Kisah Krisis Barcelona 19 tahun Lalu, Pelatihnya Juga Belanda

"Seperti deja vu, Barcelona pernah mengalami krisis hebat pada 2002/2003."

Analisis | 05 October 2021, 19:14
Kisah Krisis Barcelona 19 tahun Lalu, Pelatihnya Juga Belanda

Libero.id - Sejak dilatih Ronald Koeman, Barcelona jadi semakin kacau. El Barca kehilangan banyak pemain hebat dan di lapangan sering kalah. Level mereka kini setingkat di bawah Atletico Madrid dan Real Madrid. Uniknya, 19 tahun lalu hal yang sama persis terjadi.  

Pelatih asal Belanda itu membuat peluang Barcelona di Liga Champions jadi sangat tipis setelah dua kekalahan beruntun. Dan, di La Liga, Barcelona saat ini terseok-seok di urutan kesembilan. Bahkan sebelum musim 2021/2022, Barcelona telah mengalami tanda-tanda kemunduran. Hal tersebut tidak biasa terjadi di Cam Nou.

Tapi, kalau kita coba putar balik waktu, pada musim 2002/2003, Barcelona berada dalam situasi yang buruk, yang sama dengan 2021/2022. Dan, entah kebetulan atau tidak, saat itu Barcelona juga dilatih oleh seseorang yang berkebangsaan Belanda, Louis van Gaal.

Baik Van Gaal maupun Koeman sama-sama pernah mengabdi di Barcelona pada periode sebelumnya, dan sukses. Bedanya, Koeman sebagai pemain yang sukses menghadirkan gelar Liga Champions pertama El Barca pada 1991/1992. Koeman adalah pencetak gol di final.

Sementara kali pertama Van Gaal sebagai pelatih Barcelona, yaitu pada 1997-2000, juga gemilang. Dia masih sempat memenangkan dua gelar La Liga, meski dengan rasio kemenangan hanya 55%.

Performa buruk baru didapatkan Van Gaal pada kesempatan kedua, yaitu pada 2002. Bahkan, dia sudah membuat kontroversi sebelum mengarungi kompetisi baru. Mantan pelatih Ajax Amsterdam tersebut menjual striker andalan Barcelona saat itu, Rivaldo. Keputusan itu membuat Van Gaal tidak disukai siapa pun. 

Ini mirip dengan kepergian Lionel Messi di era Koeman Bukan? "Van Gaal adalah penyebab utama kepergian saya. Saya tidak suka Van Gaal, dan saya yakin dia juga tidak menyukai saya," ucap Rivaldo saat itu, dilansir Marca.

Hasil di pertandingan juga mirip. Musim baru dimulai dan kekalahan awal dengan Real Betis dan Real Valladolid membuat Barcelona berada di posisi terbawah pada pertengahan Oktober. Bahkan, sebelum jeda Natal-Tahun Baru, Barcelona ada di jurang degradasi.

Sepanjang pertengahan musim kompetisi Barcelona tampil angin-anginan. Dan, setelah kalah 0-2 dari Celta Vigo pada Januari 2003, Barcelona akhirnya memecat Van Gaal. Saat itu, El Barca hanya tiga poin di atas zona degradasi ketika pelatih asal Belanda itu pergi.

Saat dipecat, salah satu pemain Barcelona menggambarkan suasana batin Van Gaal. "Dia datang ke ruang ganti setelah mendengar berita itu, mulai berbicara, dan tiba-tiba menangis seperti bayi," kata bek saat itu, Phillipe Christanval, kepada SRF pada 2016. 

Dan, setelah setengah musim yang buruk, mantan pelatih Madrid dan Atletico, Radomir Antic, ditunjuk dengan tugas yang sederhana yakni untuk menghindari Barcelona dari degradasi. 

Meski singkat, pelatih asal Serbia itu meletakkan batu pondasi yang kokoh untuk kejayaan Barcelona di era Frank Rijkaard, Pep Guardiola, dan Luis Enrique. Antic mempromosikan banyak pemain muda. Mereka adalah Victor Valdes dan Andres Iniesta ke tim utama. Dia memoles Xavi Hernandez dan mendewasakan Carles Puyol. 

Bersama Antic, perlahan-lahan Barcelona mulai membaik. Terbukti, di Liga Champions mereka memainkan 12 laga penyisihan grup dengan hanya kehilangan poin saat bermain imbang tanpa gol dengan Inter Milan. Pada akhirnya Barcelona disingkirkan Juventus setelah melewati laga berdarah-darah. El Barca keluar dari kompetisi dengan kepala tegak.

Mengambil hiburan dari penampilan berani melawan Juventus, Barcelona mengambil 19 poin dari delapan pertandingan La Liga terakhir untuk mengamankan tempat keenam di klasemen akhir La Liga. Mereka lolos ke Piala UEFA.

Setelah kegagalan Van Gaal dan reparasi yang dilakukan Antic, musim panas 2003 akan terbukti menjadi titik balik dalam sejarah klub. Joan Laporta terpilih sebagai presiden dan menunjuk Rijkaard sebagai pelatih. Didukung oleh Ronaldinho, Barcelona bangkit. Era emas dimulai dan berakhir saat Koeman datang.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network