Sinisa Mihajlovic
Libero.id - Sebagai pemain, Sinisa Mihajlovic tidak pernah begitu menyukai sepakbola. Kalimat itu mungkin terdengar aneh, tapi memang begitu adanya.
Tapi, ada bagian dari sepakbola yang membuatnya terus bertahan dengan olahraga yang kadang-kadang terdengar rasis.
“Saya bermain sepakbola untuk tendangan bebas,” katanya suatu kali.
Mihajlovic seolah hanya hidup untuk situasi bola mati. "Bagi saya, tendangan bebas adalah sepakbola. Jika tidak ada itu, saya mungkin tidak akan bermain,” ungkapnya.
Ma è mai possibile che non nessuno di voi ammette di avere fatto una figura di merda colossale?? https://t.co/RkylOgLU9F
— Sinisa Mihajlovic (@MrMihajlovic) July 8, 2020
Untuk ukuran seorang bek, Mihajlovic merupakan salah satu pengambil tendangan bebas terbaik dalam sejarah Serie A. Dia bermain untuk Lazio selama periode 1998-2004.
Salah satu momen terbaiknya dalam mengeksekusi bola mati adalah musim 1998/1999, tepatnya ketika Lazio dilatih Sven-Goran Eriksson menjamu Sampdoria pada pekan ke-13 Serie A.
Pertandingan itu sendiri digelar di Stadio Olimpico, pada 12 Desember 1998.
Hari yang sama ketika Gabriel Batistuta mencetak gol kemenangan untuk Fiorentina saat melawan Juventus. Sementara Ronaldo dan George Weah juga menampilkan performa apik mereka di Inter dan AC Milan.
Hernan Crespo juga beraksi dengan gol kedelapan musim itu untuk Parma saat melawan AS Roma.
Namun, di antara semua nama bintang di hari itu, satu yang paling menonjol. Dia adalah Mihajlovic. Dia mencetak tiga gol dari skor 5-2 yang dibuat oleh Lazio.
Lebih istimewa lagi, Mihajlovic mencetak semua golnya lewat tendangan bebas, dan semuanya dengan kaki kiri yang menjadi andalan Mihajlovic. Sementara dua gol Lazio lainnya dicetak oleh Dejan Stankovic dan Marcelo Salas.
Beberapa bulan sebelumnya, Lazio telah merogoh kocek sebesar 8,5 juta pounds untuk membawa pemain Serbia itu ke Stadio Olimpico.
Mihaljovic sudah menjadi pemenang Piala Eropa pada saat dia bergabung dengan Lazio, tetapi dia tiba di klub dengan sesuatu yang perlu dibuktikan.
Meskipun memenangkan penghargaan klub tertinggi di benua itu dengan Red Star Belgrade pada 1991, pemain Serbia itu mengaku mengalami kesulitan pada tahun-tahun awalnya di Serie A.
Namun, nasibnya berubah pada musim panas 1994 ketika Eriksson, yang saat itu menjadi manajer Sampdoria, memboyongnya ke Ibu Kota Italia. Kemampuannya sebagai eksekutor bola mati makin cemerlang.
Lahir dari ayah Serbia dari Bosnia dan ibu Kroasia di Borovo Naselje, Mihajlovic menghabiskan tahun-tahun pembentukannya. Dia mengasah keahliannya bukan sebagai pesepakbola, melainkan spesialis tendangan bebas.
“Ketika saya masih kecil, saya tidak suka bermain sepakbola, hanya menendang bola,” ungkapnya.
Latihan itu membuat Mihajlovic nyaris sempurna dalam semua skenario bola mati.
Mihajlovic kemudian membelas AS Roma, di mana dia akan memenangkan satu final Coppa Italia sebelum pindah ke Inter Milan. Dia mendapatkan banyak trofi di Giuseppe Meazza.
Dia kemudian gantung sepatu pada 2006, setelah mencetak 99 gol karier yang mengesankan. Sementara 28 gol di antaranya dia ciptakan lewat tendangan bebas.
Sejauh ini, bersama Andrea Pirlo, Mihajlovic masih memegang rekor sebagai pencetak gol tendangan bebas terbanyak di Serie A.
(mochamad rahmatul haq/yul)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini