Robert Pires
Libero.id - Sepak bola pasti akan jauh lebih tidak menarik jika bukan karena kehadiran banyak akademi klub fantastis di seluruh dunia. Beberapa tentu saja jauh lebih sukses daripada yang lain, dengan pemain tim-tim seperti Barcelona dan Ajax mungkin memimpin dalam hal pengembangan pemain.
Tetapi Prancis juga merupakan rumah bagi beberapa program pemuda yang luar biasa, dengan INF Clairefontaine dan Le Havre AC adalah dua yang teratas. Yang pertama dapat dikreditkan karena membantu menghasilkan nama-nama besar seperti Thierry Henry, Nicolas Anelka, Kylian Mbappe, dan Olivier Giroud sementara Le Havre sukses menghasilkan Paul Pogba, Riyad Mahrez, Dimitri Payet dan Benjamin Mendy.
Pogba, Payet, Mendy and Mahrez. Le Havre's academy has produced some serious talent in the past few years. Le Havre's got talent ??? pic.twitter.com/4TsWZriC5N
— Promising Young (@PromisingYoung) August 21, 2019BACA ANALISIS LAINNYA
Tiga Laga Awal Liga 1 2021/2022 Selalu Ada Penalti, yang Terbaru Bhayangkara FC
Tapi satu yang mungkin luput dari pandangan kita adalah FC Metz, yang mana, nama-nama seperti Sadio Mane, Kalidou Koulibaly, Emmanuel Adebayor, Miralem Pjanic dan Papiss Cisse adalah produk asli akademi Metz. Dan satu nama di antara bintang-bintang itu adalah legenda Arsenal, Robert Pires.
Robert Pirés after winning the French League Cup with Metz in 1996. pic.twitter.com/vJ8MTX2Hyo
— 90s Football (@90sfootball) January 25, 2015
Tahun-tahun awal
Dimulai dengan Reims, Pires membuat namanya terkenal selama waktunya di Metz, dengan 174 penampilannya menghasilkan 46 gol. Lima tahun dan satu trofi Coupe de la Ligue kemudian, raksasa Prancis, Marseille datang memanggil. Dalam periode dua tahun yang membuat frustrasi di selatan, klub nyaris kehilangan trofi pada dua kesempatan, kehilangan gelar liga 1998/1999 dengan satu poin dari Bordeaux, dan kalah di final Piala UEFA 1999 di tangan Parma.
The Invincibles
Pada tahun 2000, Pires pindah ke Arsenal dengan kontrak senilai 6 juta Poundsterling. Gol dan assist langsung datang dari kedu kakinya dengan Pires memainkan peran penting dalam musim berikutnya saat The Gunners meraih gelar Liga Premier.
Tapi tentu saja musim 2003/2004 adalah yang terbaik, di mana Arsenal merebut gelar Liga Premier dengan skuad 'Invincibles' mereka. Henry dan Dennis Bergkamp telah mendapatkan banyak pujian untuk gol yang dicetak, tetapi Pires adalah pencetak gol terbanyak kedua klub musim itu dengan 14 gol plus 7 assist.
#OnThisDay 15 years ago Robert Pires scored this beauty to win us the game at Anfield in the invincible season, what a goal!#afc pic.twitter.com/vZfxEj31g2
— LouCov (@ViewsGooner) October 4, 2018
Gayanya yang halus dan keanggunannya saat membawa bola, benar-benar mencuri hati penggemar Arsenal di seluruh dunia, dengan Highbury menjadi saksi bisu kehebatan Pires. Tapi semua hal baik berakhir dan, dengan kontraknya di Gunners akan berakhir, ia setuju pindah ke klub Spanyol Villarreal pada 2006. Legenda Liga Premier itu meninggalkan klub London utara dengan 85 gol dan 58 assist dari 284 pertandingan, sementara dalam lemari pialanya, ia mengkoleksi dua gelar liga dan dua Piala FA.
Perpisahan yang mengecewakan
Kisah Arsenal tentu memiliki akhir yang menyedihkan, dengan Pires menjadi semakin sadar akan kurangnya waktu bermainnya di London utara, mengambil pergantian awal di final Liga Champions 2005/2006 sangat sulit, dengan Arsene Wenger terpaksa menarik Pires sebagai pemain untuk dikorbankan setelah kartu merah Jens Lehmann pada menit ke-18.
