Momen Pergantian Kiper Jelang Adu Penalti di Piala Dunia 2014, Strategi Jitu Louis van Gaal

"Mengganti kiper jelang adu penalti sangat berisiko. Tapi, adu penalti memang ibarat perjudian."

Analisis | 06 October 2021, 16:31
Momen Pergantian Kiper Jelang Adu Penalti di Piala Dunia 2014, Strategi Jitu Louis van Gaal

Libero.id - Pada Piala Dunia 2014 ada sebuah kejadian yang dianggap sebagai bukti kehebatan pelatih dalam menentukan taktik dan strategi. Itu terjadi saat Belanda menghadapi Kosta Rika. Keputusan Louis van Gaal jelang adu penalti dibicarakan banyak orang hingga sekarang.

Secara teori, pelatih harus memiliki otak jenius. Bukti terbaru menunjukkan pelanggaran teori ini. Mark Noble menjadi definisi tentang keangkuhan ketika satu-satunya kontribusinya terhadap kekalahan West Ham United dari Manchester United adalah tendangan penalti yang diselamatkan David de Gea.

Lalu, siapa yang bisa melupakan pemain pengganti Marcus Rashford dan Jadon Sancho yang kehilangan tendangan penalti di final Euro 2020?

Tapi, bagaimana dengan penjaga gawang yang dimasukkan untuk menyelamatkan penalti? Banyak yang berpendapat bahwa Dave Beasant, yang menyelamatkan tendangan penalti John Aldridge di final Piala FA 1987/1988, seharusnya menggantikan Peter Shilton di Turin pada Piala Dunia 1990.

Sementara, setelah kekalahan MU melawan Villarreal pada Mei 2021, Chris Sutton mengatakan: "Ole Gunnar Solskjaer melewatkan trik di sini. Rekor penyelamatan penalti Dean Henderson jauh lebih baik dari David de Gea. Tapi, Villarreal mengubur semua tendangan penalti mereka di luar De Gea dalam adu penalti itu. Sementara Henderson menonton dari pinggir lapangan. Padahal Solskjaer bisa saja meniru Louis van Gaal".

Van Gaal selalu menjadi rujukan berkat pertandingan perempat final Piala Dunia 2014 di Salvador de Bahia.

Belanda saat itu sebenarnya melakukan pekerjaan dengan cukup baik di Brasil. Skuad mereka adalah campuran dari pemain bintang seperti Arjen Robben, Wesley Sneijder, Robin van Persie, serta pemain debutan dari Eredivisie.

Tapi, Van Gaal memiliki pemikiran berbeda. Dia menyapih skuadnya dari formasi 4-3-3 menjadi 3-5-2 dan menghasilkan kemenangan 5-1 yang menakjubkan atas Spanyol di pertandingan pembuka. Selanjutnya, mereka terus menang untuk lolos dari penyisihan sebagai pemuncak grup.

Seteleh mengatasi Meksiko di babak 16 besar, Belanda bertemu dengan Kosta Rika di perempat final. Di luar dugaan mereka memberikan perlawanan sengit sejak kick-off hingga waktu normal berakhir. Bahkan, saat perpanjangan waktu, De Oranje juga kesulitan menembus pertahanan Kosta Rika.

Jadi, sesuatu diperlukan untuk memecahkan kebuntuan dan Van Gaal tahu persis apa yang harus dilakukan. Saat masuk babak adu penalti, Tim Krul dimainkan untuk menggantikan Jasper Cillessen. Itu adalah keputusan berdasarkan logika: Cillessen tidak pernah menyelamatkan penalti, sementara Krul setidaknya berhasil menyelamatkan dua tendangan.

"Kami memikirkan ini sebelumnya. Setiap pemain di skuad saya memiliki keterampilan dan kualitas tertentu. Mereka tidak selalu tumpang tindih. Tapi, semua berpikir bahwa Tim akan menjadi penjaga yang paling tepat untuk menghentikan penalti karena dia memiliki jangkauan (tangan) yang luas," kata Van Gaal saat itu.

Dalam gaya klasik Van Gaal, dia ternyata lupa memberi tahu Cillessen tentang rencana itu. Setelah ditarik, pemain Ajax Amsterdam tersebut terlihat kurang nyaman sehingga  membanting botol minumnya.

Gary Lineker menyebutnya pergantian yang mengejutkan. Sementara Rio Ferdinand dengan cerdik mengatakan: "Dalam adu penalti, penjaga gawang tidak bisa kalah secara normal karena tekanan ada pada striker. Sekarang Krul masuk  dan dia berada di bawah tekanan".

Kita semua tahu apa yang terjadi selanjutnya. Krul menyelamatkan dua tendangan penalti Kosta Rika dan Van Gaal telah mendemonstrasikan apa yang pernah disebut Arjen Robben sebagai "kehendak emasnya".

"Pertunjukan yang luar biasa, dan kepelatihan yang luar biasa dari Louis van Gaal. "Kami mengatakan dia akan hidup atau mati dengan keputusan itu, baik dia hidup dan dia hidup ke semifinal," kata Lineker.

Selepas pertandingan, Krul merasa senang diberi kesempatan bermain di waktu yang tepat. "Saya membuat mereka gila. Anda mencoba melakukan semua yang anda bisa tanpa terlalu agresif. Saya mencoba masuk ke pikiran mereka," kata Krul saat itu.

"Ini adalah sesuatu yang saya impikan sejak saya masih kecil, memiliki momen ketika anda melakukan penyelamatan penting dan kemudian semua pemain berlari ke arah anda," tambah Krul.

Uniknya, meski beberapa pelatih meniru taktik Van Gaal, hasilnya tidak berhasil. Contohnya yang pernah dilakukan David Moyes atau Gareth Southgate.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network