika mereka belum bisa melakukannya.
"Di trek, pemain mengenakan celana ketat udara dengan ruang udara yang mencapai pinggul. Sebuah blower menciptakan tekanan di dalamnya, yang mengurangi berat badan hingga 80 persen” jelas Pamminger.
Pemain melakukan semacam moonwalk, jadi akan terbiasa dengan gerakan berlari alami pada tahap awal dan ini menghilangkan kebutuhan untuk pelatihan regenerasi di dalam air. Dengan simulasi kemiringan hingga 15 derajat, program lari mundur dan kecepatan tertinggi 19kph, AlterG adalah bentuk rehabilitasi yang lebih inovatif daripada sekadar menginjak air.
4.SoccerBot360 – melacak setiap gerakan pemain
Alexander Schmalhofer adalah kepala analisis pertandingan & proyek inovatif yang kini berusia 32 dan ia adalah orang yang membawa teknologi bernama SoccerBot360 tersebut ke akademi Red Bull.
Konsep dari SoccerBot360 sendiri mirip dengan permainan menendang bola ke gawang, namun dengan proyektor yang memunculkan gambar gawang yang lebih kecil.
Creating Faster & Better Decisions @soccerbot360 #playthefuture pic.twitter.com/ToCuzcbIdB
— FOOTGENiX (@FOOTGENiX) May 22, 2021
"Anak laki-laki harus belajar berpikir lebih cepat, memproses lebih cepat, dan melatih perilaku tatapan mereka," ujar Schmalhofer.
Kamera berkecepatan tinggi melacak seberapa bagus mereka, menentukan seberapa cepat, tajam, dan tepat mereka mengoper bola. Atau seberapa sering kaki lemah mereka mendapat kesempatan, karena hit rate yang tinggi hanya benar-benar bermanfaat jika kedua kaki melewati jumlah yang kira-kira sama. Rekaman itu dapat diproyeksikan ke dinding dan dihidupkan kembali guna sebagai bahan evaluasi pemain agar menjadi lebih baik lagi.
5. Local Position Measurement (LPM) – sistem yang cepat
Sistem LPM, sistem pelacakan olahraga paling akurat di dunia, mengumpulkan data posisi semua pemain dan bola di lapangan di dalam aula seluas 6.000 m2 setiap detiknya.
Sistem LPM ini juga menempatkan akurasi hingga 5-10 cm, membuatnya 100 kali lebih presisi daripada GPS. Jika menggabungkan data mentah pemain, pelatih, staff hingga pemain akan memiliki pembacaan awal, kecepatan tinggi dan perlambatan yang tepat untuk para pemain mereka, dan juga mampu membaca persoalaan skor teknis dan taktis seperti peluang operan dan waktu penguasaan bola.
Bahkan data biometrik dapat dikumpulkan dengan sistem, termasuk detak jantung dan pernapasan pemain, atau suhu kulit. Dan di akademi ini, data terus diperbaiki, ditafsirkan, dan dihubungkan di komputer, menarik kesimpulan, dan membuat analisisnya tersedia bagi para pelatih agar tidak ada tunduhan malpraktek data pemain.
6.Mengemas skor – data pertandingan
Tidak ada formula yang sempurna untuk sukses dalam sepak bola, tetapi Schmalhofer sedang mengerjakan kemungkinan keberhasilan, misalnya dengan mengemas skor, yang menunjukkan efisiensi dalam sepak bola dan mengukur berapa banyak lawan yang kalah dengan operan. Idenya adalah bahwa seorang pesepakbola yang bergerak melewati banyak lawan – dengan mengoper atau menggiring bola – adalah pemain yang baik. Skor meningkat ketika mendekati area penalti, atau menggeser bola melewati kaki pemain bertahan.
"Tantangannya adalah menyaring data, sehingga pelatih dan pemain tertarik dan bisa memahaminya," ujar Schmalhofer.
Cara terbaik untuk melakukan ini adalah melalui analisis video, di mana para pemain mengenali diri mereka sendiri. Di masa lalu, analis pertandingan akan mempelajari lawan menggunakan tiga atau empat pertandingan, mengkategorikan peluang mencetak gol atau rekaman balik dalam sebuah video dan membuatnya tersedia untuk pelatih. Hari ini, perangkat lunak internal melakukan pekerjaan itu. Berkat kecerdasan buatan, kini manajemen kepelatihan Liefering serta Salzburg mampu mengenali rekaman pertandingan dan belajar dengan setiap pertandingan. Analis menghemat satu setengah hari kerja yang dihabiskan untuk melihat materi, dan sekarang dapat dimasukkan ke dalam analisis yang lebih rinci.
(muflih miftahul kamal/muf)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini