Kisah Inter Miami, Klub David Beckham yang Ternyata Tidak Sehebat Iklannya

"Dianggap bakal jadi klub terbaik di Amerika Utara, Inter Miami justru jadi medioker."

Biografi | 21 October 2021, 07:03
Kisah Inter Miami, Klub David Beckham yang Ternyata Tidak Sehebat Iklannya

Libero.id - Pemain top belum tentu menjadi pelatih yang hebat. Pemain hebat juga belum tentu menjadi pemilik yang berprestasi. Contohnya, David Beckham bersama Inter Miami di MLS.

Saat pertama diumumkan pendiriannya, Inter benar-benar menarik perhatian orang dari seluruh dunia. Keberadaan Beckham sebagai salah satu pemilik membuat banyak penggemar MLS optimistis dengan masa depan tim dengan nama lengkap Club Internacional de Futbol Miami itu.

Keberadaan Beckham pulalah yang mampu manjadi magnet bagi beberapa pesepakbola papan atas dunia untuk menetap di DRV PNK Stadium, Fort Lauderdale, Florida, di akhir masa karier. Contohnya, Gonzalo Higuain.

Keputusan El Pipita meninggalkan sepakbola Eropa untuk pindah ke Miami tidak bisa dilepaskan dari citra yang dibentuk media selama awal-awal pembentukannya. Konon, Miami bisa jadi klub yang tetap kompetitif untuk para jebolan pemain-pemain top Eropa yang ingin tetap bermain di level tertinggi.

Apalagi, iming-iming kontrak dan gaji yang ditawarkan semakin membuat Higuain kepincut. Diketahui kontrak Higuain mencapai USD5,7 juta atau (Rp80 milliar) per tahun. Mantan penyerang Real Madrid, Napoli, hingga Juventus itu tiba di Florida Selatan pada September 2020.

Tapi, setahun berlalu Higuain hanya mencetak 11 gol dalam 35 pertandingan. Bahkan, pada MLS 2021, pesepakbola berusia 33 tahun tersebut  jarang dimainkan Phil Neville karena masalah kebugaran. 

Dengan kondisi seperti itu, tampaknya sangat logis jika Inter ingin mendepak Higuain dari skuad. Sebab, bukan hanya tampil buruk, Higuain juga telah menjadi semacam beban untuk pelatih dan manajemen Inter. Mereka kesulitan mendatangkan pemain baru yang bagus sebelum Higuain pergi.

Hal itu buntut dari tidak rapinya manajemen klub. Pasalnya, Inter pernah dinyatakan bersalah atas penyimpangan keuangan menyusul kedatngan Blaise Matuidi pada musim panas lalu. Imbasnya, dana alokasi untuk transfer Inter dipotong.

Situasi tersebut berarti Neville selaku pelatih, dan Direktur olahraga Inter, Chris Henderson, harus mengeluarkan semua pemain dengan pendapatan terbesar agar bisa mendatangkan pemain baru yang lebih segar dan bisa tampil kompetitif. Dan, itu dimulai dengan "mengusir" Higuain Matuidi.

Berbeda dengan aturan di Eropa, di MLS regulasi keuangan sangat ketat. Sebuah klub memiliki batasan gaji tertentu yang neracanya harus seimbang. Sebelum Higuain atau Matuidi pergi, mereka tidak dapat mendatangkan pemain karena itu akan membuat kondisi keuangan berat sebelah.

Pemain Inter lainnya yang punya kemungkinan untuk didepak adalah Rodolfo Pizarro. Ada lagi Ryan Shawcross, yang telah berjuang dengan cedera sejak tiba dari Stoke City pada awal tahun ini. 

Sementara pemain-pemain kelas menengah seperti Leandro Gonzalez Pirez dan Julian Carranza, yang bergaji USD 900.000 (Rp12,6 miliar) per tahun, juga masuk daftar jual setelah hanya mencetak dua gol dalam 37 pertandingan.

Saat ini, Inter memang sedang berada di tengah-tengah enam kekalahan beruntun yang mengerikan. Itu membuat harapan lolos ke play-off membutuhkan keajaiban dan bantuan klub lain. Saat ini mereka ada di posisi 11 klasemen sementara Wilayah Timur dengan 32 poin dari 29 pertandingan. 

Atas situasi pelik tersebut, Neville ternyata sudah merencanakan untuk musim depan. "Mereka (pemain) bermain untuk masa depan mereka, berjuang untuk hidup mereka. Mereka khawatir tentang bagaimana hal itu akan mempengaruhi keluarga mereka, status keuangan mereka," kata Neville kepada The Sun. 

"Saya harap itu menjadi motivasi mereka selama lima pertandingan berikutnya. Mereka bermain untuk masa depan mereka di Inter dan di sepakbola. Sebab, jika bukan di Inter, klub lain mengawasi kami dan berkata 'Bisakah kami mengambil X, Y, Z?' Anda harus menggunakannya sebagai hal yang positif," ungkap Neville.

Jika musim ini gagal lolos ke play-off, pencapainnya akan lebih buruk dari musim lalu. Pada musim perdana Inter di MLS, mereka finish di posisi 11 Wilayah Timur dan 19 secara umum. Mereka gagal tampil di play-off setelah kalah di play-in melawan Nasville SC. Itu semacam play-off untuk tiket play-off lainnya.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network