Kisah Matt Le Tissier, Legenda Southampton yang Tidak Laku di Timnas Inggris

"Bagi para pendukung Southampton, dia dianggap sejajar dengan Diego Maradona."

Biografi | 28 October 2021, 16:10
Kisah Matt Le Tissier, Legenda Southampton yang Tidak Laku di Timnas Inggris

Libero.id - Matthew Paul Le Tissier pernah jadi fenomena di sepakbola Inggris. Tajam di klub, legenda Southampton itu tidak laku bersama tim nasional Inggris. Akibatnya, dia sempat membela Guernsey. Itu semacam "timnas" Katalunya atau Basque di Spanyol. 

Pada 1990-an hingga awal 2000-an, suporter The Three Lions tergila-gila pada penyerang-penyerang tajam seperti Alan Shearer, Teddy Sheringham, Ian Wright, atau Les Ferdinand. Mereka selalu menjadi pilihan utama para pelatih Inggris untuk urusan mencetak gol ke gawang lawan.

Namun, sebenarnya Inggris masih memiliki pemain lain yang tak kalah tajam dan telah membuktikan kualitasnya di kompetisi kasta tertinggi selama bertahun-tahun. Dia adalah Le Tissier.

Bergabung dengan Southampton pada 1985 dan kemudian menandatangani kontrak profesional setahun kemudian, Le Tissier membuat debut klub dalam kekalahan 3-4 melawan Norwich City di Divisi I (Liga Premier). Tapi, pada akhir musim itu, dia sanggup mencetak enam gol dalam 24 pertandingan, termasuk hattrick melawan Leicester City.

Le Tissier kemudian mencetak dua gol kompetitif pertamanya dalam ulangan putaran ketiga Piala Liga di kandang melawan Manchester United pada 4 November 1986. Pertandingan yang dimenangkan Southampton 4-1. Sekitar 48 jam setelah pertandingan, Ron Atkinson dipecat. Gantinya, Sir Alex Ferguson yang legendaris.

Setelah itu, Le Tissier menjelma menjadi pemain paling penting Southampton selama bertahun-tahun kemudian. Pada musim 1989/1990, dia adalah salah satu pencetak gol terbanyak liga dengan 20 gol saat Southampton finish ketujuh. Itu posisi tertinggi klub selama lima tahun.

Ada lagi pada musim 1993/1994 ketika Le Tissier mencetak gol terbanyaknya di liga dengan 25 gol. Musim berikutnya, dia memenangkan penghargaan Match of the Day Goal of the Season untuk chip drift 36 meter melawan Blackburn Rovers. Dia mencetak gol melawan teman lamanya, mantan kiper Southampton, Tim Flowers.

Berkat penampilan yang bagus, rumor-rumor transfer window tidak pernah menjauhi Le Tissier. Pada musim panas 1995, Chelsea dilaporkan mengajukan tawaran 10 juta pounds. Jika diterima, dia akan menjadi pesepakbola termahal dalam sejarah sepakbola Inggris saat itu. Tak lama setelah itu, Blackburn juga dikabarkan mengajukan jumlah yang sama. 

Tapi, semua tawaran menggiurkan dan rekor transfer fantastis itu ditolak mentah-mentah. Le Tissier tetap mengabdi pada Southampton, meski masuk kategori klub papan menengah-bawah di Liga Premier.

Tidak tergiur dengan transfer selangit membuat le Tissier benar-benar fokus ke lapangan. Pada 2 April 2000, dia mencetak penalti menit terakhir untuk Southampton dalam kekalahan 1-2 dari Sunderland. Ini membawa penghitungan golnya di Liga Premier menjadi 100. Itu membuat Le Tissier menjadi pemain keenam dan gelandang pertama yang mencapai tonggak sejarah itu.

Le Tissier juga mencetak gol terakhir dalam pertandingan kompetitif terakhir di The Dell pada 19 Mei 2001, melawan Arsenal. Ini juga menjadi gol terakhirnya untuk Southampton. Dia memainkan beberapa pertandingan untuk klub selama 2001/2002, atau musim pertama The Saints di stadion baru St Mary. Mereka finish 11. 

Penampilan kompetitif terakhir Le Tissier untuk The Saints terjadi saat melawan West Ham United pada 30 Januari 2002. Kemudian, dia mengumumkan pada 29 Maret 2002 bahwa dia akan pensiun di akhir musim setelah tertatih-tatih dengan cedera betis.

Sepanjang karier klub, Le Tissier memiliki reputasi yang menakutkan untuk mencetak gol dari titik putih. Dia mengonversi 47 dari 48 penalti yang didapatkan Southampton. 

Satu-satunya kegagalan penalti Le Tissier terjadi pada 24 Maret 1993 dalam pertandingan melawan Nottingham Forest. Tendangan 12 pas yang dia ambil diselamatkan Mark Crossley. Prestasi yang sangat unik sehingga Crossley menggambarkannya sebagai penyelamatan yang paling dia banggakan.

Le Tissier mencetak lebih dari 200 gol dalam kariernya. Tapi, tidak satu pun dicetak saat berseragam Inggris. Dia hanya punya delapan penampilan untuk tim utama Inggris, enam caps untuk Inggris B, dan 21 caps untuk Inggris U-21. 

Jadi, saat memutuskan kembali ke sepakbola, 10 tahun setelah pensiun, Le Tissier memilih Guernsey. Itu adalah tim dari kampung halamannya. Guernsey adalah daerah otonomi Inggris yang terletak di pantai utara Prancis. Mereka tidak tergabung di FIFA, tapi memainkan sepakbola layaknya Katalunya dan Basque di Spanyol. 

Sebelum membela Inggris U-21, Le Tissier juga sempat bermain untuk Guernsey U-15 di kompetisi yang tidak diakui FIFA.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network