6 Mantan Pesepakbola Top yang Gagal Jadi Pelatih Hebat Masa Kini

"Tidak semua hebat jadi pelatih yang berhasil. Enam orang berikut ini contoh terbarunya."

Biografi | 23 September 2021, 21:59
6 Mantan Pesepakbola Top yang Gagal Jadi Pelatih Hebat Masa Kini

Libero.id - Banyak pesepakbola hebat dan setelah gantung sepatu menjadi pelatih di klub yang pernah diperkuat sebagai pemain. Tentu saja dengan hasil yang beragam. Ada yang sukses, banyak juga yang gagal total.

Tidak diragukan lagi contoh terbaik dari fenomena ini, gelandang yang berubah menjadi pelatih adalah Pep Guardiola. Dalam karier kepelatihannya, Guardiola telah memenangkan 31 trofi, dengan masa paling sukses saat melatih Barcelona.

Contoh bagus lainnya adalah Zinedine Zidane di Real Madrid yang memenangkan banyak gelar. Bahkan, sejak tahun pertamanya sebagai pelatih Los Blancos. Ada lagi Antonio Conte yang membawa Juventus mengawali era kejayaan di Italia sebelum dilanjutkan Massimiliano Allegri. Begitu juga Diego Simeone di Atletico Madrid.

Kesamaan Guardiola dan Zidane adalah memulai perjalanan kepelatihannya di klub yang pernah mereka bela di masa lalu. Sementara Conte start dari Siena sebelum sukses di Juventus.

Tapi, contoh pemain yang menjadi pelatih di klub lamanya bukan hanya Zidane, Guardiola, Simeone, atau Conte. Ole Gunnar Solskjaer saat ini juga sedang berusaha mengibarkan bendera Manchester United tinggi-tinggi. Mantan penyerang asal Norwegia itu belum bisa dinilai gagal sampai dipecat.

Dalam daftar berikut ini terdapat 5 pelatih yang gagal mencapai prestasi membanggakan saat melatih klub yang pernah dibela saat muda:


1. Frank Lampard (Chelsea)

Meski terlalu dini untuk menyebut Frank Lampard gagal, musim terakhirnya bersama Chelsea pasti akan termasuk dalam kategori tersebut. Gelandang legendaris itu ditunjuk sebagai pelatih Chelsea pada 2019, menyusul pemecatan Maurizio Sarri.

Setelah menjalani musim yang baik bersama Derby County di Championship Division, Lampard dengan sepenuh hati menerima pekerjaan itu.

Pada musim pertamanya, Lampard berperan penting dalam mempromosikan dan menempatkan pemain muda akademi ke tim utama. Tapi, keadaan segera menjadi buruk ketika memasuki musim keduanya di Stamford Bridge.

Meski menghabiskan banyak uang untuk pemain seperti Timo Werner dan Kai Havertz, Chelsea hanya bertengger di posisi kesembilan setelah 20 pertandingan Liga Premier. Akibatnya, Lampard dipecat untuk digantikan Thomas Tuchel. Sial, penggantinya justru memenangkan Liga Champions.


2. Clarence Seedorf (AC Milan)

Clarence Seedorf adalah satu-satunya pesepakbola yang memenangkan Liga Champions dengan tiga klub berbeda. Tapi, legenda Belanda itu belum mampu membawa warisan serupa ke dalam karier kepelatihannya, dengan kegagalan menjadi pelatih secara berturut-turut.

Ketika Seedorf menjadi pelatih AC Milan pada Januari 2014, pada akhir musim 2014/2015 I Rossoneri mendekam di tempat 11. Seedorf benar-benar gagal total sebagai pelatih Milan setekah mengumpulkan 35 poin dari kemungkinan 57. Dia dipecat setelah hanya melatih lima bulan.


3. Alan Shearer (Newcastle United)

Berstatus legenda Newcastle United, Alan Shearer kembali dalam peran yang berbeda 15 tahun setelah pensiun. Menyusul krisis kepelatihan di St James' Park selama musim 2008/2009, Shearer ditunjuk sebagai pelatih utama pada April 2009. Saat itu, The Magpies sedang berjuang untuk menghindari zona degradasi.

Dengan hanya delapan pertandingan tersisa, Shearer diharapkan bisa menyelamatkan Newcastle dari keterpurukan. Tapi, dia gagal menunaikan tugasnya. Newcastle hanya meraih satu-satunya kemenangan di sisa pertandingan sehingga harus terdegradasi ke Championship Division.


4. Thierry Henry (AS Monaco)

Jauh sebelum menjadi legenda di Arsenal, kisah sukses Thierry Henry di mulai dari klub papan atas Ligue 1, AS Monaco. Setelah pensiun sebagai pemain pada 2015, Henry beralih sebagai pelatih dan menerima tawaran untuk memainkan peran sebagai asisten pelatih di tim nasional Belgia.

Bosan menjadi asisten, Henry beralih menjadi pelatih kepala. Tugas pertamanya datang pada 2018 di Monaco. Tapi, apa yang dibayangkan jauh dari kata sukses. Dalam 20 pertandingan pertamanya sebagai pelatih, Henry hanya bisa membawa tim Merah-Putih menang dalam dua kesempatan. Dia dipecat saat ada di posisi 19.


5. Andrea Pirlo (Juventus)

Andrea Pirlo dianggap sebagai salah satu pemain paling cerdas pada masanya karena kemampuannya membaca permainan dengan sangat baik. Tapi, perjalanannya sebagai pelatih justru menunjukkan hal yang sebaliknya.

Awalnya, Pirlo ditugaskan di Juventus U-23 pada 2020. Kemudian, Pirlo diberikan promosi mendadak, sembilan hari kemudian, karena Juventus terlanjur memecat Maurizio Sarri. Apa yang terjadi selanjutnya adalah bencana yang tak tanggung-tanggung, dengan Pirlo memimpin klubnya finish Serie A terburuk dalam 10 tahun.

Bahkan, meski ada Cristiano Ronaldo di dalam skuad Pirlo, Juventus masih harus berjuang di Liga Champions. Mereka tersingkir dari FC Porto di babak 16 besar.


6. Filippo Inzaghi (AC Milan)

Pippo Inzaghi memulai karier kepelatihan pada awal musim 2012/2013 saat menandatangani kontrak dua tahun sebagai pelatih AC Milan Primavera (U-19). Lalu, pada  9 Juni 2014, Inzaghi diangkat sebagai pelatih tim utama setelah pemecatan Seedorf.

Dalam pertandingan pertama Inzaghi sebagai pelatih Serie A pada 31 Agustus 2014, Milan mengalahkan Lazio 3-1 di Stadio San Siro. Inzaghi kemudian membawa Milan meraih kemenangan kedua berturut-turut dalam pertandingan seru yang berakhir dengan kemenangan 5-4 melawan Parma.

Tapi, hanya itu saja yang bisa dilakukan Inzaghi. Pada 4 Juni 2015, CEO Milan, Adriano Galliani, mengumumkan Inzaghi tidak akan menjadi pelatih untuk musim selanjutnya. Dia diberhentikan pada 16 Juni 2015.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network