Maceo Rigters
Libero.id - Setelah penampilan Maceo Rigters yang luar biasa di Kejuaraan Eropa U-21 2007, penyerang Belanda itu disebut-sebut akan sukses di level tertinggi. Tetapi, pada kenyataannya, dia gagal memenuhi harapan itu sejak awal.
Penurunannya justru sangat cepat. Setelah jatuh dari radar sepakbola, dia muncul kembali untuk tim amatir Belanda dengan tahun-tahun terbaiknya jauh di belakang.
Dia adalah produk dari Akademi Ajax yang sangat sukses meski memulai kariernya di SC Heerenveen. Dia hanya membuat dua penampilan di tim utama Heerenveen antara 2002 dan 2004.
Untuk musim berikutnya, dia berada di buku FC Dordrecht saat mencetak delapan gol dari 17 penampilan. Penampilan itu membuatnya masuk dalam daftar pencetak gol.
Rasio gol untuk permainannya yang mengesankan membuat NAC Breda tertarik, apalagi mereka sedang mencari seorang striker. Mereka akhirnya merekrut Rigters dengan biaya yang tidak diungkapkan pada 1 Januari 2005.
Dalam dua musimnya di Rat Verlegh Stadion, dia tidak bisa meniru performa yang dia hasilkan di Dordrecht. Meskipun tampil lebih dari 60 kali untuk Breda, kontribusi terbaiknya hanya lima gol.
Kebangkitannya menjadi terkenal di musim panas 2007 saat bermain di Kejuaraan Eropa U-21. Dia menjadi tambahan terakhir untuk skuad kejutan dalam tim yang berisi Ryan Babel, Royston Drenthe, dan Hedwiges Maduro.
Selama turnamen, dia selalu menjadi ancaman untuk mencetak gol dan tendangan saltonya melawan Inggris pada menit ke-19 menunjukkan bakatnya.
Gol penyeimbangnya dalam pertandingan (1-1) membuat Jong Oranje memainkan adu penalti. Mereka kemudian memenangkan laga dengan skor akhir 13-12.
Mereka akhirnya mengalahkan Serbia 4-1 di final, dan dia mencetak gol keempat dan terakhirnya di turnamen tersebut setelah memperdayai kiper Serbia pada menit ke-67. Gol Rigters membawa Belanda unggul tiga gol.
Dengan penghitungan empat gol, dia dianugerahi Sepatu Emas turnamen. Dia mengungguli Leroy Lita yang mencetak tiga gol untuk Inggris.
“Luar biasa, saya tidak menyangka akan seperti ini. Saya sangat senang bisa melakukan ini,” kata Rigters saat menerima sepatu emasnya.
“Saya ingin berterima kasih kepada pelatih yang telah memberi saya kesempatan ini. Ini perasaan yang luar biasa dan saya bangga telah mencapai ini. Dan, juga berkat tim, saya mendapat beberapa assist hebat,” ungkapnya saat itu.
"Atmosfer di ruang ganti luar biasa, dan saya hanya ingin kembali ke sana secepat mungkin!"
Setelah turnamen selesai, dia masuk dalam UEFA Team of the Tournament. Penampilannya di level U-21 membuat klub-klub seperti Celtic, Rangers, Newcastle, dan Norwich merayunya sebelum mendapatkan uang besar pindah ke Blackburn Rovers.
Pada 2 Juli 2007, dia dilaporkan telah menandatangani kontrak dengan The Rovers dengan biaya yang tidak diungkapkan. Tetapi, beberapa media melaporkan nilai kontraknya sekitar 3 juta pounds (Rp 79 miliar) dengan durasi kontrak empat tahun.
"Kami telah mengikutinya selama beberapa waktu setelah manajer Mark Hughes mengidentifikasi dia sebagai pemain yang dia minati," kata Ketua Blackburn saat itu, John Williams.
Banyak yang diharapkan dari sang striker di klub Lancashire, tapi dia dibatasi hanya dua pertandingan Eropa. Satu sebagai pemain pengganti melawan FK Vtra di Piala Intertoto pada Juli dan pada Agustus melawan MyPa di putaran pertama Piala UEFA saat itu.
Pada September 2007, Rigters menjalani debutnya di Liga Premier. Namun, petualangan Rigters tak berlangsung lama karena dia akhirnya meninggalkan The Rovers pada Februari 2008.
Mengambil bagian hanya dalam dua musim dan dua pertandingan Eropa selama tujuh bulan, dia akhirnya bergabung dengan klub Championship, Norwich City, dengan status pinjaman sampai akhir musim 2007/2008.
Dia tampil dua kali sebagai pemain pengganti, dan masa pinjamannya berubah dari buruk menjadi mengerikan saat dia mengalami cedera hamstring pada menit ke-15 dalam pertandingan kedua dan terakhirnya bersama The Canaries.
Musim berikutnya tidak lebih baik, dengan peluang terbatas dari Pelatih Blackburn saat itu, Paul Ince, yang mengizinkan pinjaman selama satu musim di Barnsley.
Muncul dalam 19 pertandingan, dia tidak berhasil mencetak gol di liga. Dia hanya mencetak gol bersama Barnsley di Piala FA. Meskipun memiliki dua tahun kontrak tersisa dengan The Rovers, dia diberi izin untuk menempuh jalan lain.
Dia melakukan ujicoba dengan Southend United, di mana dia memainkan dua pertandingan dan disebut-sebut sebagai bagian dari tim untuk menghadapi Sheffield Wednesday dalam pertandingan persahabatan.
Sayangnya, Pelatih Southend, Steve Tilson, memutuskan untuk tidak merekrutnya. Dia kemudian pergi ke Selandia Baru untuk ujicoba dengan Wellington Phoenix, walau menandatangani kontrak dengan Gold Coast United.
Itu adalah musim yang layak baginya. Tetapi, karena tidak mampu membuat nilai di Belanda, Inggris, atau Australia, dia menghilang pada 2012. Dan, dia terakhir terlihat seperti kelebihan berat badan dan tidak mendekati permainan profesional. Dia bermain untuk tim amatir Amsterdam, ZSGOWMS, pada Januari 2015.
(diaz alvioriki/yul)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini