Sebastien Haller-Chancel Mbemba
Libero.id - Dusan Tadic mungkin adalah contoh pemain 'modern' terbaik yang terbukti sangat mengecewakan di Liga Premier. Namun, Tadic menghidupkan kembali kariernya sebagai pesepakbola kelas atas di tempat lain.
Striker asal Serbia itu telah tampil sebanyak 162 kali bersama Ajax Amsterdam. Torehan itu menyamai penampilan yang dia buat untuk Southampton selama tugas anti-klimaksnya di Liga Premier.
Pemain berusia 32 tahun itu mencetak 23 gol untuk The Saints di semua kompetisi saat berada di St Mary's.
Setelah bergabung dengan Ajax, Tadic menyapu banyak penghargaan. Pemuda kelahiran Backa Topola, Yugoslavia, 20 November 1988, tersebut masuk skuad terbaik Liga Champions 2018/2019 dan memenangkan banyak gelar di Belanda.
Tadic bukan pemain pertama yang moncer setelah pergi dari Liga Premier. Dia juga bukan pemain terakhir yang melakukan itu. Faktanya, ada beberapa pemain yang justru bersinar di panggung Eropa setelah meninggalkan Liga Premier.
#1 Sebastien Haller (Ajax)
Meskipun mendapat pukulan finansial setelah mendatangkan Sebastien Haller pada Januari 2019. Penggemar West Ham tidak dapat mempercayai keberuntungan mereka ketika Ajax bersedia membayar sekitar 20 juta pounds (Rp 388 miliar) untuk striker yang sedang berjuang.
Dia dipandang sebagai penyelamat lini depan West Ham ketika mereka awalnya berhasil menariknya dari Eintracht Frankfurt pada 2019. Tetapi, pemain internasional Pantai Gading itu sebagian besar menipu para penggemar. Gaya bermainnya yang lesu dan tidak praktis menjadi olok-olokan para penggemar.
Haller sama sekali tidak cocok dengan gaya bermain David Moyes sebagai striker tunggal. Peran back-to-goal-nya hampir bertentangan dengan hiruk-pikuk Michail Antonio yang selalu tampil energik.
Namun bagi Ajax, Haller telah berubah menjadi mematikan. Dia berfungsi sebagai saluran serangan yang sempurna untuk taktik Erik ten Hag. Dia beralih dari peran false-9 menjadi penyerang tengah yang lebih aktif.
Haller sudah menjadi pencetak gol terbanyak Liga Champions musim ini dengan enam gol, dan menjadi perbincangan semua orang setelah berhasil menumbangkan Dortmund.
Your Monday mornin’ mooood! ??#ajapsv pic.twitter.com/ZFr8tdog0X
— AFC Ajax (@AFCAjax) October 25, 2021
#2. Sebastian Coates (Sporting)
Setelah membantu Uruguay memenangkan Copa America 2011 dan menyegel penghargaan Pemain Muda Terbaik turnamen, Coates meninggalkan klub masa kecilnya, Nacional, dan pergi ke Anfield.
Namun, dengan banyaknya bakat pemain di Liverpool, Coates tidak mendapatkan kesempatan bermain reguler. Dia kemudian pindah ke Sunderland. Di sana dia mengalami masalah serupa sebelum Sam Allardyce memutuskan untuk tidak mempertahankan bek tengah yang kuat secara fisik itu.
Coates akhirnya pindah ke Sporting Lisbon, dan dia telah menjadi tumpuan kebangkitan Sporting sejak itu. Sekarang Coates menjadi inspirasi saat Sporting merebut piala dari rival mereka, Porto dan Benfica, setelah menunggu 19 tahun.
Pemain berusia 31 tahun itu dianugerahi penghargaan Pemain Terbaik Liga Primeira Portugal. Coates bergabung dengan pemain legendaris seperti Bruno Fernandes, Hulk dan David Luiz sebagai penerima hadiah yang sama. Timnya juga hanya kebobolan 20 gol, lebih sedikit daripada klub manapun di lima liga teratas Eropa.
#3. Steven Berghuis (Ajax)
Ajax tampaknya telah mengambil pemain buangan Liga Premier dan mengubahnya menjadi pemain penggebrak dunia. Steven Berghuis tampil sembilan kali di Liga Premier untuk Watford selama musim 2015/2016, meskipun Anda akan kesulitan mengingat wajahnya.
Pemain internasional Belanda itu akhirnya memberanikan diri pindah ke Feyenoord setelah gagal tampil mengesankan di Vicarage Road. Permainannya langsung melejit di Rotterdam, membantu klub menyegel gelar Eredivisie 2016/2017 sekaligus menjadi pencetak gol terbanyak di musim 2019/2020 Liga Belanda.
Dia kemudian membelot ke Ajax musim panas lalu dan dianggap sebagai penistaan bagi beberapa orang, apalagi mengingat mereka sudah menjadi musuh sejak lama.
Tapi, pemain berusia 29 tahun itu terus bersinar. Berghuis sudah mencetak dua gol di Liga Champions musim ini dan mencatatkan enam assist hanya dalam delapan pertandingan Eredivisie. Dia juga menjadi andalan De Oranje di level internasional.
#4. Pedro Goncalves (Sporting)
Goncalves bergabung dengan Sporting setelah meninggalkan Valencia. Tetapi, dia gagal membuat penampilan di Liga Premier. Fans mungkin tidak menutup mata ketika dia diam-diam pindah ke Famalicao pada 2019. Tapi, Goncalves mempercepat pertumbuhannya di sana.
Musim terobosannya mendorong Sporting mendapatkan tanda tangannya musim panas lalu dan dia menyelesaikan musim 2020/2021 sebagai pencetak gol terbanyak Liga Primeira dengan 23 gol serta masuk Team of The Year. Dia juga telah membuat kesan di Liga Champions musim ini, membantu Paulinho saat Leoes mengalahkan Besiktas.
#5. Chancel Mbemba (Porto)
Ketika Porto menyingkirkan Juventus dari Liga Champions musim lalu, Pepe mencuri perhatian. Pemain veteran itu menyerahkan hidupnya untuk mewujudkan itu.
Setelah dianggap mirip dengan Vincent Kompany selama bermain di Anderlecht, Mbemba pindah ke Tyneside. Tapi, itu tidak pernah berhasil untuk bek itu di St James Park.
Dia akhirnya pergi ke Estadio do Dragao tiga tahun lalu, di mana dia sekarang mulai bersinar sebagai bek cerdas dan pelengkap yang sangat baik untuk Pepe.
Mbemba membantu Porto menjaga clean sheet melawan AC Milan dan Atletico Madrid, meskipun mendapat kartu merah. Lagi-lagi, hal ini membuatnya terhindar dari rasa malu karena ikut serta dalam kekalahan 5-1 dari Liverpool.
(diaz alvioriki/yul)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini