Denilson de Oliveira Araujo
Libero.id - Ketika Real Betis mengontrak Denilson, pemain yang saat itu berusia 20 tahun seharga 21,5 juta pounds atau setara dengan Rp 423 miliar pada tahun 1998, mereka menjadikannya pesepakbola termahal di dunia. Delapan tahun kemudian, pemain Brasil itu bermain di Arab Saudi.
Bagi remaja yang sangat menggemari serial game FIFA saat ini mungkin tidak menyukai versi lawas dengan tampilan yang sangat sederhana, terutama serial FIFA yang dirilis pada akhir 1990-an dan awal 2000-an.
Alasannya sederhana saja. Dalam versi terbaru, gambar yang disajikan menjadi jauh lebih bagus dan didukung dengan trik-trik mengolah bola lebih banyak dari versi lawasnya.
Anak-anak tentu semakin menyukainya, dan bagi para gamer profesional yang memainkan FIFA tahu cara memanfaatkannya. Beberapa pemain bahkan menunjukkan kualitasnya dengan catatan bintang lima di bawah namanya, seperti Yannick Bolasies, Aiden McGeadys, Nanis, pemain yang reputasinya di dunia nyata tidak diragukan lagi telah didorong oleh permainan game tersebut.
Selain FIFA, EFootball yang dirilis raksasa produsen game asal Jepang Konami juga menampilkan serial game sepakbola dengan sederet trik-trik menarik yang bisa dilakukan saat bermain di PlayStation.
Game sepakbola semakin luar biasa seiring berjalannya waktu, sebab semakin banyak fitur-fitur dan trik-trik luar biasa yang bisa dimainkan oleh para gamer saat memulai permainan.
Trik-trik hebat yang ditampilkan dalam game sepakbola tersebut ternyata adalah sesuatu yang diadaptasi dari trik asli yang pernah ditampilkan oleh pemain sepakbola dalam laga di dunia nyata.
Hebatnya, terdapat satu trik yang terus diabadikan oleh serial Game FIFA dari versi terlama hingga versi terbarunya, trik tersebut diadaptasi dari satu pemain yang terkenal di era 1990-an. Berikut adalah ulasan lengkapnya.
Sebuah trik yang mahal
Kehebohan dimulai sejak akhir 1990-an dengan pelakunya adalah Denilson de Oliveira, pesepakbola termahal di dunia pada saat itu. Seorang pemain dengan harga selangit di era jadul.
Dalam dua tahun menjelang kepindahan besar Denilson pada 1998, rekor transfer dipecahkan tiga kali, setiap kali untuk seorang striker seperti Ronaldo ke Barcelona pada 1996, Alan Shearer ke Newcastle tak lama kemudian Ronaldo lagi, kali ini ke Inter pada 1997.
Biaya transfer senilai 21,5 juta pounds atau senilai dengan Rp 423 miliar yang dibayarkan Real Betis ke Sao Paulo untuk Denílson adalah 2 juta pound (Rp 39 miliar). Jumlah itu lebih banyak daripada yang dibayarkan Inter untuk Ronaldo, namun nilai Denílson bukan dalam gol, tetapi dalam kehebatannya dalam melakukan trik-trik hebat saat berlaga.
Meskipun sudah menjadi pemain internasional pada 1998, Denilson hanya mencetak beberapa gol selama empat musim di Brasil. Dia berlari, dia menggiring bola, dia melakukan banyak keterampilan walau dia jarang mencetak gol.
Dalam hal ini, Manuel Ruiz de Lopera, saat itu presiden Real Betis, terpesona oleh gerak kaki pemain Brasil yang mempesona tersebut. Banyak orang berkeinginan untuk mengenang kehebatan Oliveira saat melakukan trik hebatnya yang menyihir jutaan penonton.
Bukan berarti orang tidak percaya Denilson sebagai salah satu prospek terpanas di dunia saat itu.
Pada Juni 1998, tak lama sebelum Piala Dunia di Prancis, Ronaldo memberi tip kepada rekan setimnya untuk menjadi bintang turnamen.
Pelatih Brasil saat itu, Mario Zagallo, berbicara tentang kemampuan pemain sayap yang sukses memecahkan rekor tersebut meski ragu-ragu untuk menggunakan Denílson di starting line-up.
“Denilson adalah pemain luar biasa, seseorang yang bisa melakukan hal tak terduga dan merusak lawannya secara tiba-tiba,” pungkasnya. “Kami akan menggunakan dia ketika kami pikir dia akan memiliki dampak paling besar. Kami tidak bisa memenangkan Piala Dunia hanya dengan 11 pemain.”
Sementara Betis sangat yakin dengan kekuatan bintangnya yang bernama Oliveira tersebut. Mereka memberinya kontrak 10 tahun dengan upah sekitar 40.000 pound atau senilai dengan Rp 788 juta per minggu.
Pasang surut di Betis
Sementara Denilson menunjukkan sekilas bakatnya di Piala Dunia, mulai sekali dan masuk sebagai pemain pengganti di setiap pertandingan lainnya, performanya justru segera turun setelah menjadi pesepakbola termahal di dunia.
Setelah menandatangani kontrak dengan Betis, pemain sayap itu berbicara tentang "kehangatan dan pengertian" yang dia rasakan di klub Spanyol. Dia mulai beradaptasi dengan kehidupan barunya.
Namun, pada akhir musim 1999-2000, Betis terdegradasi. Denilson hanya mencetak lima gol selama dua musim. Trik-trik itu sama sekali tidak diterjemahkan menjadi poin.
Apa yang terjadi selanjutnya adalah karier nomaden, yang semakin memperpendek kariernya di dunia sepakbola.
Setelah membantu Betis kembali ke kasta teratas pada 2001, peran pemain Brasil di tim secara bertahap mulai berkurang. Munculnya lebih banyak pemain sayap multi-dimensi seperti Joaquin berarti bahwa pada saat musim terakhirnya di Betis terjadi pada 2004/2005. Denilson tersisih walau berstatus pemain yang sangat mahal.
Trik hebatnya tidak pernah dilupakan dari sosoknya. Lihat tipuan ikoniknya terhadap Carles Puyol sebagai bukti, tetapi tingkat serangan satu gol setiap 14 pertandingan membuatnya menjadi penyerang ompong yang tidak pernah diperhitungkan.
Dalam tujuh tahun di Betis, Denilson tidak pernah mencatatkan lebih dari tiga gol liga dalam satu musim.
Perpindahannya ke Bolton
Terlepas dari cerita kariernya di Betis yang sedikit mengecewakan, Denilson masih berhasil tampil di Piala Dunia 2002 dan berhasil memenangkannya.
Selama turnamen di Jepang dan Korea Selatan, pemain sayap yang cerdik itu membuat sejumlah penampilan sebagai pemain pengganti, termasuk penampilan legendaris dari pemborosan waktu di menit-menit terakhir melawan Turki di semifinal.
Agak tragis, gambar Denilson yang dikejar ke sudut oleh empat bek Turki, tampaknya tidak menarik perhatian rekan setimnya Luizao untuk memicu umpan silang, namun hebatnya Denilson berhasil lepas dari tekanan tersebut.
Namun, pada 2003, Denilson memainkan pertandingan terakhirnya untuk Brasil dengan hasil imbang 0-0 meskipun hanya melawan China. Saat itu pemain sayap pemecah rekor tersebut baru berusia 25 tahun.
Di level klub, hal-hal yang terjadi pada dirinya bahkan lebih menyedihkan. Denilson melanjutkan untuk menyelesaikan tujuh tahun kontrak panjangnya selama 10 tahun dengan Betis sebelum mengambil bagian dalam periode singkat dengan Bordeaux, Al Nassr di Arab Saudi, FC Dallas di AS, Palmeiras dan Itumbiara di Brasil, Hai Phong di Vietnam dan akhirnya berlaga untuk klub bernama Kavala di Yunani.
Pada 2009, Bolton Wanderers mengatur kontrak untuk pemain Brasil, yang saat itu berusia 30 tahun. Tetapi, menolak kesempatan itu untuknya secara permanen.
Mungkin yang paling memberatkan, keputusan itu dibuat bukan karena masalah sikap atau profesionalisme, tetapi murni karena alasan sepakbola.
“Dia adalah orang yang fantastis dan tidak datang ke sini sebagai Charlie yang hebat. Dia berbaur dengan orang lain, dan jika ada yang menelepon saya tentang memberinya referensi, dia tidak akan mendapatkan apa-apa selain hal positif,” ujar Pelatih Bolton saat itu, Gary Megson.
Sayap kiri Bolton pada saat itu adalah Matty Taylor dan Ricardo Gardner.
Melihat kembali karier mantan wonderkid Brasil itu tentu sulit untuk mengatakan apakah Denilson akan berkembang atau menggelepar di dunia sepakbola saat ini.
Di satu sisi, sulit untuk membayangkan seorang sayap kiri yang sangat hebat dengan kaki kirinya tersebut cocok dengan sistem taktis yang diterapkan sebagian besar pelatih pada 2018.
Tapi, sekali lagi, mungkin Betis pada akhir 1990-an dan awal 2000-an tidak mengakomodasi bakat pemain sayap dengan cara terbaik.
Mungkin, Denilson sekarang akan ditempatkan sebagai penyerang sisi kanan, mendapatkan posisi mencetak gol yang lebih baik dan meningkatkan penghitungan gol yang sangat sederhana itu. Lagipula, pembagian antara pemain sayap dan penyerang menjadi semakin kabur di era sepakbola lawas, berbagai posisi bisa diisi oleh siapapun selama mereka mampu melakukannya.
Satu hal yang pasti, di serial game FIFA versi terbaru abad ini telah menawarkan lebih banyak trik yang bisa dimainkan di dalam laga sepakbola karena kehebatannya di masa lalu. Denilson akan memiliki Skill Moves bintang lima di serial FIFA terbaru tahun ini. Untuk satu poin itulah dia bisa dianggap sebagai pemain yang cukup berbakat.
(muhammad alkautsar/yul)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini