Granit Xhaka, Asamoah Gyan, Paulinho
Libero.id - Membela tim nasional adalah cita-cita semua pemain sepakbola profesional. Mereka akan melakukan segalanya untuk dapat terpilih. Salah satunya dengan bermain sebaik mungkin di klub.
Namun, bagaimana jika yang terjadi justru sebaliknya. Bagaimana jika pemain-pemain itu ternyata lebih moncer saat membela negara di ajang internasional dibanding memperkuat klubnya di kompetisi lokal maupun regional?
Sejarah sepakbola mencatat ada beberapa pesepakbola yang tampil biasa-biasa saja, atau bahkan lebih buruk, di diklub dibanding timnas. Entah apa alasannya, tapi fenomena itu sudah terjadi sejak lama dan terus muncul hingga sekarang.
Berikut ini contoh 13 pemain yang menampilkan permainan bagus di level negara dibanding klub:
1. Jesse Lingard (Inggris)
Lingard tidak pernah menjadi starter lebih dari 20 pertandingan dalam satu musim untuk klub manapun, terutama Manchester United. Tapi, untuk Inggris, dia selalu tampil memukau.
Sebut saja saat tim asuhan Gareth Southgate mencapai semifinal Piala Dunia 2018. Saat itu, dia berkeliaran di mana-mana, menutupi lebih banyak lapangan daripada pemain Inggris lainnya, dan mencatat kecepatan tertinggi dari gelandang tengah mana pun di turnamen.
Sejak itu, dia kesulitan untuk masuk ke skuad. Tapi, ketika dipanggil untuk pertandingan persahabatan sebelum Euro 2020 dan Kualifikasi Piala Dunia 2022, dia brilian dengan mencetak dua gol di pertandingan terbaru melawan Andorra.
Jesse Lingard hit that ? pic.twitter.com/ALcJoRuBdr
— ESPN FC (@ESPNFC) September 5, 2021
2. Eduardo Vargas (Chile)
Dapatkah anda mengingat salah satu penampilan Vargas dalam balutan seragam QPR? Bagaimana dengan Napoli? Hoffenheim? Tidak ada yang pantas diingat karena penampilannya biasa-biasa saja. Tapi, Vargas selalu hebat sebagai penyerang tengah di timnas Chile. Dia telah membantu negaranya memenangkan dua Copa America.
Grande @MundoLaRoja @LaRoja @kingarturo23 @mauricioislas @eduvargas_17 @AranguizChile #vamoschile pic.twitter.com/E0s1fI3ypH
— elizabeth (@leteliermeza) September 5, 2021
3. Joel Campbell (Kosta Rika)
Campbell menghabiskan tujuh tahun sebagai pemain Arsenal, dipinjamkan enam kali sebelum pindah ke Frosinone di Italia dan kemudian Liga MX dengan Leon. Tapi, di timnas Kosta Rika, Campbell sudah memiliki lebih dari 100 caps dan dia mengejutkan semua orang karena bisa membantu Kosta Rika mencapai delapan besar Piala Dunia 2014.
4. Asamoah Gyan (Ghana)
Gyan jauh lebih baik untuk negaranya daripada Udinese, Rennes, atau Sunderland. Dia mencetak 51 gol dalam 103 pertandingan pada 2003-2019, dan bermain di tiga Piala Dunia berturut-turut. Dia menjadi pencetak gol untuk Ghana di turnamen putaran final Piala Dunia.
5. Stern John (Trinidad and Tobago)
John berkompetisi Inggris, di level bawah, bersama Nottingham Forest, Birmingham City, Coventry City, hingga Bristol City. Tapi, dia berada di urutan 19 daftar pencetak gol internasional sepanjang masa. Dia punya 70 gol dalam 115 penampilan untuk Trinidad and Tobago. Jumlah itu menempatkan John di atas Gerd Mueller, Didier Drogba, Ronaldo Nazario de Lima, hingga Zlatan Ibrahimovic.
6. Paulinho (Brasil)
Paulinho pernah bermain di Barcelona, meski lebih seperti pembelian panik dan bukan karena kebutuhan. Tapi, dia selalu brilian untuk Brasil. Dia memainkan 56 caps dan mencetak 13 gol. Puncak penampilan Paulinho adalah kemenangan 4-1 melawan Uruguay di Montevideo. Dia mencetak hattrick spektakuler.
7. Sergio Romero (Argentina)
Nasib Romero untuk klub dan negara sangat kontras. Satu dekade di Argentina, Romero memainkan 96 laga dan hampir tak tergantikan. Tapi, untuk klubnya, Romero justru secara konsisten diabaikan. Dia menghabiskan 2013-2021 sebagai penjaga gawang cadangan di AS Monaco, Sampdoria, dan Manchester United.
11 years on from an Olympic gold medal, Sergio Romero has been capped more times (96) than any other goalkeeper in Argentina's history.
The eighth-most capped of all-time. ?? pic.twitter.com/MaOVnGsEg0
— Squawka Football (@Squawka) February 22, 2019
8. Lukas Podolski (Jerman)
Pernah memperkuat Arsenal dan Bayern Muenchen, performa Podolski biasa-biasa saja, meski tak bisa dikatakan buruk. Tapi, 49 gol dalam 130 caps untuk timnas Jerman dan medali pemenang Piala Dunia 2014, bukanlah sesuatu yang sepele.
From boys to men ?
15 years ago today, Bastian Schweinsteiger and Lukas Podolski made their Germany debuts ?? pic.twitter.com/psXtUlRIQG
— Goal (@goal) June 6, 2019
9. David Healy (Irlandia Utara)
Setelah lulus dari Akademi Manchester United, Healy hanya membuat satu penampilan untuk tim utama. Healy lalu bermain untuk klub-klub Championship seperti Leeds United dan Sunderland. Dia sempat membela Glagow Rangers sebelum kembali ke Inggris memperkuat Bury. Dan, dia tidak bisa mencetak lebih dari 15 gol dalam satu musim.
Namun, bagi Irlandia Utara, Healy adalah striker yang garang. Dia melampaui rekor pencetak gol negaranya yang sebelumnya dipegang Billy Gillespie dan Colin Clarke. Hanya dalam waktu lima tahun dari debut internasionalnya, Healy mencetak 36 gol dalam 95 pertandingan.
Titik paling hebatnya ada di Kualifikasi Euro 2008. Saat itu Healy mencetak 11 dalam 13 pertandingan.
10. Emile Heskey (Inggris)
Heskey adalah andalan timnas Inggris pada 1999-2010. Dia memainkan 62 laga. Meski bukan pencetak gol terbanyak, Heskley berhasil menyumbang 11 assist. Tapi, di klub, dia berpindah-pindah klub dari Liverpool hingga Leicester City.
11. Alexander Mitrovic (Serbia)
Di level klub, Mitrovic kesulitan menemukan perfoma terbaik karena ada para pemain seperti Robert Earnshaw dan Cameron Jerome. Tapi, bagi Serbia, dia benar-benar berbeda. Dia mencetak 43 gol. Itu menjadikannya pencetak gol terbanyak sepanjang masa di negaranya. Statistiknya adalah satu gol setiap 117 menit.
12. Fabio Grosso (Italia)
Grosso akan selamanya dipuja oleh fans Italia sebagai pemain yang mencetak gol kemenangan di semifinal Piala Dunia 2006 dalam adu penalti yang sukses melawan Prancis. Dia juga tampil menonjol di Euro 2008, saat Gli Azzurri mencapai semifinal, dan kalah dari Spanyol melalui adu penalti.
Tapi, Groso tidak pernah benar-benar menonjol di klub besar Italia. Grosso pernah bermain untuk Inter Milan dan Juventus. Semuanya biasa-biasa saja.
On this day in 2006, Italy beat Germany 2-0 in the World Cup semifinals...
⚽ Fabio Grosso - 119'
— ESPN FC (@ESPNFC) July 4, 2017
⚽ Alessandro Del Piero - 120'+1 pic.twitter.com/lkhnwDxPjH
13. Granit Xhaka (Swiss)
Terlepas dari semua kesulitan Arsenal, Xhaka bersinar di Euro 2020 saat Swiss melaju ke perempat final. Mereka hanya kalah dari Spanyol melalui adu penalti. Dan, itu terjadi saat Xhaka tidak dimainkan karena akumulasi kartu. Sebelumnya, di babak 16 besar melawan Prancis, Xhaka adalah gelandang terbaik di lapangan ketika Paul Pogba dan N'Golo Kante diperkirakan akan mendominasi.
(atmaja wijaya/anda)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini