Kisah Inspiratif Inaki Williams, Putra Pengungsi Konflik yang Sukses Menjadi Bintang di La Liga

"Harapan tersembunyi untuk adiknya."

Biografi | 08 October 2021, 21:27
Kisah Inspiratif Inaki Williams, Putra Pengungsi Konflik yang Sukses Menjadi Bintang di La Liga

Libero.id - Striker itu menceritakan tentang perjalanan luar biasa dari orang tuanya. Kisahnya saat menolak timnas Ghana serta eksistensinya di dunia sepakbola setelah memainkan 203 pertandingan liga secara berturut-turut.

"Suatu hari saya berada di rumah, di Bilbao, menonton televisi. Ibuku datang dan mematikan TV dan berkata, 'Oke, saatnya tiba bagi saya untuk memberitahu Anda. Duduklah, saya pikir Anda sudah siap untuk mendengar cerita papa dan saya sekarang.' Wow, ini seperti sesuatu dalam film dan orang tua saya menjalaninya,” kenang Inaki Williams.

Williams berhenti dan menarik napas. Dia berumur 20 tahun saat itu dan sudah bermain untuk Athletic Bilbao. Dia sering ditanyai tentang cerita masa lalunya, tetapi tidak bisa menceritakannya dengan benar karena dia tidak tahu.

Beberapa hal yang diketahui orang salah, tetapi dia juga tidak benar-benar mengetahui yang sebenarnya. Dia juga bercerita tentang rasa putus asanya saat mencari tahu dari mana dia berasal. "Itu menggerogoti saya," kata Williams. 

Sampai akhirnya sang bunda, Maria, memberitahunya. Dia mengatakan kepadanya bagaimana mereka meninggalkan Ghana dan menyeberangi Sahara tanpa makanan atau air.

Sang ibu juga bercerita tentang bagaimana mereka menyembunyikan satu-satunya tempat yang mereka bisa datangi saat mengandung Williams.

Kisah itu kemudian berujung rekor 28 tahun kemudian, tepatnya saat Williams memainkan pertandingan liga ke-203 berturut-turut, sebuah rekor dan puncak dari perjalanan yang dimulai sebelum dia lahir. “Mendengar cerita orang tuaku membuatu saya ingin berjuang lebih keras untuk mengembalikan semua yang mereka korbankan. Saya tidak pernah bisa membalas mereka, mereka mempertaruhkan hidup mereka, dan hidup yang saya berikan kepada mereka adalah hidup yang mereka impikan untuk diberikan kepada kita. Dalam beberapa momen, kita dapat mengatakan, 'Kami telah melakukannya'."

“Anda akan menonton berita dan melihat kapal datang dari Afrika, orang-orang memanjat pagar ke Melilla dan saya menyadari bahwa saya tidak benar-benar tahu bagaimana kami sampai ke Spanyol. Itu adalah sesuatu yang selalu saya tanyakan, tetapi ibu saya menghindarinya karena saya masih kecil. Dan, mungkin dia kemudian berpikir jika dia memberi tahu saya ketika saya mulai di Athletic pada usia 18 tahun. Itu akan menjadi beban di punggung saya. Hingga akhirnya dia menceritakan secara detail."

“Detail seperti saya yang tidak tahu mereka telah menyeberangi gurun dengan berjalan kaki. Saya tahu ayah saya memiliki masalah dengan telapak kakinya, tetapi bukan karena dia berjalan tanpa alas kaki melintasi pasir Sahara dengan suhu 40 atau 50 derajat."

“Mereka melakukannya dengan sebuah truk bersama 40 orang lainnya, lalu berjalan berhari-hari,” lanjut Williams. “Orang-orang jatuh, ditinggalkan di tengah jalan. Ini berbahaya, ada pencuri yang menunggu, pemerkosaan, penderitaan, beberapa ditipu. Para pedagang dibayar dan kemudian di tengah jalan berkata, 'Perjalanan berakhir di sini.'Keluarlah Anda, tanpa meninggalkan apa pun, tanpa air dan makanan. Orang-orang tidak tahu apa yang ada di depan jika mereka berhasil. Ibuku berkata, 'Jika aku tahu, aku akan tetap tinggal.' Saat itu saya sedang ada di dalam kandungannya."

“Mereka mencapai Melilla, memanjat pagar dan petugas perbatasan menahan mereka. Mereka tidak memiliki surat-surat dan datang sebagai migran sehingga harus dideportasi. Ketika mereka berada di penjara, seorang pengacara dari organisasi bantuan Katolik Caritas yang berbicara bahasa Inggris berkata, 'Satu-satunya hal yang dapat Anda coba adalah memberi tahu mereka bahwa Anda berasal dari negara yang sedang berperang.' Mereka merobek dokumen mereka dan mengatakan bahwa mereka berasal dari Liberia untuk mengajukan suaka politik. Berkat dia, kami tiba di Bilbao.”

Williams tersenyum. Bilbao menjadi seperti takdir baginya. Dia lahir di sana hingga akhirnya tumbuh dewasa dan bermain untuk Athletic. “Jika saya tidak lahir di Bilbao, saya tidak akan pernah bisa bermain untuk Athletic. Orang tua saya menyeberangi gurun dan dibawa ke negara Basque. Itu tidak terasa seperti kesempatan.”

Maria dan Felix pindah ke Pamplona, 150 km dari Bilbao. Mereka mendapatkan perumahan dari negara. Mereka kemudian bertemu Inaki Mardones, seorang pendeta yang menjadi ayah baptis Williams dan wali mereka.

Williams bersikeras. “Saya punya makanan, pakaian untuk dipakai, dan jika dibandingkan dengan banyak dengan orang, saya kaya. Kisah orang tua saya mengatakan itu kepada saya,” timpal Williams sebelum mengetahui cerita sebenarnya.

Ayah Williams bekerja sebagai gembala dan pembersih di lokasi pembangunan, apa pun dia kerjakan hingga akhirnya dia pergi ke London sendirian. “Dia bekerja di pusat perbelanjaan dekat Chelsea, membersihkan meja di aula makanan atau sebagai penjaga keamanan atau menjaga pintu stadion untuk merobek tiket masuk di Stamford Bridge. Pekerjaan apapun yang tidak diinginkan siapa pun.”

Saat Williams berusia 10 atau 11 tahun saat itu, adiknya, Nico, berusia dua atau tiga tahun. Sang ayah, Felix, telah pergi meninggalkan rumah selama satu dekade. Maria melakukan dua hingga tiga pekerjaan sekaligus ketika ada pekerjaan. Sementara Williams hampir menjadi ayah bagi Nico.

Dan, tentu saja, saat dirinya menjadi pesepakbola, ingatan pertamanya adalah seorang anak bernama Xabi memanggilnya di jalan untuk bermain pada pukul empat sore. Dia pernah menjadi wasit di liga lokal dengan bayaran 10 euro (Rp 164 ribu) per pertandingan. Itu sangat berharga baginya, meskipun dia membutuhkan lebih banyak.

Dia telah berjanji kepada ibunya bahwa dia akan menjadi seorang pemain profesional. Dan, pada usia 18 tahun, dia bergabung dengan Athletic. Dia melakukan debutnya pada Desember 2014 saat usianya 20 tahun. “Saya tahu dengan melakukannya akan memperbaiki banyak hal,” katanya.

“Bukan hanya debut itu sendiri, itu berarti akan membawa ayah saya kembali dari London, menyatukan kembali keluarga saya setelah 10 tahun, adik laki-laki saya memiliki sosok ayah, stabilitas, dan keluarga yang sangat kami inginkan. Saya bermimpi menjadi pesepakbola, tetapi juga bisa menyatukan kembali keluarga saya.”

Williams adalah pemain kulit hitam kedua yang bermain untuk Athletic setelah Jonas Ramalho. Dia adalah satu-satunya pemain kulit hitam yang mencetak gol untuk klub hingga akhirnya Nico yang delapan tahun lebih muda melakukannya.

Menanggapi pelecehan rasis yang dialaminya bersama rekan satu timnya, dia berkata akan walk-out jika itu terjadi lagi. Dia telah mendukung aksi demonstrasi dan berbicara dengan kefasihan yang tegas di luar permainan. Dia adalah sosok yang karismatik, lugas, lucu, pesannya dan sampai ke setiap orang.

“Orang-orang berempati dengan cerita saya, menganggapnya sebagai sebuah pengorbanan,” katanya. “Kedatangan saya membuka pikiran. Athletic telah memberi saya banyak hal baik dan saya harap saya bisa melakukan hal yang baik untuk Athletic.”

“Masyarakat berubah menjadi lebih terbuka, lebih banyak imigrasi, lebih banyak keragaman. Ketika saya tiba, hanya ada sedikit anak kulit hitam, dan sekarang ada lebih banyak di level junior. Inggris dan Prancis memiliki banyak pemain kulit hitam. Adama Traore ada di sini sekarang. Kami akan lebih terbiasa melihat wajah berbeda di tim nasional yang sama.”

Pemain penyerang ini hanya bermain sekali untuk Spanyol pada pertandingan persahabatan melawan Bosnia dan Herzegovina pada 2016. Itu tetap menjadi targetnya, pendekatan dari Ghana ditolak. “Saya bersyukur dimana saya tumbuh dan menjadi diri saya sendiri. Ghana mencoba meyakinkan saya, tetapi saya lahir di Spanyol (di Bilbao). Saya tidak akan pernah melupakan akar keluarga saya, tetapi saya merasa Basque tidak dapat menipu siapa pun. Saya akan merasa nyaman dengan Ghana, saya yakin, tetapi saya seharusnya tidak berada di sana,” ungkapnya.

“Ibu saya tahu bagaimana orang-orang menjalani sepakbola di sana. Itu sesuatu yang luar biasa, dan dia akan mengkhawatirkan saya,” katanya sambil tertawa.

“Ketika ibu saya marah, dia memaki kami dalam bahasa Ghana. Tetapi, kami berbicara bahasa Spanyol. Ketika ayah saya datang, dia memakai bahasa Inggris. Saya dapat melakukan percakapan dalam bahasa Inggris, tetapi tidak lancar. Ketika kakek-nenek saya menelepon, saya berbicara dengan mereka dengan bahasa Twi (bahasa Ghana). Saya mengagumi dan mencintai Ghana karena budaya, makanan, dan tradisi. Orang tua saya berasal dari Accra dan saya sangat senang pergi ke sana. Tapi, saya tidak lahir atau besar di sana, budaya saya ada di sini. Saya tidak berpikir itu akan tepat untuk menggantikan seseorang yang benar-benar layak untuk ditinggali dan yang merasa Ghana 100%.”

Terakhir kali dia bermain adalah pada tanggal 17 April 2016, ketika rekan setimnya, Yuri Berchiche, mengalami cedera pada pergelangan kaki kirinya. Sejak itu, lima setengah tahun berlalu tanpa Ernesto Valverde, Cuco Ziganda, Toto Berizzo, Gaizka Garitano, atau Marcelino Garcia Toral yang meninggalkannya. Meskipun Williams menjadi pemain tercepat Spanyol, dia mengorbankan ototnya yang robek.

“Dokter dan fisioterapis mengatakan ini luar biasa, tidak mungkin kasus seperti ini terjadi lagi, apalagi bermain dengan intensitas tinggi setiap tiga hari sekali,” katanya. “Terima kasih kepada orang tua saya untuk gennya. Saya tidak tahu apa itu, tapi ada sesuatu di dalam diri saya."

“Saya berbohong jika saya mengatakan saya tidak bermain dengan pukulan atau rasa sakit. Saya telah bermain obat dengan suntikan di saat-saat manajer dan tim membutuhkan Anda. Saya menjalani dua musim di minggu-minggu terakhir dengan empat kartu kuning."

Berkomentar tentang juniornya, Nico, dia berkata: “Saya memiliki sejarah yang saya mulai tulis tujuh tahun lalu,” kata Williams. “Kami menjalani ini bersama, saya bangga padanya dan dia melakukannya dengan sangat baik, berkembang pesat, tetapi dia masih memiliki banyak waktu untuk dibuktikan dan banyak pekerjaan di depan. Biarkan dia tumbuh, biarkan dia mendapatkan apapun yang datang asalkan tidak melakukan 204 pertandingan berturut-turut," kata Williams sambil tertawa.

"Yah, jika seseorang harus mengambil catatan itu dariku, biarlah saudaraku yang mengambilnya," tutupnya.

(diaz alvioriki/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network