Oakley Cannonier
Libero.id - Mohamed Salah bukan satu-satunya mesin gol yang beroperasi di Liverpool saat ini. Megabintang asal Mesir itu bersinar bersama The Reds di Liga Premier dan Liga Champions. Namun, ada penyerang kecil lainnya yang menjadi sorotan dan memiliki permainan yang berbeda di akademi klub.
Anda mungkin pernah mendengar nama Oakley Cannonier sebelumnya. Dia adalah ball boy yang 'membantu' salah satu gol paling terkenal di Anfield saat tendangan sudut cepat dari Trent Alexander-Arnold yang diselesaikan oleh Divock Origi. Gol itu memastikan comeback luar biasa melawan Barcelona di semifinal Liga Champions 2019.
“Saya ingin dikenal sebagai legenda karena alasan yang berbeda, bukan karena menjadi ballboy!" kata Cannonier yang sekarang berusia 17 tahun kepada LFCTV baru-baru ini.
"Maksud saya, tidak apa-apa, saya ingin menjadi seperti Trent (Alexander-Arnold) yang melakukan hal-hal yang telah dia lakukan."
Musim ini Cannonier telah mengambil langkah yang besar. Dia memimpin lini depan Liverpool U-18 asuhan Marc Bridge-Wilkinson. Remaja ini tampil luar biasa dengan mencetak 12 gol hanya dalam tujuh pertandingan.
Penghitungannya termasuk dua hat-trick yang salah satunya terjadi dalam kemenangan tandang 5-0 melawan Manchester United. Gol itu ditambah lima gol dalam pertandingan persahabatan.
Academy director, Alex Inglethorpe, recently asked the U18s squad to fill out a questionnaire detailing how they see their careers developing. Where do they see themselves in a year’s time, in five, in 10?
Oakley Cannonier’s response: “Five Ballons d’Or!” #awlive [goal] pic.twitter.com/PStIrQeTzT
— Anfield Watch Academy (@AcadWatch) October 14, 2021
Pada September 2021, Cannonier melakukan debutnya di UEFA Youth League dan tampil sebagai pemain pengganti di babak kedua untuk membantu timnya bermain imbang di markas Porto. Seminggu kemudian, dia membuat penampilan pertamanya untuk Liverpool U-21 dalam kekalahan di EFL Trophy melawan tim League One, Bolton Wanderers.
“Oakley (Cannonier) memulai musim dengan sangat baik, tetapi itu tidak mengejutkan saya,” kata Bridge-Wilkinson. “Saya telah bekerja dengannya sejak dia berusia 14 tahun dan dia selalu melakukannya dengan baik.”
Cannonier lahir di Leeds, tetapi bergabung dengan Liverpool pada usia 11 tahun. Dia mulai bermain di klub sepulang sekolah di pusat rekreasi setempat, di mana para pelatih segera menyadari potensinya.
Manchester City kemudian melihat bakatnya, mengundang Cannonier untuk berlatih dengan mereka di Moss Side saat berusia tujuh tahun. Namun, dia dilepas dan ditampung oleh klub kota kelahirannya, Leeds United, yang mengontraknya untuk tim U-9.
Namun, pada usia 11 tahun, dia telah menarik perhatian pemandu bakat Liverpool, Ian Barrigan. Dia yang bertanggung jawab membawa pemain-pemain seperti Alexander-Arnold ke Anfield. Barrigan meyakinkan keluarga Cannonier dan mengatakan bahwa perkembangan Cannonier akan lebih baik dilakukan bersama The Reds.
Cannonier kemudian pindah dengan orang tuanya ke Merseyside. Mereka sekarang tinggal didekat camp latihan Liverpool. Cannonier hanya berjalan kaki beberapa menit untuk sampai ke tempat latihan itu. Selain Cannonier, saudara laki-lakinya, Harley dan Barkley, juga ada di akademi Liverpool.
Cannonier mungkin seorang Yorkshireman, dan memiliki aksen yang khas, tetapi Liverpool selalu menjadi timnya. Dia mengidolakan Fernando Torres sejak kecil, bahkan menumbuhkan rambutnya seperti mantan pemain nomor 9 The Reds itu. Nantinya, dia akan mengenakan kaus bertuliskan nama Luis Suarez atau Philippe Coutinho. Sementara Salah, tentu saja adalah favorit akhir-akhir ini.
“Oakley adalah pemain yang sangat bagus. Dia mencetak gol, menciptakan peluang, dan mengancam lini belakang lawan. Satu-satunya masalahnya adalah cedera yang membuatnya tidak banyak bermain,” kata Bridge-Wilkinson.
Cannonier melewatkan sebagian besar beasiswa tahun pertamanya karena cedera hamstring, yang mencegahnya memainkan peran dalam perjalanan Liverpool U-18 ke final FA Youth Cup.
Kini, dia telah kembali untuk pra-musim dan siap menebus kesalahan. Dipersenjatai dengan kontrak profesional pertamanya, dia menandatangani kontrak pada Juli 2021. Hat-trick di penampilan pertamanya saat meraih kemenangan di laga persahabatan atas Chester memberikan sekilas tentang bakatnya.
“Senang bisa kembali. Jelas Anda menetapkan target gol untuk diri sendiri, tetapi tujuannya hanya untuk bermain sebanyak mungkin,” kata Cannonier.
Cannonier sudah masuk skuad Inggris di level U-17, dan akan menjadi bagian dari skuad U-18 selama jeda internasional Oktober 2021. Dan, tidak akan lama lagi para penggemar akan melihatnya bermain bersama tim U-23.
“Sangat menyenangkan dikenal karena hal-hal yang positif,” kata Bridge-Wilkinson. "Tapi, saya pikir dia lebih suka dikenal karena bermain sepakbola di lapangan daripada berada menjadi ball boy!"
Belum lama ini, skuad U-18 diminta oleh Alex Inglethorpe, manajer akademi Liverpool, untuk mengisi kuisioner yang merinci bagaimana mereka melihat karier masing-masing berkembang. Mereka melihat diri sendiri dalam waktu satu tahun, lima tahun, atau 10 tahun ke depan.
Tanggapan Cannonier? "Saya mengatakan lima Ballons d'Or!"
(diaz alvioriki/yul)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini