Ganso-Neymar Jr
Libero.id - Sekitar satu dekade yang lalu, wonderkid Santos, Neymar dan Ganso, dianggap setara. Mereka dinilai akan menjadi bintang di tim nasional Brasil.
Namun, nasib berbeda dialami keduanya, seperti halnya beberapa pemain yang kariernya terhambat karena sahabat atau rekannya sendiri.
Contoh Anthony Vanden Borre yang kurang familiar saat bermain bersama Vincent Kompany. Sedangkan Fabio Paim terus berada di bawah bayang-bayang Cristiano Ronaldo. Sedangkan Bojan Krkic pergi dari Barcelona ke Stoke City karena kariernya terhambat oleh Lionel Messi.
Di antara penyebab lainnya, fenomena tersebut terkadang merupakan rekayasa media. Begitu seorang pemain muda menjadi populer, seorang jurnalis dapat mengatakan “tapi dia tidak sebagus anak lain ini!” dan menggeser pemberitaannya di beberapa koran.
“Pada satu titik, saya bisa melakukan lebih dari Ronaldo. Tapi, saya tidak memiliki apa yang dia miliki,” kata Paim setelah gagal memulai kariernya. “Saya memiliki kualitas, setidaknya sebanyak dia. Tetapi, saya tidak memiliki sisanya.”
Terkadang, pemain hebat melempar wonderkid yang lebih kecil. Misalnya, ketika dunia memandang Ronaldo Luis Nazario de Lima penuh harapan menjelang Piala Dunia 1998. Media Brasil, O Fenomeno, mencoba mengalihkan perhatian dengan beberapa keberhasilan kepada Denílson. Pada akhirnya, hanya satu dari keduanya yang memiliki karier sukses.
Pemain Brasil lainnya yang telah menikmati karier yang sukses adalah Neymar. Pemain berusia 28 tahun itu saat ini menjadi pemain termahal di dunia. Dia telah memenangkan gelar di Brasil, Spanyol, dan Prancis, termasuk Liga Champions bersama Barcelona. Tampaknya, hanya masalah waktu sebelum dia memenangkan Ballon d'Or.
Tetapi, ketika orang Brasil mendirikan patung Neymar dalam waktu satu dekade ini. Orang bertanya-tanya berapa banyak dari mereka akan mengingat Paulo Henrique Ganso, teman dan mantan rekan setimnya yang pernah dianggap memiliki kualitas setara.
Julukan 'Ganso' berarti 'angsa' dalam bahasa Portugal. Selama beberapa tahun yang gemilang, pemain bernama lengkap Paulo Henrique Chagas de Lima itu tampak sepenuhnya meletakkan telur emas di Santos dan Brasil.
Setelah melakukan debutnya di Santos pada 2008, satu musim sebelum Neymar, Ganso dengan cepat menjadi salah satu pemain muda paling menarik di Brasil.
Seorang playmaker yang tenang dan cerdas. Ganso dianggap bisa bermain dimana saja di lini tengah. Dia adalah pilihan pertama untuk Santos pada musim 2009.
Pada 2010, dia meletakkan telur emas pertama saat membantu Santos memenangkan Copa do Brasil. Dia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik. Di ajang Campeonato Paulista, Ganso juga masuk dalam susunan pemain terbaik kompetisi.
Pada momen bersamaan, legenda Brasil, Socrates, menyebut Ganso sebagai pemain terbaik di generasinya. Fans berteriak-teriak agar dia dan Neymar dimasukkan dalam skuad Piala Dunia 2010, meskipun Dunga akhirnya memutuskan tidak melakukannya.
Hal itu tidak menghalangi perkembangan Ganso. Santos memenangkan kembali kejuaraan negara bagian dalam dua musim berikutnya, dan meraih kehormatan lebih besar dengan menjuarai Copa Libertadores pada 2011.
Selain satu cedera yang mengganggu, karier Ganso telah dimulai dengan sangat baik.
Selama periode ini, pendakian Neymar juga tak kalah dramatis. Ganso mencuri perhatian dari lini tengah, sementara Neymar mencetak banyak gol, termasuk 43 gol di semua kompetisi selama musim 2012.
Pada akhir musim itu, Ganso yang berusia 23 tahun memiliki delapan caps untuk tim nasional Brasil. Neymar, yang tiga tahun lebih muda, memiliki 27 penampilan.
Meskipun perbedaan usia, Ganso dan Neymar adalah teman yang sangat dekat. Bahkan, Ganso hadir saat kelahiran putra Neymar dan menjadi ayah baptis anak tersebut.
Tetapi, ketika perbedaan antara kemampuan masing-masing mulai melebar, media secara aktif memaksa Ganso untuk menghadapi masalah. Pada 2012, desas-desus yang tidak baik menunjukkan bahwa Ganso iri dengan kesuksesan Neymar.
“Rumor itu membuat saya kesal karena tidak pernah terjadi. Itu membuatku kesal karena orang selalu mengatakan ada kecemburuan di antara kami," kata Ganso.
"Tapi, saya pikir kita memiliki persahabatan sejati, seperti saudara dan teman, dan itu tidak pernah membiarkannya mengganggu," ungkapnya.
Terlepas dari kesuksesannya di lapangan, periode 2012 adalah tahun yang sulit bagi Ganso. Selain berurusan dengan tuduhan kecemburuan, playmaker itu berusaha untuk pindah dari Santos, yang mengakibatkan para penggemar mencemoohnya dan menyebutnya sebagai tentara bayaran.
Media mengusulkan salah satu dari dua klub Milan sebagai tujuan yang memungkinkan. Namun, pada akhirnya Ganso melakukan perjalanan yang jauh lebih singkat, bergerak melintasi negara bagian untuk bergabung dengan Sao Paulo, di mana dia hanya menggantikan Lucas Moura yang pergi.
“Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Sejak Sao Paulo menunjukkan minat untuk mengontrak saya, saya ingin menyelesaikan kesepakatan. Saya tidak sabar untuk segera turun ke lapangan,” timpalnya.
Jika dia benar-benar bermimpi hal itu, maka mimpinya kurang imajinatif dibandingkan dengan Socrates, yang telah membayangkan Ganso menjadi pemain top dunia.
Ganso menikmati kesuksesan di klub barunya, baik dari segi trofi maupun penampilan. Meskipun Sao Paulo memenangkan Copa Sudamericana dalam waktu tiga bulan setelah kedatangannya, itu menjadi satu-satunya trofinya selama empat tahun. Yang lebih penting adalah dia gagal mendapatkan caps di Brasil setelah meninggalkan Santos.
Namun, performanya meningkat setelah beberapa musim, dan bermain dengan pemain seperti Kaka, Alexandre Pato, dan Luis Fabiano pada 2014. Itu menjadi momen terbaik dari sang playmaker.
Sementara Ganso tidak lagi tampak seperti Neymar, di mana dunia sepak bola terus fokus kepadanya. Hingga, akhirnya Sevilla mengontraknya pada musim panas 2016.
“Saya tahu saya harus bekerja keras. Saya datang ke Sevilla dengan keinginan untuk memenangkan gelar. Pada usia 26 tahun, saya melihat diri saya siap untuk melompat dan melakukannya dengan baik.”
Ganso keluar masuk tim, dan pada musim panas 2018 dipinjamkan ke Amiens. Klub kecil Prancis itu hanya finis empat poin di atas zona degradasi menjelang akhir musim.
Jika mengambil langkah ke klub yang lebih kecil mungkin memberi pemain Brasil itu kesempatan untuk menunjukkan bakatnya sebagai ikan besar di kolam kecil, kenyataannya kurang positif.
A decade ago, Neymar and Ganso conquered South America together at Santos.
They have been on very different paths since then - but Ganso might be on his way home.
A player once touted as one of Brazil's greatest talents has a chance to save his career.
— Goal News (@GoalNews) May 25, 2021
Di akhir musim, Ganso bergabung dengan Fluminense di Rio Janeiro. Petualangannya di Eropa dipastikan gagal. Pada usia 31 tahun, waktu tidak berpihak padanya untuk menebus kesalahan.
Pada akhirnya, Ganso harus bertanggung jawab atas penurunan kariernya. Enam tahun terakhir dia seharusnya bisa menjadi yang terbaik, tetapi penampilannya di awal usia dua puluhan tetap menjadi puncaknya.
Meskipun demikian, penilaian kritis apapun terhadap pemain Brasil itu akan selalu dipengaruhi oleh hubungan pribadi dan profesionalnya dengan Neymar.
(diaz alvioriki/yul)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini