Final Liga Champions 2010/2011
Libero.id - Di era keemasan, Barcelona adalah tim yang ditakuti dengan pelatih sekelas Pep Guardiola dan para pemain bintang selevel Lionel Messi, Andres Iniesta, Xavi Hernandez, hingga Carles Puyol. Contohnya, di final Liga Champions 2010/2011
Pertandingan di Wembley Stadium, London, antara Manchester United dan Barcelona tersebut dikenang sebagai "berat sebelah". Konon, itu merupakan salah satu penampilan final Liga Champions terbaik yang pernah disaksikan penggemar sepakbola dalam sejarah.
Dalam pertandingan itu, Barcelona menang 3-1 berkat gol Pedro Rodriguez, Messi, dan David Villa. Setan Merah hanya mampu membalas melalui Wayne Rooney. Tapi, hanya sampai di situ saja perlawanan MU.
Bayangkan, dari semua parameter teknis maupun non teknis, plus statistik di lapangan, Barcelona unggul segala-galanya. Barcelona punya penguasaan bola 63% berbanding 37%. Di babak pertama 67% berbanding 33% dan di babak kedua 62% berbanding 38%.
Lalu, total tembakan, Barcelona punya 19 berbanding 4. Shots on target, Barcelona memiliki 12 berbanding 1. Sepak pojok, Barcelona punya 9 dan MU 0. MU hanya unggul jumlah pelanggaran 16 kali berbanding 5 dan off side 5 berbanding 1. Dua parameter terakhir menunjukkan MU benar-benar dibawah kendali Barcelona.
Kekalahan semakin menyakitkan karena pasukan Sir Alex Ferguson sebenarnya bermain sangat bagus dan konsisten sepanjang musim 2010/2011 pada semua ajang. Tapi, lawan di final membuat mereka seperti sekumpulan anak sekolah.
Uniknya, beberapa tahun kemudian, Eric Abidal sempat membuat pengakuan mengejutkan. Full back Prancis yang saat itu ikut bermain di Wembley bersaksi bahwa para pemain MU memohon belas kasihan di lapangan.
"Hal yang paling saya ingat tentang final itu adalah di setengah jam terakhir. Para pemain Inggris (MU) marah, sangat marah, karena kami telah mengubah Wembley menjadi (panggung) rondo (permainan umpan pendek khas tiki-taka) besar kami dan tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk menghentikannya," kata Abidal pada 2016, kepada Manchester Evening News.
"Mereka terus mengumpat, meneriakkan segalanya di bawah matahari. Itu luar biasa. Beberapa rekan saya tidak bisa memahaminya, tapi saya bisa. 'Sudah cukup, berhenti main-main. Kita sudah mati'. Dan, itu masih ada 25 menit tersisa. Xavi, Iniesta, Messi, (Sergio) Busquets, (Dani) Alves, yang praktis menjadi gelandang hari itu, terus melaju," ungkap Abidal.
Permintaan ampun pemain-pemain MU saat itu memang dapat dipahami. Catatan statistik menunjukkan, pada hari itu Barcelona menyelesaikan 777 operan sukses. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat yang bisa dilakukan MU, yaitu 357 kali.
Bagi Abidal, pertandingan itu semakin berkesan karena saat upacara pemberian piala, dirinya mendapatkan kehormatan besar. Sang kapten (Puyol) menyuruh Abidal mengangkat trofi "Si Kuping Besar" untuk pertama kalinya. Itu sebagai penghormatan rekan-rekannya karena Abidal sukses menjalani operasi tumor hati.
On this day in 2011, Pep's Barca delivered the most one sided Champions league finals ever.
Thread pic.twitter.com/l6grY2iYBf
— erNst (@ERNESTHDGAMERX) May 28, 2020
(atmaja wijaya/anda)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini