Kisah Inspiratif Perjuangan Mohammed Kudus Menjadi Pemain di Klub Eropa

"Tak lupa asal usulnya sebagai anak penjual Tuo Zaafi."

Biografi | 13 October 2021, 12:14
Kisah Inspiratif Perjuangan Mohammed Kudus Menjadi Pemain di Klub Eropa

Libero.id - Bermain di Klub Eropa menjadi impian para pemain muda. Eropa menjadi tempat kompetisi sepakbola paling bergengsi di dunia.

Bermain di klub Eropa bakal menjadi pengalaman luar biasa sepanjang karier sebagai pemain sepakbola. Sehingga, sangat banyak pemain muda yang berjuang keras agar bisa bermain di benua tersebut. Salah satunya adalah Mohammed Kudus, pemuda asal Ghana yang kini bermain untuk Ajax Amsterdam.

Pada hari kerja pertamanya di Amsterdam, pemuda kelahiran Ghana, 2 Agustus 2000, itu mengungkapkan sebagian besar masa lalunya.

Dalam presentasinya, Kudus menggunakan kemeja hitam dengan tulisan 'Nima Native' di atasnya.

Nima artinya (Kota Raja) adalah lingkungan yang populer dan berpenduduk di Accra, di mana sejumlah besar orang bermayoritas muslim dan berbicara dalam bahasa Hausa. Penduduk di sana bekerja keras mencari nafkah dalam bertahan hidup, termasuk keluarga Kudus.

Ibu dan neneknya, semuanya membantu membesarkannya, bekerja sangat keras untuk menghidupi Kudus dan ketiga kakaknya. Mereka terkadang menjual makanan lokal bernama Tuo Zaafi. Inspirasi itu pula yang membuat Kudus memberi tagar ibunya sebagai #meituo di Instagram miliknya yang artinya Penjual Tuo Zaafi.

Pemain anyar Ajax itu tidak lupa dan terlihat dari video yang diunggahnya di Instagram. Sementara rekan senegaranya yang populer, Shatta Wale (artis musik reggae), memberikan penghormatan vokal kepada ibunya melalui lagu-lagunya. Kudus melakukan hal yang sama dengan klip highlight dan foto keluarga yang dikompilasi sendiri.

Ibu Kudus memainkan peran penting dalam hidupnya

Misalnya, ibunya terlihat menjual makanan di Accra, berdoa dan merangkul putra bungsunya di setiap momen foto. Di akhir lagu, Kudus memberikan pernyataan: "Dia (sang bunda) mempertaruhkan nyawanya untuk menjaga saya dan keluarga saya ..."

Dalam wawancara sebelumnya di Denmark, di mana dia bermain untuk Nordsjaelland, Kudus mengisyaratkan keluarganya tidak kaya atau miskin di Nima. Dia tidak pernah pergi tidur dalam keadaan lapar, tapi mungkin karena orang lain sering mengorbankan dirinya untuk itu.

"Bukan urusan saya untuk menguraikan kehidupan pribadinya," kata Jan Laursen, Direktur Olahraga Nordsjaelland.

“Apa yang dikatakan video itu adalah bahwa dia akan selalu ingat dari mana dia berasal. Selain pemainnya (Kudus), dia juga sangat pintar untuk anak seusianya. Dia selalu waspada dengan apa yang terjadi di sekitarnya,'' bebernya.

Kudus juga memposting foto buku, Paralimpiade atau benuanya, disertai dengan pesan mendalam. Playmaker berbakat berusia 20 tahun itu cukup memberikan pelajaran hidup yang bijaksana kepada para penggemarnya.

Berkat doa dan usahanya, kini bisa bermain di Eropa dan menjadi kebanggaan para penggemarnya.

Kisah Perjuangan Mohammed Kudus

Kudus berjuang memulai karier sepakbolanya di negara asalnya, Ghana. Mimpi sepakbolanya dimulai dengan Dynamic Heroes di Nima. Pada usia 12 tahun, Kudus meninggalkan keluarganya untuk mencari tahu beberapa ratus kilometer jauhnya apakah 'Right to Dream Academy' akan menjadi batu loncatannya ke Eropa.

Hingga pada Januari 2018, Kudus merantau ke Denmark. Dia diboyong untuk memperkuat Nordsjaelland. Namun, setiba di Denmark, dia diuji lebih dulu bersama tim junior Nordsjaelland.

Baru pada 1 Juli 2018, Kudus mampu mendapatkan kesempatan promosi ke tim senior. Sejak gabung skuat utama Nordsjaelland, Kudus sudah tampil sebanyak 57 kali dan mencetak 14 gol.

Hingga pada Juli 2021, Ajax memboyong salah satu talenta terbesar Afrika itu seharga 9 juta euro atau setara dengan Rp 147 miliar. Meski sebelumnya Kudus sempat digadang-gadang akan diboyong Man United. Namun, Ajax lebih dulu mengambil langkah membawa Kudus ke Amsterdam.

“Saya mengerti pilihan itu dari pihaknya. Dia ingin menemukan jalan yang benar dan dengan cara Ajax bermain sepakbola dan mengembangkan bakat, ini adalah langkah yang logis,” kata Laursen yang dengan jujur ​​​​mengakui bahwa dia sudah merindukan Kudus. "Dia memberikan pelatihan sedikit sesuatu yang ekstra karena dia sangat nyaman melakukan hal-hal yang luar biasa."

Ketika melawan Waalwijk yang dimenangkan Ajax 3-0. Kudus berhasil membuktikan kehebatannya. Kudus menobatkan dirinya sebagai pemenang pertandingan untuk Ajax dengan penampilannya yang mampu menyenangkan para penggemar dengan intersepsi dan umpan brilian.

Mantan rekan setimnya, Skovgaard, juga melihat ini. “Pujian yang sekarang dirilis di Belanda tidak mengejutkan saya. Itu tidak mempengaruhi dia. Saya pikir itu adalah karakter pemain besar.”

(atmaja wijaya/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network