Kisah Tak Terlupakan Paolo Mantovani dan Era Keemasan Sampdoria

"Jika anda penikmat Serie A sejak lama, pasti tahu sepak terjang Mantovani dan keluarganya."

Biografi | 26 September 2021, 11:31
Kisah Tak Terlupakan Paolo Mantovani dan Era Keemasan Sampdoria

Libero.id - Waktu berlalu dengan sangat cepat. Klub-klub yang dulu berjaya di sepakbola, kini hanya bisa menikmati cerita kesuksesan sambil tetap berupaya semaksimal mungkin mengulanginya di masa kini dan masa depan.

Di Serie A, pernah ada banyak sekali klub bersejarah, yang sekarang tak lebih dari tim kasta menengah ke bawah. Bahkan, ada yang sama sekali hilang dari kasta tertinggi setelah terdegradasi ke Serie B, C, D, atau justru bubar. Sebut saja, Fiorentina, Genoa, Torino, Parma, hingga Sampdoria.

Salah satu yang layak dibahas adalah Sampdoria. Klub yang berbasis di Stadio Luigi Ferraris, Genoa, tersebut merupakan juara Serie A 1990/1991 dan finalis Liga Champions 1991/1992 ketika masih menggunakan format lama.   

Diantara bintang-bintang yang membawa I Blucerchiati bersinar pada 1990-an adalah Roberto Mancini, Gianluca Vialli, Gianluca Pagliuca, Toninho Cerezo, Pietro Vierchowod, Attilio Lombardo hingga Oleksiy Mikhailichenko. Klub juga sempat memiliki Ruud Gullit. Bahkan, legenda Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, sempat berlatih di sana. 

Tapi, semua sejarah itu tak bisa dilepaskan dari nama Paolo Mantovani. Ketika Sampdoria sedang terpuruk, pada momen itulah, sebagai pengusaha minyak, Mantovani bersama dengan mitranya, Lorenzo Noli dan Mario Contini mendapat untung besar selama krisis energi 1979. Dan, beberapa bulan kemudian dia mengakusisi Sampdoria.

Pada 3 Juli 1979, kepemilikan Mantovani dikonfirmasi. Dan, era baru yang gemilang dalam sejarah "Lega Calcio" secara resmi sedang berlangsung. Seperti hampir semua pemilik klub sepakbola Italia, Mantovani datang dengan janji. Dia tidak hanya ingin mengembalikan klub ke Serie A, melainkan juga Scudetto. 

Sebelum Mantovani datang, Sampdoria bermain di Serie B. Lalu, Mantovani butuh tiga tahun untuk mengembalikan I Blucerchiati ke kasta tertinggi. Dan, pelan-pelan, Sampdoria mulai bangkit kembali. Kejelian Mantovani dalam menunjuk beberapa orang untuk mengurusi klub merupakan faktor penting dari semua itu.

Mantovani menunjuk Claudio Nassi sebagai direktur olahraga untuk memastikan kembalinya klub ke Serie A. Setelah itu tercapai pada 1981/1982, Mantovani memilih Paul Boreas untuk menggantikan peran Nassi. Dan, Mancini adalah salah satu pemain pertama yang direkrut Nassi. Nama lainnya, Liam Brady, Trevor Francis, dan masih banyak lagi. 

Pada akhirnya trofi pertama Sampdoria didapat pada 1984/1985 pada Coppa Italia. Empat tahun kemudian, pada 1988/1989, Sampdoria ke final Piala Winners. Tapi, mereka dikalahkan Barcelona asuhan Johan Cruyff. Sampdoria juga merasakan kekalahan dari klub yang sama di final Piala Super Eropa 1990 dan Liga Champions 1991/1992.

Sayang, tak lama dari semua kejayaan itu, tepatnya pada 14 Oktober 1993, Mantovani menghembuskan napas terakhir setelah berjuang melawan kanker paru. Dengan senyum hangat dan mata yang ramah, Mantovani menghormati timnya dan para penggemarnya. Sebagai imbalannya, dia menerima pujian dari keduanya.

Seperti banyak orang hebat yang telah mengubah jalannya sejarah, masih ada jejak peninggalan Mantovani yang terlihat di Genoa. Di kota itu ada jalan yang dinamai menurut namanya. Sementara di fasilitas pelatihan klub yang dibangunnya, ada sebuah plakat yang didedikasikan untuk anggota skuad Sampdoria yang dulu pernah hebat.

Plakat itu menunjukkan para pemain yang merayakan dengan salah satu dari banyak trofi mereka. Di bawahnya ada empat kata yang ditulis dengan huruf kapital. Kata-katanya hanya berbunyi: "A Paolo… Anni Indimenticabili" atau "Untuk Paolo… Tahun yang Tak Terlupakan".

(atmaja wijaya/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network