'As the ref showed me the red, I felt like the loneliest person on the planet. This cannot be true, I thought. I sulked off as Almunia came on, with Pires having to make way. Pires was the pawn sacrifice. I offered my apology in the dressing room.' - Lehmann on 2006 CL final red pic.twitter.com/oOx7RH76Je
— CaughtOffside (@caughtoffside) November 14, 2017
Kepindahan ke Spanyol kemudian dirusak oleh cedera ligamen yang membuatnya absen di sebagian besar pada musim 2006/2007, tetapi ia menandai kembalinya dengan sangat baik saat sukses mencetak gol pada awal debutnya untuk El Submarino Amarillo dalam kemenangan atas Barcelona. Ia menjadi pemain reguler sejak saat itu dan seterusnya, membimbing timnya ke posisi kelima di liga dan memastikan Marcos Senna dkk bermain di Piala UEFA. Pada musim 2007/2008, Villarreal sukses menempati posisi kedua di akhir klasemen La Liga, capaian tertinggi mereka di kompetisi utama.
Karier internasional
Debut pria asal Reims bersama tim Ayam Jantan tiba dalam pertandingan persahabatan internasional melawan Meksiko pada tahun 1996, memberinya cukup waktu untuk membuat nama untuk dirinya sendiri di bawah Aimé Jacquet, dengan harapan mengamankan tempat di skuad Piala Dunia 1998.
Terlepas dari bakat besar yang ia hadapi dari beberapa rekan senegaranya, Pires melakukan hal itu, dan di usia 24 tahun, Pires adalah salah satu anggota termuda dari grup. Tokoh-tokoh legendaris seperti kapten Didier Deschamps, Laurent Blanc, Marcel Desailly dan Youri Djorkaeff adalah orang-orang terkemuka, dengan Pires bergabung dengan pemain muda lainnya yang tidak berpengalaman seperti Henry dan David Trezeguet. Gelandang serba bisa itu mungkin hanya tampil dalam 139 menit dari turnamen Prancis yang akhirnya gemilang, tetapi pengalaman itu menempatkan Pires sebagai sosok yang nantinya berperan penting di ajang internasional selanjutnya.
Dan dua tahun kemudian di Euro 2000, Pires menjadi sosok penting di tim Les Bleus saat ia melakukan solo run yang memukau, sebelum memilih Trezeguet, yang mencetak gol pada menit ke-103 untuk meraih kemenangan 2-1 atas Filippo Inzaghi dkk.
Jour 1/ Finale de l'Euro 2000, France-Italie, après l'égalisation de Silvai Wiltord à la 93e les deux équipes jouent le but en or.
— Ringo (@JolyneRingo) May 13, 2021
À la 104e minute Robert Pires part dans l'axe et centre pour David Trezeguet qui met une reprise qui finit pleine lucarne, légendaire. pic.twitter.com/G8tnw0yhOJ
Allez Les Bleus
Pires kemudian menjadi pemain reguler di kancah internasional, bermain di seluruh lini tengah untuk membantu negaranya mengamankan kesuksesan lebih lanjut dengan trofi Piala Konfederasi berturut-turut antara tahun 2001 dan 2003, dengan Pires sendiri memenangkan Bola Emas dan Sepatu Emas di Piala Konfederasi.
Tapi karir internasionalnya tentu bukan tanpa masalah, dengan yang pertama tiba pada tahun 2002, ketika ia absen di Piala Dunia karena cedera. Yang kedua, bagaimanapun, jauh lebih mengkhawatirkan, dengan Pires dikeluarkan dari susunan tim nasional oleh manajer Raymond Domenech, dengan kedua orang itu dilaporkan bertengkar karena perbedaan pendapat. Bos kemudian mengklaim pemain itu mengalami penurunan performa, dengan Pires menyalahkan perilakunya yang tidak menentu pada perceraian dari istrinya selama enam tahun. Beruntung, Pires kemudian kembali ke Les Bleus segera setelah itu, menjadi kapten negaranya sebelum akhirnya pensiun dari kancah internasional pada tahun 2004 dengan 79 caps atas namanya.
Tahun-tahun terakhir
Setelah petualangannya di Spanyol, Liga Premier menyambut hangat kembali bintang Prancis mereka untuk satu musim bersama Aston Villa, membantu klub Midlands itu finis di urutan kesembilan. Pria yang kini berusia 47 tahun tersebut kemudian bergabung dengan klub Liga Super India, FC Goa dari 2014 hingga 2015 sebelum akhirnya gantung sepatu pada tahun 2016.
Robert Pires at Aston Villa
— Forgotten Football Signings (@FFSignings) April 20, 2020
2010-11 season
12 games, one goal pic.twitter.com/phaMmR5zkE
(muflih miftahul kamal/muf)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini